Zira terjebak dalam tawaran Duda saat dimalam pertama bekerja sebagai suster. Yang mana Duda itu menawarkan untuk menjadi sugar baby dan sekaligus menjaga putrinya.
Zira yang memang sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan juga biaya pengobatan bibinya terpaksa menerima tawaran gila itu.
"Menjadi suster anakku maka konsekuensinya juga mengurus aku!" Ucap Aldan dengan penuh ketegasan.
Bagaimana cara Zira bertahan disela ancaman dan kewajiban untuk mendapatkan uang itu?
follow ig:authorhaasaanaa
ada visual disana.. ini Season Dua dari Pernikahan Dadakan Anak SMA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
0008
Masih dalam posisi membelakangi dan Aldan juga masih mengelus lembut pinggang rampung Zira. Seakan kelinci yang membeku itulah Zira sekarang, ia tidak berani bergerak sedikitpun. Tangan Aldan perlahan turun menuju bagian inti yang sangat membuat sosok Zira merinding habis.
“Tuan..” Zira menjerit. “Aaaaaa..” Cepat sekali Aldan mengubah posisi hingga kini saling berhadapan dengan sosok kelinci yang sudah susah payah ia lumpuhkan.
Kepala Aldan harus sedikit menunduk untuk meraih bibir ranum Zira yang sangat menggoda malam ini. “Kau pendek, sangat susah untuk dicium. Aku harus menunduk,” ucap Aldan dengan suara berat seperti sudah dilanda gairah yang tinggi.
Zira tidak merespon apapun, yang ia pikirkan tidak lain adalah tentang semua kejadian yang mungkin saja terjadi malam ini. Zira ingin mengatakan sesuatu tapi tiba-tiba saja bibirnya dibungkam oleh bibir Aldan. Ia tidak tahu harus bertindak apa, tapi Zira hanya diam pasif.
Aldan melepas lumatan yang sangat kaku itu. “Ini pertama kali untukmu?” tanya Aldan, Zira menjawab dengan anggukan kepala. “Kau ini merepotkan sekali, semua serba tidak tahu dan tidak pernah..” ucap Aldan yang mana membuat alis Zira seakan mau menyatu.
“Lagi-lagi kau merepotkan aku, kalau sudah begini terpaksa aku mengajarimu, bukan?” tanya Aldan yang mana lebih tepatnya sok rasa percaya diri yang tinggi.
“Apakah kau tidak ingin minta maaf soal itu?” tanya Aldan balik sembari mengusap bibir ranum dengan ibu jarinya.
“Duda tantrum! Kenapa juga aku minta maaf hanya karna soal ketidaktahuanku ini?” tanya Zira di dalam hati.
Sungguh Zira sudah sangat pasrah dengan segala hal yang mungkin terjadi. Bahkan bibir Aldan kembali melumat bibirnya, Zira membalas meskipun sedikit kaku tapi ia terus menggunakan naluri hati. Hingga pergulatan bibir itu yang awalnya kaku perlahan mulai lihai dan bahkan Zira sudah menikmati.
Seakan pasokan oksigen mulai menipis Aldan melepas tautan bibir itu. Ia tersenyum sinis melihat Zira yang bernapas secara tersenggal hanya karena ulahnya. Dada itu naik turun dan sangat membuatnya penasaran, tidak akan Aldan melepaskan Zira sedikitpun malam ini.
Aldan mendorong tubuh Zira hingga terduduk di pinggir ranjang, tangan Aldan membuka satu persatu kancing kemeja yang ia pakai. Susah payah Zira menelan ludah sendiri jadinya, ia benar-benar semakin merasa sosok kelinci yang sangat sangat tidak berdaya sekarang.
Zira perlahan mundur hingga mentok pada kepala ranjang, dan disaat itulah ia sadar jika Aldan sudah full tanpa pakaian luar. Hanya tertinggal pakaian bagian dalam saja, dan itu membuat Zira tertegun habis karna bentuk tubuh Aldan yang benar-benar menggoda.
“Roti sobek..” kata Zira kala melihat di bagian perut Aldan. “Tangan kekar..” kata Zira kala melihat kearah lengan. “Ahhh.. Tidak mungkin bagian bawah itu kecil, bisa mati menjerit aku kalau sangat besar!” kata Zira lagi didalam hati.
