Setelah bereinkarnasi ke dunia lain, Klein memutuskan untuk merubah hidupnya. Sebagai seorang yang bekerja keras dalam belajar dan akhirnya menjadi pekerja kerah putih yang terus-terusan bekerja lembur sampai kematiannya, di kehidupan ini dia memutuskan-
Tidak akan bekerja dan hidup dengan santai!
Untungnya, Klein bereinkarnasi sebagai pangeran pertama dengan keluarga yang menyayanginya. Belum lagi, dia juga menunjukkan bakat sihir yang sangat luar biasa, langka di antara umat manusia.
Latar belakang hebat dan bakat super, bukankah itu cocok sebagai pahlawan atau semacamnya?
Bahkan jika itu benar, Klein tidak peduli. Dalam hatinya, hanya ada satu tekad yang selalu dia jaga.
‘Di kehidupan ini-‘
‘Aku hanya ingin bermalas-malasan!’
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kei L Wanderer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petir Biru Dari Utara
Pada pertandingan berikutnya, arena sekali lagi berguncang hebat karena pertarungan Arthur dan Rachel.
Sorak-sorai para penonton menggema. Di antara para penonton, Klein duduk dengan tenang ketika melihat hasil pertandingan kali ini.
Di atas arena pertandingan yang dipenuhi dengan celah tebasan, retakan, dan bekas hangus, Arthur berdiri dengan pakaian compang-camping. Terlihat banyak bekas luka di tubuhnya, tetapi dia masih berdiri tegak sembari memegang erat pedangnya.
Di sisi lain, Rachel dalam kondisi yang kurang-lebih sama. Hanya saja, meski memakai armor ringan, terdapat banyak bekas celah akibat tebasan di armor nya. Gadis itu berlutut di lantai dengan ekspresi enggan.
Rachel tampak sangat kelelahan dan tidak berdaya, jelas merasa enggan. Namun, pedang patah di tangannya jelas memaksanya untuk menerima hasil ini.
Menunjuk ke arah gadis itu dengan pedang yang diselimuti oleh api, Arthur berkata dengan tenang.
“Sepertinya ini kemenangan ku, Rachel.”
Mendengar itu, Rachel memejamkan matanya tanpa mengatakan apa-apa. Dia melepaskan pedangnya, dan pembawa acara pun langsung mengumumkan hasilnya.
“Pertandingan kali ini dimenangkan oleh Arthur Gravent. Selamat telah maju ke babak berikutnya!”
Setelah api padam, Arthur kembali menyarungkan pedangnya. Dia kemudian mengangkat tangan kanannya yang terkepal erat tinggi-tinggi.
Saat itu juga, sorakan dan tepuk tangan langsung menggema di seluruh arena.
Setelah memastikan hasil pertandingan itu, Klein melirik ke arah tertentu.
Di sana, ada seorang pemuda agak pendek dan kurus. Dia tampak agak kotor, tetapi juga terlihat sangat bersemangat karena hasil ini.
‘Lonnie Vularms? Senjata yang keluarga itu tempa benar-benar tidak mengkhianati pamornya.’
Klein diam-diam menghela napas panjang. Menurutnya, entah dari keterampilan dan strategi dalam pertarungan, Arthur dan Rachel benar-benar seimbang.
Hanya saja, pedang di tangan Arthur merusak keseimbangan tersebut.
Walau banyak orang berpikir Rachel kurang beruntung karena pedangnya patah sangat bertanding, Klein dan beberapa orang berpikir itu bukan hasil keberuntungan.
Sebagai keturunan Warrior yang sangat kuat, Rachel tentu saja merawat senjatanya dengan baik. Klein tidak percaya gadis itu tidak memeriksa senjata sebelum bertarung. itu berarti bukannya Rachel tidak beruntung, tetapi kualitas senjata lawan lebih kuat sehingga dia kalah.
Kepala sekolah yang menonton pertandingan itu juga menggeleng ringan. Dia merasa level keponakan perempuannya tidak buruk, tetapi musuh lebih diuntungkan dalam hal perlengkapan.
Dengan pertandingan ini, tiga dari empat tempat babak selanjutnya telah ditentukan.
Apa yang membuatnya lebih mengejutkan adalah-
Ketiga orang yang maju ke babak berikutnya adalah murid kelas satu!
Banyak orang tidak menyangka Thea akan jatuh di tahap ini. Untuk pertarungan Klein dan Kenny, mereka mengira hasilnya 50/50, jadi tidak terlalu terkejut.
Oleh sebab itu, banyak orang sangat menantikan pertarungan berikutnya.
Mereka bertanya-tanya apakah keajaiban bisa terjadi, apakah mungkin empat besar akan diisi oleh empat murid kelas satu.
Merasakan antusiasme orang-orang, Klein mengerutkan kening. Dia merasa ini sangat tidak baik. Lagipula, suasana seperti ini akan membuat para peserta pertandingan berikutnya mengalami tekanan kuat.
Mengingat senyuman Luna dan tatapan penuh tekad di matanya, Klein bergumam pelan.
“Aku harap firasatku salah.”
...***
...
Beberapa jam berlalu begitu saja, dan pertandingan berikutnya pun dimulai.
Di atas arena pertarungan, dua orang saling berhadapan.
