Kihana Betaria Lutfi terpaksa menerima perjodohannya dengan pria yang sangat ia benci.
Ayahnya mengatakan jika keluarga nya memiliki hutang pada keluarga Dude yang tidak bisa di lunasi dan keluarga Dude menginginkan Hana menjadi istri dari anak pertama mereka bernama Reynan Dude yang juga merupakan guru di tempat Hana sekolah.
Pernikahan mereka di rahasiakan dari seluruh guru dan pihak sekolah karena Hana tidak ingin di keluarkan dari sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Saat akan membuka pintu mobil, tiba-tiba Hana di panggil seseorang.
"Hana!" teriak Nino dari arah kantor guru.
Hana dan Rey mengalihkan atensinya pada Nino yang sedang berlari menuju kearah Hana.
"Hana, aku ingin mengembalikan buku tugas mu. Tertinggal di mejaku!" kata Nino sambil menyerahkan buku milik Hana.
Hana tersenyum dan mengangguk hormat lalu mengambil buku dari tangan Nino. "Terimakasih pak Nino!" kata Hana sopan. Melihat hal itu Rey kembali terbakar cemburu.
Terlebih ia pernah memergoki Hana membayangkan Nino saat tadi di ruangannya.
"Kamu mau pulang?" tanya Nino.
"Iya pak!"
"Kamu nggak bawa mobil? Bareng aku saja, aku akan mengantarkan mu pulang!" usul Nino. Nino tau jika Hana tidak menyukai Rey. Ia menganggap jika Hana terpaksa menumpang di mobil Rey karena tidak membawa mobil. Jadi ia menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang.
"Nggak perlu pak Nino. Papa nya Hana meminta saya mengantar Hana ke kantor karena ada hal penting." putus Rey. Ia terpaksa berbohong karena tidak suka dengan usul Nino.
Hana menatap Rey yang seperti akan marah.
Nino dan semua pihak sekolah tau jika keluarga Hana dan Rey mengenal dekat. jadi ia mengangguk pasrah.
"Ya sudah, hati-hati ya!" kata Nino sambil mengusap lengan Hana yang terhalang seragam sekolah. Lalu berjalan meninggalkan Hana dan Rey. Rey yang melihat Nino mengusap bahu Hana sangat marah, ia menggertakkan rahangnya keras. Baginya tidak ada yang boleh menyentuh wanitanya kecuali dirinya.
Mereka kemudian masuk kedalam mobil. Hana duduk di sebelah Rey yang akan mengendarai mobilnya sendiri.
"Senang ya di pegang-pegang sama cowok yang kamu suka!" kata Rey ketus sambil menyalakan mesin mobilnya.
Hana tersentak mendengar perkataan Rey itu, ia menoleh kearah Rey dan mengulum senyum. Ia tau jika Rey sedang cemburu.
"Bapak cemburu ya!" kata Hana sambil mengedipkan matanya.
"Apa salahnya? kamu calon istriku. Jelas aku tidak suka jika ada pria lain yang menyentuhmu! Cih dasar Nino sialan!" kata Rey berdecih.
Hana tertawa melihat Rey yang uring-uringan. Kesan galak dan kejam secepat itu menghilang dari benak Hana hanya dalam jangka waktu beberapa jam saja.
"Sudah pak, jangan cemburu. Aku nggak suka sama pak Nino, cuma kagum aja sama pak Nino karena nggak suka marah-marah kaya pak Rey." kata Hana jujur.
Mendengar Hana membandingkannya dengan Nino, membuat Rey kesal bukan main. Ia menepikan mobilnya di sisi jalan dan menatap tajam Hana.
"Ba-bapak kenapa?" Hana panik karena mendapatkan tatapan tajam dari Rey.
"Jangan pernah membandingkan aku dengan Nino, kami jelas 2 orang yang berbeda Hana. Aku ya aku, Nino ya Nino."
"Iya pak iya, maaf aku salah." kata Hana mengakui kesalahannya. Ia pun tidak ingin jika nanti Rey membandingkan dirinya dengan wanita lain.
Rey kembali melajukan mobilnya menuju apartemennya. Apartemen yang ia beli untuk tempat tinggalnya dan istrinya nanti.