Zira menjerit kecil disaat Aldan menarik kakinya hingga sekarang sangat dekat dengan Aldan. Kedua kaki Zira menjutai di lantai dan kini Aldan membuat posisi ia yang berada diatas tubuh Zira yang tidak berdaya.
“Astaga, kenapa dia ganas sekali?” Zira sedikit takut karna gerakan Aldan yang sangat terburu-buru. Membuka satu persatu pakaiannya dengan sangat-sangat tidak sabaran.
Setelah berhasil membuat Zira tanpa sehelai pakaian sedikitpun, timbul senyuman puas diwajah tampan Aldan. Ia tidak menyangka dibalik pakaian sopan yang sering Zira pakai, ternyata terdapat body yang sangat indah. Sangat putih mulus tanpa celah kekurangan sedikitpun, benar-benar memabukkan bagi Aldan.
“Kau membuatku menjadi gila, Zira.. Malam ini kau tidak akan aku lepaskan sedikitpun!” ucap Aldan dengan sangat tegas.
Aldan kembali meraup bibir Zira lalu perlahan turun ke bagian leher dan terus menuju bongkahan yang sangat menggoda itu. Bentuknya tidak terlalu besar tapi sangat pas digenggaman hal inilah yang membuat Aldan seakan mau gila jadinya.
Sudah pasti Zira mendesis kala tangan Aldan meremas miliknya, ia hanya memejamkan mata merasakan pergerakan yang sangat terburu-buru dari Aldan. Disaat Aldan ingin melumat bulatan kecil diatas bongkahan itu suara ketukan itu membuat pergerakan berhenti.
Zira bangkit sehingga Aldan tidak bisa melanjutkan aktivitasnya, ia mengusap wajahnya kasar karna padahal sudah sangat panas tapi suara ketukan pintu sungguh sangat menggangu.
“Sebaiknya lihat dulu siapa yang mengetuk pintu malam-malam begini, Tuan..” ucap Zira sembari memakai kembali pakaiannya kembali.
Aldan menghela napas kasar, ia tidak ingin berhenti. Menarik tangan Zira untuk ia cium lagi tapi Zira berhenti hingga Aldan tetap tidak bisa melanjutkan aksinya.
“Kenapa kau menghindar?” tanya Aldan dengan raut wajah tidak suka.
Zira memberikan kemeja Aldan. “Pastikan dulu siapa orang yang mengetuk pintu itu, lihat.. Siapa tahu penting,” ucap Zira membuat Aldan geram tentunya.
“Kau kira akan aman malam ini?” tanya Aldan dengan raut wajah super tajam kepada Zira yang berekspresi tenang.
“Aku tidak ada berpikir seperti_”
“Semakin kau menghindar untuk melakukan semua besok, maka sudah pasti besok adalah hari keganasanku. Kau tidak akan lepas dari hasrat ini, Zira.. Aku tidak pernah main-main dengan kata-kataku,” ucap Aldan sembari meremas kembali bongkahan itu.
Zira menjerit kecil, ia menatap tidak suka Aldan yang kembali memakai pakaian kembali. Aldan sungguh sangat suka diakali, pria itu seakan tahu apa yang dipikirkan dan direncanakan.
“Terimakasih wahai penyelamat di luar sana, setidaknya aku lolos malam ini dari hasrat liar duda tantrum itu,” gumam Zira didalam hati.
~
Disaat Aldan membuka pintu sungguh Zira terkejut melihat Aila yang berdiri disana dengan memegang boneka. Tatapan matanya sangat lemas seperti seseorang yang sakit, Zira langsung turun dari tempat tidur.
“Kau ini kenapa, Aila? Di jam segini masih keluyuran seperti tuyul!” Aldan marah kepada Zira yang menunduk.
“Kalau Aila tuyul berarti kau bapak tuyul, bukankah seharusnya begitu?” Sindir Zira membuat kedua mata Aldan menatap tajam kearah wanita yang pagi tadi ia nikahin itu.
“Aku sedang memarahi anakku, dan kau hanya orang asing, Zira. Berhenti ikut campur,” ucap Aldan dengan sangat tegas.
Aldan marah kepada Aila murni karna anaknya itu sudah menganggu aktivitas panas yang sangat ia inginkan. Membuat suasana hati Aldan menjadi sangat tidak baik karna tidak mendapatkan gairah tuntas.
dah sakit aja baru
tp kenapa yaaaa...si aila bisa seegois ituu 😞🙈pdhl dh liat tuhh papa nya nangis bombay di tgl ultahnya aila