Katelyn menatap ke arah Luna. Melihat gadis cantik yang biasanya terlihat lembut, tetapi sekarang terlihat serius itu membuatnya mengangkat alis.
“Aku telah membaca informasi tentang mu. Kamu keturunan cabang dari Keluarga Edellia, kan? Seharusnya kamu tidak berada di sini, barisan depan medan pertempuran. Kamu seharusnya tahu apa yang aku maksud,” ucap Katelyn dengan nada dingin.
Luna tidak menjawab, hanya menatap ke arahnya dengan ekspresi serius.
Tentu saja Luna mengerti apa yang Katelyn maksud. Keluarga Edellia adalah keluarga yang lebih memfokuskan diri dalam bidang kedokteran. Bukan hanya dalam merawat pasien, tetapi juga membuat obat-obatan.
Maksud dari perkataan Katelyn juga sangat jelas.
Orang-orang di Keluarga Edellia lebih baik berada di barisan belakang. Katelyn jelas tidak menganggap Luna, keturunan Keluarga Edellia layak untuk bertarung di barisan depan (jika ada perang). Lebih baik fokus pada keahlian dan bakatnya sendiri.
“Sepertinya kamu benar-benar keras kepala,” ucap Katelyn sambil menyipitkan mata.
Luna menarik napas dalam-dalam, fokus menunggu aba-aba dari pembawa acara.
Saat itu, suara pembawa acara kembali terdengar.
“Pertandingan ini akan dimulai dalam hitungan 3, 2, 1-“
“Mulai!”
Ketika kalimat tersebut diucapkan, Luna sama sekali tidak ragu. Dia telah membaca banyak informasi tentang Katelyn, jadi cukup memahami jarak antara mereka.
Sebagai pembukaan, empat fire ball langsung ditembakkan ke arah Katelyn.
Sebagai tanggapan, Katelyn menggunakan sihir angin untuk menghindar. Luna juga menggunakan sihir angin untuk bergerak mendekat.
Dengan lambaian tongkatnya, tiga fire ball dan tiga wind sphere (bola, bukan tombak) ditembakkan.
Ketika mantra itu meluncur, bola api dan bola angin menyatu, membentuk tiga bola api besar yang berputar dengan kecepatan luar biasa.
Merasakan embusan angin panas, Katelyn menunjuk dengan tongkatnya.
“Kontrol energi sihir yang sangat luar biasa, tetapi itu saja.”
Energi sihir dari tubuh gadis itu melonjak, sesaat kemudian, petir ganas muncul di ujung tongkatnya.
“Great Thunder Serpent.”
Bersama dengan suara gemuruh, seekor ular petir raksasa muncul lalu menabrak dan menghancurkan tiga bola api besar dan bergegas ke arah Luna.
Luna langsung meluncur ke samping, dan ular petir itu mengenai tempat dia sebelumnya berdiri.
Suara letupan terdengar, petir yang ganas membuat lantai retak dan kerikil beterbangan. Ada juga bekas hitam karena terbakar.
Jelas, dari kekuatan sihir yang dikeluarkan, Katelyn sama sekali tidak menahan diri.
Melihat itu, banyak orang menghirup napas dingin, merasa agak khawatir terhadap gadis junior yang lembut itu.
“Kamu membuang-buang bakat mu. Setelah kekalahan ini, lebih baik fokus memperkuat kelebihan mu,” ucap Katelyn datar.
Gadis itu mengangkat tongkatnya, energi sihir yang lebih ganas daripada sebelumnya kembali terkumpul dalam waktu singkat.
“Twin Great Thunder Serpent.”
Bersama dengan ucapan tak acuh gadis itu, dua ekor ular raksasa yang seluruh tubuhnya terbuat dari petir melesat ke kanan dan kiri, benar-benar hampir menutupi seluruh arena.
Tidak ada cara untuk menghindar!
Luna mengangkat tongkatnya, lalu mengetuk lantai dengan kuat.
“Earth wall, water wall, fire wall!”
Bersama dengan ucapan Luna, dinding tanah muncul disusul oleh dinding air. Ketika dinding tanah itu basah, dinding api yang sangat panas muncul dan langsung mengeringkannya, membuat dinding itu lebih keras daripada seharusnya.
BOOM!!
Walau diperkuat, dinding tanah itu masih dihancurkan oleh Twin Great Thunder Serpent milik Katelyn. Akan tetapi, itu semua tidak sia-sia.
Katelyn menggunakan jeda singkat itu untuk menghindari ke tempat yang sebelumnya dilalui sihir petir ganas itu.
Merasakan tatapan tak acuh Katelyn, Luna yang sedari tadi diam akhirnya membuka mulutnya.
“Memiliki bakat bukan berarti harus melakukannya. Walau dianggap sia-sia, tetapi manusia bukanlah boneka.”
“Tidak dikendalikan oleh orang lain, karena setiap manusia berhak memilih jalan hidupnya.”
>> Bersambung.
wkwkwk setiap cerita dibikin alur smpe setengah doang abis itu gk di lnjut
dah gw duga juga sih tpi tetep aja agak kecewa
yg pengen gw blng yg terbaik aja buat lu thor
Tapi kalau emang buat ada side income kayaknya karya ini ga sepopuler yg kemaren jadi mungkin kalo emang ga cuan kami ga masalah ga dilanjut
Walau tetep harapannya bisa membaca kisah ini sampai bener bener tamat