Malam sial itu membuat Ruby harus kehilangan mahkotanya demi menggantikan seorang wanita yang diincar seorang mafia yang harus menyalurkan syahwatnya karena dijebak oleh saingan bisnisnya.
"Tuan. Tolong...! jangan lakukan itu...!" Ruby mendorong pria tampan yang dikenal sebagai mafia bringas.
"Aku sudah membayarmu maka, layani aku...! " Ujar Sean menyeringai licik.
Sean mengira Ruby adalah wanita penghibur namun ternyata Ruby adalah gadis baik-baik yang masih suci. Ia yang ingin kembali ke negaranya ternyata harus menjadi korban salah tangkap oleh anak buahnya mafia.
"Bagaimana kelanjutan kisah antara Ruby dan Sean sang mafia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Pindah
Berjalannya waktu, Rubby tidak kerasan lagi tinggal di kota malang. Selain ingin menghindari dosennya pak Angga yang terus gencar mendekati dirinya, isu kehamilannya di luar nikah mulai terdengar dilingkungan nya.
Ia tidak mau psikisnya terganggu dan akan mempengaruhi tumbuh kembang janinnya. Kebetulan ia sudah mengirim Cv lamaran kerjanya ke salah satu perusahaan di LA. Dan saat ini ia menerima jawaban dari perusahaan tersebut.
Itu juga karena temannya bekerja di perusahaan tersebut membuat Rubby nekat pindah ke luar negri di mana usia kandungannya sudah memasuki tujuh bulan. Kebetulan perusahaan tidak mengharuskan karyawannya hadir di perusahaan dan bisa bekerja dari rumah.
"Ya Allah. Terimakasih. Akhirnya aku bisa mendapatkan pekerjaan di luar negeri." Rubby membereskan beberapa pakaian dan keperluan lainnya untuk ia bawa yang sudah dikemas di kopernya.
Kebetulan perusahaan yang menampungnya bekerja, tidak mempermasalahkan dengan cara busananya yang terlihat aneh di negara Adi kuasa tesebut.
"Kenapa nona tiba-tiba ingin kembali ke Jakarta?" tanya bibi Inem yang merasa sangat kehilangan majikannya yang baik hati itu.
"Saya ingin melahirkan didampingi mommy saya, bibi," Bohong Rubby karena tidak ingin rahasia kepergiannya ke Amerika diketahui bibi Inem karena bisa jadi bibi Inem akan mendapatkan tekanan dari orang-orang yang sedang mengincarnya kini. Berjaga-jaga itu lebih baik.
Tidak berapa lama kemudian, mobil yang mengantar Rubby tiba di bandara. Rubby mengurus proses imigrasi nya sendirian dengan tenang. Ia tidak ingin ada yang mengenalnya walaupun ia sudah menutup rapat tubuh dan wajahnya dengan pakaian syar'i.
Beruntunglah kehamilannya yang sudah memasuki enam bulan itu tidak terlalu besar. Rubby bahkan membeli tiket first class. Setelah tidak ada kendala yang berarti, Rubby masuk ke dalam pesawatnya setelah menunggu beberapa jam di ruang tunggu tersebut.
Bahkan jam penerbangan pesawatnya dimajukan satu jam dari jadwal awal. Rubby mengambil penerbangan malam hari agar bisa beristirahat. Sementara itu, Rayan yang merupakan asisten pribadinya nyonya Ananta sudah mengetahui keberadaan Rubby yang dikabarkan berada di Malang.
Ia segera menemui bos-nya itu untuk memberitahukan kabar terbaik itu." Semoga aku mendapatkan bonus tambahan dari nyonya Ananta dengan menikahi putrinya yang keras kepala itu." Rayan mengetuk pintu ruang kerjanya nyonya Ananta beberapa kali lalu masuk setelah diijinkan masuk.
"Ada apa Rayan?" tanya nyonya Ananta tanpa mengalihkan perhatiannya ke laptop miliknya.
"Aku sudah menemukan keberadaan Rubby, nyonya." Nyonya Ananta menghentikan jemarinya yang sedang mengetik sesuatu di laptop miliknya.
"Di mana dia?"
"Di kota Malang."
"Baiklah. Urus penerbangannya dan kita akan segera ke sana untuk menjemput gadis tidak tahu diri itu," ketus nyonya Ananta yang sebenarnya sangat senang bisa bertemu lagi dengan putrinya, tapi ia tidak ingin Rayan mengetahui perasaannya.
"Baik nyonya." Rayan segera meninggalkan ruang kerjanya nyonya Ananta dengan perasaan girang namun langkahnya terhenti karena nyonya Ananta memanggilnya lagi.
"Tunggu Rayan....!" Rayan membalikkan tubuhnya." Dengar...! Rubby tetaplah nona-mu. Panggil dia dengan sebutan nona. Kamu mengerti, Rayan?"
"Tapi, bukankah Rubby sebentar lagi akan menikah denganku? Kenapa aku tetap memanggilnya nona?" protes Rayan.
"Oh begitu. Aku tidak menjanjikan kamu untuk menikahiku putriku setelah dua ditemukan. Apalagi sekitar dua bulan lagi dia akan melahirkan bayinya dan perjanjian pernikahan itu otomatis batal," ucap nyonya Ananta penuh penekanan pada kalimatnya.
Deggggg....
