Marriage Is Scary...
Bayangkan menikah dengan pria yang sempurna di mata orang lain, terlihat begitu penyayang dan peduli. Tapi di balik senyum hangat dan kata-kata manisnya, tersimpan rahasia kelam yang perlahan-lahan mengikis kebahagiaan pernikahan. Manipulasi, pengkhianatan, kebohongan dan masa lalu yang gelap menghancurkan pernikahan dalam sekejap mata.
____
"Oh, jadi ini camilan suami orang!" ujar Lily dengan tatapan merendahkan. Kesuksesan adalah balas dendam yang Lily janjikan untuk dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Syndrome, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Movie Date
Isaac melangkah cepat menuju rumah, melirik sekilas ke jam tangan yang menunjukkan pukul empat sore. Seharusnya, dia sudah tiba di rumah sebelum pukul dua, seperti yang dia janjikan pada Lily. Tapi, dia tertahan bersama Lisa karena harus membawa Mario ke rumah sakit karena keadaannya begitu parah.
Rasa bersalah menyelimutinya, dan tanpa membuang waktu, Isaac segera mencari istrinya begitu masuk ke dalam rumah.
Begitu tiba di halaman belakang, dia melihat Lily tengah duduk santai di bangku taman, asyik membaca novel di bawah sinar matahari sore. Di sampingnya, Martha terlihat sibuk menyirami bunga-bunga dengan penuh ketelitian.
“Lily,” panggil Isaac dengan suara lembut, berusaha mengalihkan perhatiannya. Lily menoleh dan menutup novelnya, menatap Isaac tanpa ekspresi.
Isaac menghela napas, lalu berbicara dengan nada penuh penyesalan, “Maaf, aku pulang terlambat. Aku tahu, aku janji pulang lebih awal.”
“Tapi setelah meeting aku harus ngurus beberapa hal,” kata Isaac yang tentu saja berbohong.
Dia mengangkat tangannya yang memegang tiket bioskop. “Aku udah beli tiket film horor baru.”
Lily menatap tiket di tangan Isaac dengan ragu. “Aku nggak pengen nonton, Isaac. Kamu telat, aku udah kehilangan mood.”
Film yang akan ditonton mereka merupakan sebuah film horor yang tengah populer, mengisahkan tentang seorang wanita yang terus dihantui oleh roh jahat setelah melakukan ritual pemanggilan arwah tanpa sengaja di desa kecil. Ceritanya mencekam, dengan latar yang penuh misteri dan atmosfer gelap yang kental.
“Film ini pasti menarik. Ayo, sayang,” bujuk Isaac, “sekali ini aja, ya? Aku janji, habis ini aku nggak akan telat lagi.”
Namun, Lily hanya menggeleng dan beralih kembali pada novelnya.
Martha tampak tak peduli dan asik dengan dunianya. Dia terus menyirami bunga, seolah tidak melihat keberadaan Isaac dan Lily.
Isaac menatap Lily dengan penuh tekad. Kemudian, tanpa ragu, dia berlutut di depan Lily, hingga akhirnya menarik perhatian Martha.
“Maaf, Lily. Aku mohon... sekali ini aja. Please?” kata Isaac dengan nada memelas.
Lily mendesah, lalu melirik ke arah Isaac yang memohon penuh harap di depannya. Melihat ekspresi penuh kesungguhan di wajah Isaac, Lily akhirnya luluh dan mengangguk kecil. “Oke,” jawabnya singkat. Lagipula Lily merasa bosan karena seharian ini hanya di rumah saja.
Isaac tersenyum lebar, kemudian berdiri dan menarik tangan Lily, mengajaknya masuk untuk bersiap-siap.
Di dalam kamarnya, Lily membuka lemari dan mulai memilih pakaian yang cocok untuk menonton film malam ini. Setelah lama mempertimbangkan, dia akhirnya memutuskan mengenakan gaun selutut berwarna merah muda dengan sedikit sentuhan renda di bagian pinggang.
Setelah itu, dia duduk di depan cermin rias, meraih bedak dan perona pipi, serta memoleskan lipstik merah muda lembut yang mempertegas bentuk bibirnya.
Dengan riasan tipis yang mempercantik wajahnya, Lily terlihat memancarkan aura segar dan anggun. Matanya yang berbinar ditambah dengan sedikit sentuhan maskara membuat bulu matanya lentik, menambahkan kesan elegan pada wajahnya.
Alih-alih terlihat seperti ibu hamil, Lily justru terlihat seperti masih gadis.
Isaac masuk ke kamar tepat saat Lily selesai berdandan, dan seketika tertegun melihat kecantikan istrinya yang luar biasa.
