"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lilis bisa bantu
Sasmita berdiri di depan pintu yang tertutup, pikiranya sedang berkelana, apa yang akan dia katakan pada suaminya. Tapi bagaimana lagi dirinya sudah dipecat.
Padahal ada cicilan yang harus dia bayar, dan itu tidaklah kecil, setidaknya dia butuh beberapa tahun bekerja untuk melunasi pinjaman uang yang di pakai berobat suaminya. Tapi itu kemarin, dan sekarang dirinya sudah tidak bekerja dengan gaji yang lumayan besar dan setelah ini sepetinya dia tidak akan mendapatkan gaji sebesar itu.
"Ya, tuhan." Sasmita meraup wajahnya yang tampak frustasi.
Mengusap matanya yang sembab, sambil menarik napas dalam-dalam. Mungkin ini sudah takdir yang harus dia jalani.
Tangannya terulur untuk mengetuk pintu, dan terdengar suara sahutan dari dalam.
Ceklek
"Loh, sayang. Kamu kembali? Apa ada yang tertinggal?" Tanya Hardi sambil tengok kebelakang tubuh Sasmita.
"Gak ada, Mas."
"Terus?" Hardi melihat wajah Sasmita yang sembab membuatnya mengernyitkan kening.
"Kamu habis nangis." Hardi pun membawa istrinya masuk, dan menutup pintu.
Air mata Sasmita kambali mengalir saat keduanya sudah duduk bersampingan.
"Kamu kenapa? Apa majikan kamu menyakitimu?" Tanya Hardi yang jelas merasa khawatir melihat istrinya menangis.
Sasmita menggelengkan kepalanya, "Ngak Mas," Katanya yang masih terisak. "Maaf Mas, aku dipecat."
Bruk
"Apa? Kenapa bisa dipecat sih!"
Keduanya mendongak dan mendapati Ibu Rita yang berdiri dengan wajah marahnya. Kantung belanjaan ditanganya sepertinya sengaja ia buang begitu saja.
"Kamu pasti membuat ulah! bagaimana kamu bisa dipecat baru bekerja satu bulan! Kamu pasti kerja ngak bener!" Nada marah itu begitu menggema didalam rumah, Sasmita semakin menundukkan kepalanya.
"Bu, jangan teriak-teriak, malu didengar tetangga." Ucap Hardi dengan wajah sedikit tegang.
"Biarin aja, lagian emang istri kamu itu gak bener, lebih baik jadi wanita penggoda saja biar dapet uang banyak!"
"Bu!" Pekik Hardi dengan nada membentak.
"Kamu berani membentak ibumu, hah!" Mata ibu Rita melotot tak suka, wanita itu tampak murka.
"Memang dia itu wanita gak bener, dan bawa pengaruh buruk buat kamu melawan ibumu ini!" Marahnya lagi sambil berlalu masuk kedalam kamar, tak lupa membawa barang belanjaan yang baru dia beli.
Hardi mengusap wajah kasar dengan hembusan napas panjang, sedangkan Sasmita semakin menunduk dengan perasaan sesak.
"Maafkan ibu, lebih baik kamu istirahat..aku juga sedang mencari kerja dan memasukkan beberapa lamaran semoga cepat mendapat pekerjaan." Hardi membawa Sasmita kedalam pelukannya, mengusap punggungnya dengan lembut.
"Terima kasih, Mas. Dan maafkan." Katanya dengan nada sendu.
"Tidak ada yang perlu di maafkan, kamu ngak salah."
*
*
Sore hari Sasmita keluar dari kamar setelah cukup lama menangis dan tertidur. Saat keluar dia melihat Lilis yang duduk di ruang tamu bersama ibu mertuanya sambil nonton TV.
"Lis, coba lihat ini, bagus kan..ini Ibu belikan buat kamu tadi." Bu Rita mengulurkan sebuah baju untuk Lilis.