Merasa jalan yang di tuju Rey bukanlah jalan menuju rumahnya, Hana langsung protes. "Loh pak, kenapa kita lurus, harusnya kan belok. Bapak mau bawa aku kemana? Bapak jangan macem-macem ya sama aku. Aku telpon papa sekarang!" Hana langsung mengambil ponselnya dari dalam tas. Namun Rey langsung merampasnya.
"Eeh, bapak!" Hana hendak menarik tangan Rey yang merampas ponselnya tapi Rey malah merengkuhnya.
"Diam Hana, kamu mau kita kecelakaan!" putus Rey dengan sorot mata tajam.
Mereka akhirnya sampai di basement apartemen tempat Rey. Mereka turun dan jalan bergandengan tangan.
Baru seminggu Rey tinggal di apartemen ini.
Sebenarnya apartemennya sudah full furniture tapi ia akan merubahnya jika Hana menginginkannya.
"Pak, ini apartemen siapa?" tanya Hana heran setelah sampai di dalam unit milik Rey.
"Tempat yang akan kita tinggali setelah kita menikah nanti!" kata Rey. Ia menarik tangan Hana menuju ke kamar utama, yaitu kamar yang akan mereka tempati nanti.
Kamar yang tidak terlalu besar namun cukup nyaman, di salah satu sisi terdapat jendela kaca yang besar yang mengarah ke pusat kota. Hana membuka gorden vintrase putih dan membuka pintu kaca yang mengarah ke balkon.
Rey meletakkan tasnya dan milik Hana diatas meja dan berjalan mendekati Hana di balkon. Ia memeluk Hana dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu kanan Hana.
"Bagaimana? suka tidak?" tanya Rey.
"Suka pak, aku suka tempatnya!" balas Hana tersenyum. Ia merasa bingung dengan perasaannya sendiri, baru tadi pagi ia marah dan protes dengan ke dua orang tuanya hingga melakukan aksi mogok makan karena di jodohkan paksa dengan Reynan. Tapi kali ini ia malah merasa bahagia berada dalam dekapan pria galak ini.
"Apa yang kau pikirkan!" kata Rey seolah tau Hana sedang berpikir tentang dirinya.
"Nggak! Cuma nggak nyangka aja bisa secepat ini jatuh ke dalam pesona pak Rey. padahal selama ini aku benci banget sama bapak!" kata Hana jujur. Ia bahkan tertawa setelah mengatakan hal itu.
Rey makin mengeratkan pelukannya di perut Hana. "Maaf ya, selama ini selalu memberikanmu tugas yang tidak masuk akal. Aku terlalu pengecut untuk mengakui perasaanku padamu. Tapi sekarang aku tidak akan lagi melakukan itu. Aku akan terus mengatakan bahwa aku mencintaimu Kihana!" kata Rey tulus. Hana kembali berbunga mendengar perkataan Rey.
Rey membalik badan Hana agar menghadapnya. Ia lalu menangkup wajah Hana dan kembali memagut mesra bibir Hana. Hana melingkarkan kedua lengannya di leher Rey dan mulai bisa membalas ciuman Rey.
Rey membawa Hana menuju kamar dengan menggendong Hana seperti koala tanpa menghentikan pagutannya. Ia duduk diatas ranjang dan memangku Hana.
Hana menghentikan ciumannya saat merasakan milik Rey di bawah sana mulai menggeliat dan keras. Hana tidak ingin mereka lepas kendali. "Sudah pak." kata Hana mengingatkan.
Rey tersenyum dan mengangguk. Ia menghapus salivanya dari bibir Hana menggunakan jempolnya.
"Untung saja kamu mengingatkan. Jika tidak aku pasti akan membuat kita mendahului malam pertama kita!" kata Rey. membuat pipi Hana merona karena malu mendengar perkataan Rey.
"Bapaak, ngomong apaan sih!" kata Hana malu-malu.
Rey terkekeh dan mencubit kedua pipi Hana dengan gemas.
"Minggu depan kita akan menikah, kamu mau mas kawin apa?" tanya Rey. Ia kemudian membaringkan Hana di ranjang. Mereka berbaring dengan saling berpandangan.
"Bukanya tadi bapak sudah memintaku memilih perhiasan ya? Aku pikir itu untuk mas kawin!"
"Bukan, itu perhiasan untuk hantaran. Entahlah mami yang memintaku agar kamu memilihnya. Aku ingin tau kamu menginginkan mas kawin apa?" kata Rey penasaran.