“Ya ampun, cantik banget istri aku,” puji Isaac tulus.
Lily tersipu, dan dengan tersenyum dia meraih tangan Isaac. Mereka pun berangkat ke bioskop di salah satu mal terbesar di pusat kota.
Di sepanjang perjalanan, Isaac sesekali mencuri pandang pada Lily yang duduk di sampingnya, berusaha mengembalikan suasana yang sempat tegang tadi.
***
Isaac dan Lily memasuki area bioskop dengan menunjukkan tiket pada petugas. Setelah diperiksa, mereka melangkah masuk ke lobi yang penuh dengan aroma manis popcorn dan suara riuh rendah para penonton yang menunggu giliran. Di salah satu sudut, Isaac melihat konter makanan dan memutuskan untuk membeli snack untuk mereka berdua.
“Aku beli popcorn sama matcha buat kamu ya?” ujarnya sambil menatap lembut ke arah Lily. Lily mengangguk, tersenyum melihat perhatian suaminya. Isaac kembali dengan satu wadah besar popcorn karamel, minuman matcha untuk Lily, dan satu cup kopi dingin untuk dirinya sendiri.
Lobi bioskop dipenuhi berbagai poster film yang tertempel di dinding, beberapa di antaranya adalah film horor dengan gambar yang cukup menyeramkan, membuat atmosfer semakin mencekam bagi mereka yang hendak menonton.
Di sekeliling mereka, penonton yang menunggu juga terlihat antusias, ada yang duduk sambil berbicara pelan, sementara beberapa lainnya asyik bercanda untuk menghilangkan ketegangan sebelum film dimulai. Sesekali terdengar suara tawa kecil dari kelompok remaja di sudut ruangan.
Setelah sekitar sepuluh menit menunggu, mereka diarahkan untuk masuk ke dalam studio. Isaac menggandeng tangan Lily erat-erat, menjaga agar istrinya tidak terdorong di tengah kerumunan pengunjung lain yang juga sedang masuk. Lily berjalan dengan hati-hati sambil memegangi perutnya, menjaga dengan waspada agar tidak terbentur.
Ruangan teater terasa temaram dengan pencahayaan minimal, hanya diterangi garis lampu kecil di sepanjang lantai yang menuntun mereka menuju kursi. Hawa dingin mulai terasa karena banyaknya AC di ruangan tersebut.
Isaac membantu Lily duduk, lalu mereka mengatur posisi agar nyaman sambil mempersiapkan diri untuk menyaksikan film yang ditunggu-tunggu.
Layar lebar akhirnya menyala, dan suasana menjadi hening. Lampu-lampu di dalam ruangan perlahan redup hingga semuanya tertelan dalam kegelapan. Film dimulai dengan adegan pembuka yang langsung menyajikan visual seram, sebuah desa tua yang sunyi diselimuti kabut tebal, dengan suara-suara samar yang mengalir seperti bisikan tak terlihat.
Bulu kuduk Lily langsung meremang, dan dia secara refleks menggenggam tangan Isaac erat-erat.
Isaac merangkul nya, membiarkan istrinya bersandar dengan nyaman di bahunya. “Tenang aja, ada aku disini,” bisik Isaac lembut di telinga Lily, menenangkan.
Film itu penuh dengan adegan jumpscare yang membuat penonton terlonjak. Teror yang disajikan semakin intens, menghadirkan bayangan-bayangan hantu yang muncul tanpa diduga. Di salah satu adegan, hantu tiba-tiba muncul di balik tokoh utama, dan jeritan terdengar dari beberapa baris penonton.
Lily terkejut, mengeratkan genggamannya di tangan Isaac, sementara Isaac menenangkannya dengan usapan lembut di punggungnya.
“Aku di sini, sayang. Santai aja,” bisiknya, sambil tersenyum kecil.
Beberapa kali Lily menjerit, namun berusaha mengontrol dirinya dengan lebih banyak menggigit bibir dan menunduk. Sesekali, dia meraih segenggam popcorn, mencoba mengalihkan ketakutannya. Dia juga menyesap minuman matchanya, menyandarkan diri pada Isaac yang tampak tenang, tapi sebenarnya dia sendiri cukup terkejut dengan adegan-adegan film yang begitu menegangkan.
Sepanjang film, suasana di antara mereka terasa sempurna. Keintiman yang hangat di tengah ketegangan film horor.
Kebersamaannya dengan Lily, suasana bioskop yang tenang dan intim, seolah menyapu bayang-bayang gelap yang menghantui Isaac selama ini.
biar semangat up aku kasih vote utkmu thor