Ibu Susu Untuk Putriku Sendiri
Ruby sedang menunggu mobil taksi jemputan yang akan membawanya ke bandara. Karena tidak sabar menunggu kedatangan mobil taksi yang dipesannya, ia sengaja berjalan ke depan gerbang apartemennya.
Sekitar pukul tiga pagi, keadaan sekitar tempat itu masih sepi. Namun sudah hampir terlambat iapun menghubungi lagi sang sopir.
"Kenapa ponsel sopirnya tidak diangkat? Bukankah semalam aku sudah memesan taksi untuk menjemputku lebih awal?" kesal Ruby.
Saat sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti di depannya, Ruby menelisik mobil itu sebentar. Namun tanpa ia duga, dua orang pria bertubuh besar turun dari mobil itu.
Ruby mundur beberapa langkah. Namun dirinya tidak bisa lari dari tempat itu karena tubuhnya seperti mati rasa karena saking takutnya.
"Mau apa kalian?" lirih Ruby yang merasa hidupnya akan berakhir di negara ini setelah menetap selama dua tahun untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang tinggi.
"Ikut kami nona atau kau akan mati ditangan kami." Dua orang pria itu langsung membekap mulutnya Ruby yang tidak bisa lagi berteriak keras untuk meminta tolong.
Dalam sekejap tubuhnya terkulai lemas karena menghirup obat bius dari sapu tangan sang penjahat. Ruby dibiarkan telentang di jok belakang dengan tidak sadarkan diri.
"Syukurlah. Akhirnya kita bisa mendapatkan wanita dalam waktu cepat karena keadaan bos sudah tidak bisa terkendali," ucap Raul tidak mau ambil resiko yang bisa mati diujung pistolnya sang bos.
"Iya benar. Bos tidak pernah mau tahu bagaimana kita mendapatkan wanita untuknya. Ibarat makanan apa saja yang dihidangkan asal enak bakalan dimakan juga." Keduanya saling terkekeh mengingat bos mereka yang terlalu berpikir praktis dan juga sudah mempercayakan kinerja mereka selama ini.
Beberapa jam kemudian, obat bius sudah mulai menghilang dari tubuhnya namun ditengah kesadarannya Rubby merasakan sesuatu yang sedang mengganjal dibagian intinya membuatnya merasakan perih yang amat mendalam. Tubuhnya yang terhentak berulang kali mengikuti ritme hentakan yang berada di atas pahanya.
Sekujur tubuh Rubby meremang karena saat ini dirinya sedang diperkosa seseorang. Ingin ingin berontak namun tubuhnya sangat lemah hingga ia bisa berucap lirih.
"Lepaskan aku tuan....! Aku harus pulang ke negaraku," jerit Ruby lemah dengan perasaan sakit dan hampa. Hancur sudah masa depannya yang selama ini ia jaga dengan baik.
"Iya. Aku akan melepaskanmu setelah urusanku selesai, nona," ucap Sean setelah merasakan puncak kenikmatan yang datang menghampiri tubuhnya membuat dirinya bergetar hebat.
"Uhhh....! Milikmu sangat enak, sayang. Mengapa sangat sempit milikmu, padahal kau hanya seorang pelacur, bukan?" racau Sean yang mengira kalau Rubby adalah seorang pelacur yang dipesan oleh anak buahnya Raul dan Kenneth untuk memuaskan birahinya.
Mendengar selipan kata pelacur membuat Rubby sangat murka. Ia mendorong tubuh kekar Sean dari atas tubuhnya di saat Sean baru merasakan detik-detik terakhir pelepasannya untuk kesekian kalinya.
Sean sangat marah diperlakukan wanita yang telah merusak kesenangannya. Tamparan keras melayang di kedua pipi Rubby bertubi-tubi.
Plakk....! Plakkk...!
"Dasar pelacur..! Kau malu disebut seorang pelacur, hah?!" menarik rambut Rubby ke belakang hingga wajahnya mendongak keatas sambil meringis kesakitan. Tubuh Rubby di tendang hingga jatuh terjerembab dibawah dilantai. Beruntungnya di bawah tempat tidur itu ada karpet tebal hingga tubuh Rubby tidak mengalami cedera parah. Hanya saja rasa sakit mendera tubuhnya karena posisi jatuhnya yang cukup keras.
"Keluar kau dari kamar ku dan bawa uangmu yang ada di koper itu...!" Maki Sean lalu menyalakan lampu kamarnya agak lebih terang karena sebelumnya lampu di kamarnya sangat temaram.
Ia melirik kearah wajah Rubby dan sempat kaget melihat wajah Rubby sangat cantik. Tapi, Sean saat ini merasakan kebelet pipis dan langsung menuju kamar mandi.
Rubby segera mengenakan pakaiannya satu persatu dan segera meninggalkan kamar Sean sebelum Sean menghajarnya lagi. Saat Rubby keluar dari kamar itu dengan menutupi wajahnya dengan rambut panjangnya, ia bertemu dengan seorang wanita yang berwajah datar.
"Ini koper dan tas anda nona! Mari saya antar ke depan...!" titah kepala pelayan senior membimbing Rubby ke depan karena mansion itu cukup luas. Langkah Rubby tertatih-tatih karena dirinya baru saja diperawanin oleh mafia bajingan seperti Sean.
