Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Setelah Bibi Shanum berlalu wajah Satria kembali datar tanpa ekspresi bahkan kini ia mulai meminum susu hangat yg tersaji.
"Ingin di suapin apa makan sendiri.?"
Emily tidak menjawab, memilih duduk berlawanan arah dengan Satria .Toh tidak ada guna nya juga berdebat dengan Bos nya itu apalagi protes yg ada pasti ia akan berakhir di atas ranjang .Ia harus menjadi wanita penurut dan patuh, itu yg Satria butuhkan .
****
Tiga hari sudah dirinya terkurung di dalam rumah mewah itu tanpa keluar , membuat dirinya benar-benar sumpek .Bahkan oleh Satria di larang untuk bekerja .
"Hah ..lega amat perasaan baru menghirup udara ibu kota lagi ".
Emily merentangkan ke dua tangannya merasakan polusi yg langsung saja menerpa wajahnya.
"Apa memang lebih baik di rumah saja ya ? Astaga..gak boleh males Em. Bisa-bisa di pecat pula belum juga dua minggu."
Emily menoleh ke belakang sedikit menundukan badannya pada pria berjas hitam .Orang gila mana yg diantar mobil mewah plus sopir ,sedangkan dirinya masih berstatus sekretaris baru ? Semua ini keinginan Satria yg kekeh ingin di antar pake sopir .
"Pak ..di cari Pak Hamdan tadi ..?"
Emily berdiri dari duduknya melihat seorang wanita mendekati nya.
"Oh ..iya mbak , makasih.."
Keningnya mengerut , pagi-pagi tik finance mencari nya tidak menelpon langsung pula.
Banyak orang mengira menjadi sekretaris itu enak hanya duduk saja di kursi menatap layar komputer seharian .Tidak lebih dari babu para petinggi yg ia rasakan.
"Selamat pagi Pak Hamdan, tadi mencari saya ..?"
Pria berperut buncit itu mengalihkan pandanganya dari tumpukkan kertas dan kaca mata bulat nya di lepas.
"Pas sekali, ini berikan pada Sebastian tadi juga dia mencari kamu..!"
Emily melongo ,hanya karena ini ia harus berjalan jauh ke ruangan yg jaraknya satu lantai.
"Di apakan ini ya Pak .?"
"Suruh Sebastian untuk cek semua ini ,lalu bawakan lagi ke saya."
"Ya Tuhan ... perasaan job desk di sini enggak se unlimeted ini deh.."
"Baik Pak..!"
Emily akhirnya dengan patuh menerima tumpukkan berkas yg sebenarnya tidak ia ketahui ,hanya saja jika tim finance sudah mencarinya biasanya ada hal yg terlewat yg baru di revisi , Tetapi kali ini harus dengan senang hati seperti kurir.
Semakin dekat langkah kaki nya menuju pintu ruangan Sebastian ,semakin berdebar pula jantungnya . Padahal mati-matian hari ini ingin menghindari dari pria itu.
Tok tok tok ..
Tiga kali pintu di ketok ,terdengar suara mempersilahkan dari dalam . Emily membuka pintu pelan terlihat seorang wanita memunggunginya , seperti sedang ada tamu.
"Baik saya permisi dulu Pak.."
Ujar wanita itu berpamitan tak lupa menyunggingkan sedikit senyum ketika berpapasan dengan Emily.
"Eh ...Em. Ada apa..?"
Emily mengalihkan pandangan nya dari wanita tadi ketika sahabatnya itu di panggil ,langkah kaki nya mendekati meja Sebastian.
"Gue di minta Pak Hamdan untuk nganter ini .."
Ucap nya seraya menaruh tumpukkan berkas di atas meja .
"Oh ..iya "
"Gue .. permisi dulu.."
"Emily.."
Dengan cepat Sebastian meraih tangan Emily, ini memang perbuatannya mencari alasan ke Pak Hamdan agar wanita ini bisa ke ruangannya.
"Bas ini kantor.."
Ujar Emily menggeram ,bahkan pintunya saja belum di tutup ia takut ada orang yg melihat.
"Iya gue tau ini kantor ,tapi kalo gak sekarang kapan lagi ..?'
"Apanya sih..?"
Sebastian bangkit dari singgasananya ,ia berjalan menutup pintu dan bahkan sampai mengunci nya . Emily panik karena takut sekali berduaan dengan Bastian kali ini.
"Bas .. Kenapa di kunci..?"
Pria itu mengedikkan bahu nya acuh ,.
"Bukankah ini yg elo mau hah ??? Agar tidak ada yg melihat kita berdua ??"
"Tapi enggak gini juga gimana kalo.."?
"Jangan pikirkan orang lain saat ini ,gue ingin bertanya kenapa waktu itu lo bisa ada di apartment ? Elo gak lagi boongin gue kan ??"