"Duh Bu, kok jadi ngerepotin," Lilis tampak tersenyum senang menerima pemberian ibu dari Hardi itu.
"Gak apa, lagi pula mumpung ibu punya uang." Katanya dengan senyuman lebar.
'Ibu, punya uang dari mana? apa Mas Hardi yang memberinya.' Sasmita ingat jika beberapa minggu yang lalu dirinya baru mengirim uang gaji. Tapikan itu buat nyicil hutangnya.
Saat akan berlalu, ternyata Bu Rita melihat Sasmita, dan memanggilnya.
"Heh, Mita! tolong buatkan minuman dingin buat ibu sama Lilis." Perintahnya dengan nada ketus.
Sasmita tak menjawab, kepalanya hanya mengangguk.
"Bu, ibu bagus loh.. harganya juga mahal di sini." Lilis menunjukan tag harga yang masih menempel.
"Iya dong, masa buat kamu ibu belikan yang murah, ngak level lah!"
Bu Rita melirik Sasmita dengan wajah judesnya, kata terakhir ia tekankan sambil menatap Sasmita.
Wanita itu berlalu ke dapur sambil mengelus dada, selama manikah ibu mertuanya tak pernah bersikap ramah padanya, boro-boro belikan baju, yang ada hanya bisa mengomel dan mencacinya.
"Mas Hardi kemana Bu?" Tanya Lilis yang sejak tadi tak melihat pria pujaannya itu.
"Ngak tau, mungkin cari kerja. Istrinya kan Udah gak kerja." Jawab Bu Rita dengan nada malas.
Lilis hanya tersenyum, diam-diam otaknya Tengah memikirkan sesuatu.
Sasmita kembali ke dapur setelah mengantar minuman yang di minta ibu mertuanya, beruntung tadi pagi dirinya sudah memenuhi isi kulkas, jadi Sasmita tidak perlu berbelanja untuk beberapa hari kedepan.
Berkutat di dapur, Sasmita tampak terpaku melamun. Memikirkan kesalahan apa yang dia buat sehingga membuat Tuan Riko marah dan memecatnya, apalagi di perjanjian dia harus membayar denda pada nyonya Briana apakah Tuan Riko akan membayar denda itu. Memikirkan saja membuat kepala Sasmita sakit. bagaimana jika dirinya justru mendapat masalah dan di laporkan polisi.
"Ngak mungkin," Gumamnya sambil kembali melanjutkan kegiatan masakannya. Bahkan sayur yang sudah dia beri garam ia beri lagi sangking lupanya karena asik melamun.
"Assalamualaikum.."
Hardi baru saja pulang, pria itu tampak rapi dengan penampilannya.
"Kamu dari mana Har? Lilis dari tadi udah nungguin kamu." Bu Rita langsung mencecar anaknya dengan pertanyaan. Sedangkan Lilis tampak tersenyum manis tanpa dosa sudah menunggu suami orang.
"Cari kerja Bu, kan Mita udah gak kerja." Hardi melepas sepatunya dan menaruhnya dirak dekat pintu luar, pria itu masuk dan menyalami ibunya.
"Dih, baru kerja sebentar dapat gaji besar gak betah, mungkin dia banyak ngelunjak sama majikanya." Keluh Bu Rita dengan nada tak sukanya.
"Bu.." Hardi menegurnya dengan nada berat.
Bu Ratih hanya melengos dengan bibir bersungut-sungut.
"Kalau Mas Har mau, Lilis bisa bantu Mas buat kerja."
Di sisi dinding yang tak jauh, Sasmita meremas sisi rok yang di pakai, dadanya bergemuruh dengan wajah nanar.
...*****...
Reader 1: Thor kenapa bukan kisah Josephine???
Reader 2 : Iya Thor katanya mau lounching Josephine, tapi karya lain!!
Author be like: Ide Josephine belum Nemu, jadi hatap bersabar dah itu aja😂😂😂