"Sialan...! Jadi aku selamanya akan menjadi babu dari wanita keparat ini?" geram Rayan keluar begitu saja dari ruang kerjanya nyonya Ananta.
...----------------...
Rubby sudah meninggalkan tanah airnya dan mamanya serta Rayan tiba di alamat Rubby berdasarkan keterangan dari anak buahnya Rayan.
Rumah itu tampak sepi karena lampunya padam dilihat dari luar. Seorang satpam sedang berkeliling di komplek itu untuk memastikan keamanan lingkungan RT yang pernah ditempati oleh Rubby. Rayan buru-buru menghentikan satpam yang sedang berkeliling dengan sepedanya.
"Permisi pak...!"
"Iya pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya satpam itu.
"Apakah di sini benar rumahnya nona Rubby?" tanya Rayan.
"Maaf. Setahu saya, rumah kontrakan itu ditempati oleh nona Kania. Bukan nona Rubby," ucap satpam karena Rubby memperkenalkan dirinya dengan Kania.
"Kania?" geram nyonya Ananta karena Kania yang selama ini menyembunyikan keberadaan putrinya.
"Terus. Orangnya ke mana pak?" tanya Rayan lagi.
"Sepertinya sudah pergi dari sini semalam. Katanya kembali ke Jakarta. Itu yang saya tahu dari pembantunya," ucap pak satpam.
"Baik pak. Terimakasih." Rayan dan nyonya Ananta kembali ke dalam mobil taksi begitu mengetahui Rubby kembali ke Jakarta.
"Apakah Rubby sangat merindukanku dan ingin melahirkan didampingi oleh ku?" batin nyonya Ananta lalu menghubungi petugas apartemen untuk mengecek keberadaan Rubby yang mungkin sudah berada di unit apartemennya.
Komunikasi keduanya tampak serius di mana informasi tentang kedatangan Rubby di unit apartemen mereka tidak ada. Begitu pula di mansion juga tidak ditemukan Rubby.
"Ke mana anak itu? apa jangan-jangan di rumah Kania. Sialan...! Aku juga tidak punya nomor Kania. Baiklah. Aku akan menemui Kania. Mungkin saja gadis itu mengetahui keberadaan Rubby. Ya Allah. Lindungilah putriku di manapun berada," gumam nyonya Ananta sambil memijit pelipisnya yang berdenyut sakit.
Sementara itu Rayan sama sekali tidak mengetahui ke mana tujuan Rubby pergi karena ia tidak memeriksa perjalanan Rubby ke luar negeri mengingat kehamilan Rubby yang makin tua.
Di LA, Rubby sudah berada di apartemen teman kuliahnya dulu sewaktu di Kanada. Dia adalah Nicole. Gadis yang tidak begitu cantik namun sangat pintar seperti Rubby.
"Wah. Kenapa kamu tiba-tiba berubah begini, Rubby dan siapa ayah dari bayimu?" tanya Nicole yang belum tahu kisah kehamilan Rubby.
"Seseorang yang merayuku lalu meninggalkan aku begitu saja karena wanita lain," bohong Rubby karena tidak ingin mempermalukan dirinya kalau kehamilannya hasil pemerkosaan Sean.
"Oh begitu. Baiklah. Jangan pikirkan pria berengsek itu. Lagipula bayimu sebentar lagi akan lahir. Aku sangat senang dengan bau bayi karena mereka seperti peri kecil yang hadir ke bumi untuk mengurangi kesedihan kita. Kita akan merawatnya bersama, Rubby," ucap Nicole begitu tulus pada Rubby.
"Terimakasih Nicole. Maaf. Aku jadi merepotkan mu," ucap Rubby sambil mengatur barangnya di lemari.
"Kalau bisa, kamu ketemu dulu dengan bosku. Setelah itu kamu bisa sampaikan keadaanmu yang bisa bekerja dari rumah karena kondisimu yang sedang hamil," ucap Nicole.
"Ok. Tolong temanin aku menemui bos kita...!"
"Pastinya Rubby." Keduanya tersenyum lalu merebahkan tubuhnya mereka di kasur yang sama karena Nicole hanya memiliki satu kamar tidur dan harus berbagi dengan Rubby.
Keesokan paginya sekitar jam sepuluh pagi, Rubby sudah berada di perusahaan yang bergerak di kosmetik. Nicole mengantarnya menemui nyonya Broke. Namun kaki Rubby terhenti kala ia melihat sosok pria tampan yang tidak pernah absen dalam kerinduannya.
"Sean...?!" sentak Rubby saat melihat Sean sedang berbicara dengan asisten pribadinya nyonya Broke di depan pintu lift.
Rubby terpaku di tempatnya kala menunggu pintu lift terbuka. Itu berarti ia berada satu lift dengan Sean.
"Ayo Rubby. Masuk...!" titah Nicole karena Rubby masih diam di tempatnya.
"Rubby?" batin Sean hendak melihat wajah Rubby yang langsung membalikkan tubuhnya ketika berada di dalam lift.
"Mana mungkin Rubby berada di sini? Apa lagi Rubby tidak mungkin mengenakan pakaian aneh ini," batin Sean namun matanya bisa menangkap perut Rubby yang kelihatan membesar jika di lihat dari samping.
Rasanya masih pengin 😭😭😭
Rubby selalu saja hidup mu dalam bahaya semoga kamu baik' saja iya Rubby