Tatapan Sebastian seperti menusuk mata Emily ,ia seperti di interogasi langsung di ruangan tertutup .Bahkan yg di rasa pencahayaan saat ini sedikit redup .
"Boong apa sih ,gue gak lagi boongin elo ,waktu itu memang .."
"Memang ..."?
Otak Emily serasa buntu ia bingung untuk menjelaskan bagaimana jika berdalih ingin mengunjungi salah satu temannya pasti Sebastian akan bertanya lagi siapa orangnya.
"Elo gak lagi ada hubungan kan sama Pak Satria..?"
Glekk...
Emily susah payah menelan salivanya sendiri. Hubungan ..? Bahkan bisa di katakan lebih untuk saat ini tapi ia tak bisa memberitahukannya karena hal tersebut melanggar kontrak .
"Emily ..gue tanya sekali lagi "
"Enggak ada ..!" Gue gak ada hubungan apapun sama Pak Satria."
Sudut bibir Sebastian terangkat ,ia maju selangkah lebih dekat hingga dapat melihat dengan jelas wajah sahabatnya.
"Thank Em ..Gue cemburu ngeliat elo waktu itu deket banget sama Pak Satria .."
Sebastian merengkuh pinggang Emily ,tatapan matanya meneduh tidak setajam tadi .
"Lo ..Harus tau Em ..gue ada rasa sama lo.."
Tubuh Emily menegang seperti tersengat listrik ,ia tidak bisa bergerak apalagi saat ini sesuatu kenyal menempel di bibir nya .
Merasa tidak ada perlawanan dari Emily , Sebastian semakin berani menggerakkan bibirnya .Mengecup bibir ranum kemerahan itu bergantian hingga lama-lama menjadi lumatan kecil .
"Kamu bisa rasakan ini kan ,Sayang .?"
Sebastian membawa tangan Emily ke dadanya untuk merasakan detakan jantungnya yg berdebar tak karuan saat ini .
"Bas..."
Emily tersadar , sedikit risih tapi Sebastian tidak memperdulikan itu malah semakin tertantang untuk kembali mencicipi bibir merah ranum itu .
Lumatan itu semakin menggebu bagai tiada tempo hingga membuat Emily kesusahan mengambil nafas .
"Enghhh..."
Sebastian tidak perduli bahkan Emily sudah memukul-mukul dadanya terasa sedikit sakit.
"Hah..'
Susah payah Emily mengambil napas ,menghirup sebanyak-banyaknya dadanya terasa sedikit sakit.
Tersadar seperti nya deringan itu dari ponselnya , Emily melotot sempurna melihat nama yg tertera di layar .
Sebelum keluar dari ruangan ia memberikan tatapan tidak suka pada Sebastian lalu melenggang dari tempat itu .
"Iya Pak ..ada yg bisa..!"
Sebastian menatap nanar kepergian sahabat nya , perasaannya saat ini masih menggantung .Tidak ada jawaban apapun dari Emily.
Bukan itu ,ia sedikit menyadari caranya menyampaikan perasaannya itu salah. Emily seperti tidak nyaman di perlakukan seperti tadi dan karena itu ia kalah dengan nafsu nya .
"Sorry Emily.."
Percuma saja karena wanita itu sudah menjauh berlari kecil ,ia tau siapa yg menghubungi nya hingga membuat wajah wanitanya pucat pasi.
***
"Maaf ..Pak ..Saya baru .."
Ucapan Emily menggantung ia melihat keadaan ruangan Bos nya itu benar-benar seperti kapal pecah . Sampai-sampai meja kerjanya terdapat bercak darah.
",Pak ada apa ini ..?"
Apa Satria kembali mengamuk ?? Ada apa?? Bahkan ini masih sangat pagi itu yg Emily pikir ,ada saja keributan yg terjadi bahkan Bosnya ini tidak bisa....
alasan cerita ini juga terlalu dibesar"kan. pertama, satria dilarang bercerai dengan alasan keluarganya malu. ..yg bakal malukan catrine, dia yg selingkuh duluan. ke dua, membuat karakter keluarga terhormat dan disegani tapinmelihat catrine yg gak ada apa"nya malah sangat disayangkan keluarga seperti itu tdk punya pendirian dan keberanian. gw yakin dengan melihat bagaiman catrine mengancam wiratam gw jadi filing yg selingkuh itu wiratama dengan catrine...makanya dia selalu ngelarang surya cerai dengan alasanencoreng nama keluarga. justru namanya yg akan tercoreng kalau ketahuan.
MERTUA DAN MENANTU MAIN API.
SKIP DAH GW😪
ya ampun si emeli kena getahnya smpe mau ditelanjangi 😩