"Apakah nyonya bisa memesan taksi untuk saya?" pinta Rubby yang sangat takut pada anak buahnya Sean yang sedang menunggunya di depan.
"Tidak perlu naik taksi, nona. Anda akan diantar ke tempat tujuan anda oleh kedua orang itu." Menunjuk ke arah kedua anak buahnya Sean yang tidak begitu peduli dengan keadaan Rubby.
"Tidak. Aku tidak mau. Mereka pasti akan menyakitiku juga karena mereka membawa ku dengan paksa ke tempat ini, nyonya," ucap Rubby sambil menangis ketakutan dengan wajah tetap menunduk dengan rambut tergerai menutupi wajah cantiknya.
"Apaaa....?!" Sentak pelayan Helen yang tidak menyangka ulah dari anak buah tuannya.
"Tolong aku nyonya...! Ku mohon...! Aku harus ke bandara sekarang karena tujuanku saat ini kembali ke negaraku," mohon Rubby yang masih saja terisak.
"Pantas saja jalannya cukup susah saat keluar dari kamar tuan," batin pelayan Helen.
Pelayan Helen mulai paham dengan keadaan Rubby yang ternyata masih perawan. Ia akhirnya memutuskan untuk mengantarkan Rubby sendiri ke bandara.
"Pantesan jalan gadis ini agak susah karena tuan Sean pasti menghajarnya habis-habisan." Lagi-lagi pelayan Helen merasa iba pada Rubby.
"Nyonya. Aku sudah terlambat. Pasti pesawatku sudah berangkat saat ini." Jerit Rubby yang tidak bisa mengejar jadwal keberangkatannya yang membuat pelayan Helen langsung bertindak.
"Baiklah. Ayo ikut aku....!" Pelayan Helen membuka pintu mobil untuk Rubby dan langsung meninggalkan mansion mewah milik tuan Sean.
Sepanjang perjalanan Rubby hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Ia tidak menyangka jika takdirnya berakhir di ranjang panas sang Mafia. Pelayan Helen hanya melirik Rubby melalui kaca spion dalam.
"Apakah kamu masih gadis? Maksudku kamu masih perawan, nona?" tanya pelayan Helen yang langsung mendapatkan anggukan lemah dari Rubby yang terus menerus menangis.
"Bagaimana kamu bisa dibawa oleh kedua anak buahnya tuan Sean?" tanya nyonya Helen.
Rubby menceritakan kronologinya pada pelayan Helen yang mendengar dengan seksama. Walaupun nada Rubby terdengar pilu, namun pelayan Helen bisa mengerti ucapan Rubby yang tersendat-sendat dengan air mata terus menerus berderai.
"Apakah kamu orang asia tenggara?" tanya nyonya Helen.
Lagi-lagi Rubby hanya mengangguk sambil sesenggukan. Tidak lama kemudian mobil itu tiba juga di bandara. Pelayan Helen menanyakan tujuan penerbangan negaranya Rubby. Diam-diam nyonya Helen memesan lagi tiket untuk Rubby karena Rubby sudah ketinggalan pesawat.
"Sepertinya pesawat mu sudah berangkat. Apakah kamu mau menunggu penerbangan berikutnya?" tanya nyonya Helen.
"Iya."
"Kalau begitu kamu harus berangkat sekarang juga walaupun kamu harus menuju negara Singapura terlebih dahulu karena tidak ada lagi jadwal pesawat ke negara mu kecuali kamu harus menunggu nanti siang," ucap nyonya Helen membuat Rubby agak bingung.
"Tapi nyonya. Aku sudah melihat ...-"
"Hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu. Kamu harus segera meninggalkan negara ini atau tuanku akan meminta anak buahnya untuk mencarimu lagi. Ayo pergi....! Pesawat mu akan berangkat 30 menit lagi," ucap nyonya Helen membuat Rubby mau tidak mau harus mengikuti sarannya.
"Terimakasih nyonya. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu...!" Rubby menarik kopernya dengan semangat. Walaupun bagian bawahnya masih terasa perih, tapi ia berusaha berjalan normal.
Nyonya Helen terlihat sedih melepaskan kepergian Rubby. Apa yang terjadi pada dirinya kini menimpa Rubby.
"Ya Tuhan. Kenapa kisah ini harus terulang pada gadis malang itu?" nyonya Helen kembali ke mobilnya untuk pulang.
Sementara itu, tuan Sean yang baru keluar dari kamar mandi terlihat sangat kesal. Ia menyesal telah menyuruh Rubby pergi dari mansionnya secepat mungkin. Ia membuka gorden kamarnya lalu menatap sebentar keluar.
Ia beringsut mengambil ponselnya yang ia letakkan dibawah bantal namun tidak ditemukannya. Ia menarik selimutnya dengan kasar dan mendapati noda darah di seprei putih itu.
"Darah....?" sentak Sean.
"Apa....? Ternyata gadis yang aku tiduri semalam itu masih perawan?" gumam tuan Sean mengingat lagi pergumulannya dengan Rubby yang dikiranya adalah seorang pelacur yang disewa oleh anak buahnya sebagai pelampiasannya.
Ia keluar dari kamarnya untuk memanggil anak buahnya.
"Raullllll....!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
jhon teyeng
mulai
2024-09-16
1
Ramlah Kuku
💪💪
2024-09-14
3
Dewi Anggya
mampiiir 🫶🏻
2024-09-12
3