Amira Khairinisa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21.
Sedangkan disisi lain, setelah mendengar bahwa Fajar akan segera pulang, Amira pun memilih untuk menunggu kepulangan suaminya itu di lantai bawah.
Entah kenapa juga, dia sejak tadi masih belum bisa tidur dan susah sekali tidurnya, tidak seperti biasanya Amira rasakan, walaupun Fajar sudah menyuruhnya untuk segera tidur lebih dulu tanpa harus menunggunya pulang, apalagi kamar mereka pun terpisah, seharusnya itu tidak akan mempengaruhi tentang siapa yang akan tidur terlebih dahulu.
Jadi karena dia tidak bisa tidur, dan juga akan menunggu kedatangan Fajar, Amira pun lantas kembali ke atas dan mengambil buku yang sering dia baca, karena cara dia menghabiskan waktu dan membantu dirinya untuk cepat tidur hanya dengan membaca buku favorit nya.
" Buku kemarin aku baca, aku simpan dimana, ya?" gumam Amira dengan kedua bola matanya yang bergerak mencari keberadaan bukunya itu.
Dia lupa dimana semalam dia meletakkan nya.
" Nah, ini ternyata, Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga." ucap Amira merasa lega, setelah dia mencari nya beberapa menit, akhirnya dia menemukan buku yang dia cari, yang ternyata terselip di antara buku-buku sekolahnya.
Dia pun segera keluar dari kamarnya, begitu buku yang selalu dia bawa kemana-mana itu sudah dia temukan.
Untuk menghilangkan rasa bosen selama menunggu Fajar pulang, Amira memilih untuk membaca bukunya di lantai bawah, dan membacanya di ruang keluarga.
" Sepertinya bibi-bibi pada sudah tidur."gumam, Amira sambil menuruni anak tangga dengan perlahan supaya tidak menimbulkan suara yang menganggu istirahat semua orang yang ada di rumah besar itu.
Suasana di lantai bawah, sama seperti di lantai dua, suasananya sama-sama hening, yang terdengar hanya sebuah jam dinding yang terus bergerak berputar setiap waktunya.
" Buah kering ini ternyata enak juga, rasanya manis."
Amira langsung tersenyum dibalik cadarnya, begitu dia sudah duduk di sofa panjang yang ada di ruang keluarga itu sembari dia merasakan buah kering yang sempat disiapkan oleh Bi Surti kepadanya.
Dia juga mulai membaca buku favorit nya itu, yang berjudul tentang kisah wanita hebat di zaman Rasulullah Saw, sehingga dia bisa sangat termotivasi untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi setiap harinya.
Setiap paragraf dan kalimat dari buku itu berhasil membawa perasaannya masuk ke dalam ceritanya, hingga dia sampai tidak sadar sudah berapa halaman buku yang sudah dia baca itu.
" Masya-allah!."
Kalimat itu sesekali terucap di tengah-tengah isi buku yang dia baca, lembaran demi lembaran buku sudah dia lewati hingga kini hanya rasa ngantuk saja yang memulai menyerangnya.
Dia pun lantas langsung melafalkan doa sebelum tidur, begitu rasa ngantuk itu sudah tidak bisa dia tahan lagi.
...🖤🖤🖤🖤🖤...
Setengah jam telah berlalu, dan Fajar kini sudah sampai di depan rumah, setelah dia memakirkan motornya, Fajar pun langsung masuk kedalam rumah.
" Amira?" batin Fajar.
Dia sedikit kaget ketika dia melihat keberadaan Amira yang kini sudah tertidur di area sofa ruangan keluarga.
Sofa itu memang berukuran panjang dan juga lebar, tetapi kondisinya Amira sudah tertidur hanya memakai sedikit bagian dari sofa itu.
Hal itu di karenakan posisi tidur Amira yang meringkuk, dengan kedua tangan mungilnya itu yang masih memegang sebuah buku yang terlihat masih belum dia baca sepenuhnya.
" Amira-Amira Kamu sesuka itu, sama buku?, sampai tidur pun kamu peluk." batin Fajar, sambil menggelengkan kepalanya pelan, karena melihat istrinya itu yang tidak bisa lepas dari buku.
Dia pun semakin melangkahkan kakinya ke sofa, lebih tepatnya ke arah Amira yang sudah semakin terlelap dalam tidurnya itu.
" Ngapain sih dia sampe ketiduran disini?, padahal gue udah bilang ke dia, untuk jangan nungguin gue balik." batin Fajar kembali sembari mengamati wajah Amira yang tertidur pulas, namun tidurnya itu masih dengan keadaan yang memakai cadar.
Setelah mengamati wajah istrinya itu, dia pun langsung membungkukan punggungnya, supaya dia bisa lebih dekat dan juga bisa mengambil buku yang sedang dipeluk oleh Amira.
Dengan perlahan, dia terlebih dahulu menarik buku di pelukan nya Amira, untuk menyimpannya di atas meja.
" Lepasin bukunya, biar saya simpan di atas meja." ucap Fajar, saat Amira tiba-tiba langsung mengeratkan pelukannya kepada buku itu, seolah-olah dia melarang Fajar untuk mengambil bukunya.
Namun Alam bawa sadar Amira seolah mendengar ucapan dari Fajar tadi, sehingga setelah Fajar berkata seperti itu, pelukan Amira otomatis langsung mengendur dengan sendirinya.
Melihat pelukan Amira yang sudah mulai mengendur, Fajar pun mengambil buku itu dengan hati-hati, sehingga dia pun berhasil mengambil buku itu tanpa mengusik tidur dari pemilik buku yang ia ambil.
Setelah berhasil mengambilnya dari pelukan Amira, buku itupun langsung Fajar letakan di atas meja.
Perhatiannya yang semula tertuju kepada buku itu, kini dengan cepat langsung teralihkan kembali kepada Amira.
" Cantik."
Sebuah kata itu tiba-tiba terlintas begitu saja di pikiran Fajar.
Tanpa sadar, dia juga menarik kedua sudut bibirnya, saat dia melihat kedua kelopak mata Amira yang terpejam indah dan juga sempurna.
" Gue gak nyangka kalau ini jadi kenyataan dalam kehidupan gue." batin Fajar yang begitu mengagumi pemandangan yang telah ia lihat di hadapannya saat ini.
Kain cadar yang Amira kenakan, memang tidak mampu menyembunyikan keindahan yang ada dalam diri Amira, sehingga siapa pun yang melihatnya tanpa sadar pasti akan mengaguminya, walaupun pastinya mereka tidak akan pernah melihat seperti apa wajah Amira di balik cadarnya itu.
" Ck!, bisa-bisanya gue mikirin yang kek gitu." batin Fajar yang sadar dan langsung merutuki dirinya sendiri, atas pikirannya yang telah berkelana entah ke mana.
Detik berikutnya, diapun langsung beranjak dari hadapan Amira yang masih terlelap dalam tidurnya itu.
Dia langsung memutuskan untuk segera naik ke lantai atas dan segera beristirahat.
Namun, begitu dia sampai dan berdiri di antara pintu kamarnya dan pintu Amira, dia pun langsung terpikir akan sesuatu.
TO BE CONTINUE.