Jaka Satya yang berniat menjadi seorang Resi, diminta Raja Gajayanare untuk bertugas di Sandhi Ponojiwan, yang bermarkas di kota gaib Janasaran.
Dia ditugaskan bersama seorang agen rahasia negeri El-Sira. Seorang gadis berdarah campuran Hudiya-Waja dengan nama sandi Lasmini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Untuk Layla
"Ya, hari ini. Ia sangat menghargai persahabatannya dengan anda, Tn. Satya"
Satya bernapas lega. Paling tidak Charlotte telah melaksakan bagian tugasnya dan merintis jalan bagi Satya.
la melanjutkan kata-katanya. "Mungkin nanti anda bersedịa berbicara denganku secara empat mata ..."
"Ah! Dan ini Ny. Satya!" Puteri Layla membuang muka dari Satya tanpa memberikan jawaban, kemudian menjabat tangan Lasmini dengan hangat.
Meskipun Satya belum puas karena pertanyaannya tak terjawab, namun ia
lega karena telah berhasil mengadakan kontak langsung.
Mungkin Puteri Layla tak menanggapi karena khawatir akan ada yang menguping pembicaraannya. Mungkin nanti Layla menghubunginya, pikir Satya.
Ia sadar Pangeran Hatir sedang mengawasi setiap gerak tingkahnya.
Satya tak dapat menduga apa sesungguhnya yang tersembunyi di balik wajah cantik Putri Layla.
Namun mengingat darah Pangeran Hatir yang mengalir di tubuhnya, Satya menyadari bahwa bagaimanapun rasa kebanggaan atas kebangsawanannya masih melekat kuat.
Dan melalui Puteri Layla maka keturunan Ottoman masih bertengger di singgasana.
Memang Rahbain merupakan kerajaan kecil, tapi kekayaannya berlimpah-limpah, apalagi minyak bumi memainkan peranan yang teramat penting di masa-masa mendatang bahkan sangat menentukan jalannya percaturan dan politik di dunia ini!
Saat ini, memiliki sumber minyak bumi berarti memiliki senjata pemukul yang ampuh!
Lasmini yang baru ke luar dari kerumunan para diplomat yang mengaguminya, melangkah mendekati Satya kemudian berbisik,"Huh, aku hampir tak dapat bernapas."
Jaka Satya tersenyum, "Tampaknya kau berhasil menumbuhkan simpati pada diri Puteri Layla.
"Aku mendapat undangan makan untuk besok Sat."
"Hemm, boleh juga!"
"Kau juga turut diundang."
"Kau memang patut, diberi acungan jempol," Satya tersenyum lebar.
Ia memandang sekeliling dengan puas, siap untuk meninggalkan Istana.
Udara malam terasa hangat menyelimuti mereka ketika mencuri jalan menuju pelabuhan.
Lasmini melangkah di samping Satya sambil menggamit lengannya, wajahnya tampak serius.
"Sat, semenjak bertemu dengan Puteri Layla aku lebih berhati- hati dari sebelumnya." Lasmini membuka suara.
"Apa maksudmu?" tanya Satya.
"Cara ia memotong kata-kata mu dan..."
Lasmini berpikir sejenak. "Aku telah berusaha untuk menyinggung keadaan di sini .. , terutama mengenai dirinya. namun ia selalu mengelak. Tampaknya ia sedang menyembunyikan sesuatu."
"Yah, mungkin itu hanya dugaan mu saja!"
"Tetapi kau menyinggung tentang pancing yang menyangkut di tenggorokanmu sewaktu di penginapan." Lasmini mengingatkan.
"Kuharapkan bukan tali pancing milik Layla." Satya menimpali.
Angin laut berhembus agak kencang membawa asap dari tempat kebakaran.
Debur ombak terdengar menggelitik telinga Satya, namun suara tembakan sama sekali telah menghilang.
Kesunyian yang menegangkan terasa mencekam seluruh kota. Kekhawatiran tiba-tiba muncul di hati Satya.
Suaranya terdengar parau ketika berbicara pada Lasmini. "Aku harus membawa Layla ke luar dari negeri ini besok."
"Bagaimana seandainya dia menolak?"
"Bagaimanapun juga dia harus pergi!"
"Kalau demikian kau harus menggunakan kekerasan !"
"Sejauh mana?"
"Sejauh yang diperlukan !"
"Membunuhnya juga? "
"Ya, itulah yang paling baik... apakah kau terkejut mendengarnya, Sat?"
"Tidak."
Lasmini semakin bernafsu. "Lalu bagaimana pendapatmu? Bersediakah untuk bekerja sama?"
"Tidak !" cetus Satya tegas.
"Ottoman pernah juga menjajah El-Sira. Aku tak mempercayai mereka! Mungkin mereka sedang berusaha membangun kembali kejayaan masa lampaunya Pasti El-Sira termasuk ke dalam sasaran mereka!"
Dengan suara datar Satya memberikan komentar. "Rahbain tak memberikan ancaman militer kepada siapapun. Angkatan Perangnya semata-mata untuk menjaga keamanan dalam negerinya !"
Seakan tak mendengar ucapan Satya, gadis itu mendengus penuh nafsu. "Aku akan membunuhnya! Akan kulakukan pada makan siang itu! Kau jangan ikut campur!"