Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.
"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.
"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Diculik
***
"Apa? Kalian sama sekali ngga menemukan keberadaan sebenarnya?! Bodoh kalian!"
Julio mendapatkan laporan dari anak-anak buahnya mengenai keberadaan keluarga Wicaksono. Dan benar saja, .ereka tidak dapat menemukannya.
"M-Maaf Tuan Muda. Kami memang kesusahan. Bahkan salah satu anak buah Wicaksono yang kami tangkap ngga angkat bicara sedikitpun..." ucapnya.
Julio mengusap wajahnya dengan kasar. Ia benar-benar kehilangan cara untuk sekarang. Apalagi ini sudah berapa hari mencari keberadaan mereka.
"Sebentar, apa kalian sudah pergi ke kantor Emanuella?" tanya Julio.
"B-Belum Tuan."
"Kalau begitu, pergi kesana! Aku yakin mereka semua ada disana! Tangkap mereka semua!"
"Siap!"
Para anak buah Julio langsung melakukan perintah Julio. Pria itu menggeram marah karena buruannya sangat handal dalam bersembunyi.
"Chairul dan Adam... Kupastikan kalian ngga bisa lari. Kalian akan habis di tanganku."
***
Sementara itu di kantor Emanuella Corporation...
"Aduh... Kamu ini Tiana. Kan bisa tungguin kandungan Ayna 7 bulan baru bisa beli. Ini kenapa malah kamu borong jadinya?"
Di ruang komisaris, Chairul memijat kepalanya karena rasa pusing yang melanda, akibat ulah istrinya yang terlalu heboh. Bagaimana tidak? Tiana memborong baju-baju bayi yang nampak imut dan juga kecil.
"Aiihhh, Abang ini mah. Kita sebagai kakek dan neneknya patutlah memanjakan cucu, apalagi cucu kita lagi hamil cicit kita. Ngga kasihan apa sama Ayna yang baru ngerasain kehangatan? Biarlah, buat dia banyak-banyak istirahat saja si Ayna. Ngga usah ngerepotin dia." balas Tiana.
"Bukan begitu hei Nyonya. Aduh, tahu sudah. Kalau sampai Adam mengomel, aku ngga mau ikut-ikutan ya."
"Haduh, Abang ini mah. Lah, situ kan sampai siapin terapi pijat setelah lahiran buat Ayna? Apalagi sampai cari-cari dokter terbaik buat Ayna, selalu kasih kejutan bawa makanan kesukaannya. Kan sama aja toh?" ucap Tiana tak mau kalah.
Chairul berdehem sembari membenarkan dasinya. Ia menoleh ke arah lain sembari membalas ucapan Tiana.
"Y-Ya kan beda. Aku mah kasih yang simple aja tapi ada manfaatnya langsung. Udah begitu, kasih pengaruh yang baik buat Ayna."
"Heuuhhh, terserahlah."
"Jam berapa ini? Simpan cepat itu baju-bajunya. Adam dan Ayna sebentar lagi kesini."
Tiana langsung melakukan perintah suaminya, tapi bayangan kebahagiaan masih menyelimuti dirinya dimana ia akan menggendong anggota keluarga baru yang begitu dinantikan.
CKLEK
"Kakek, nenek." Adam dan Ayna masuk ke dalam ruang komisaris. Mereka disambut oleh Chairul dan Tiana.
"Kok tumben agak lama? Apa terjadi sesuatu di jalan?" tanya Tiana khawatir.
"Sesuatu ya? iya sih, tadi kita kehalang dengan banyak karyawan. Pada minta maaf sama Ayna gara-gara... yang waktu itu. Ingat kan?"
Chairul dan Tiana langsung mengerti maksud dari Adam. Mereka lalu menoleh ke Ayna, memastikan wanita muda itu baik-baik saja.
"Kamu ngga apa-apa nak? Apa mereka benar-benar minta maaf atau cuma jual muka saja?" tanya Chairul.
"Ngga apa-apa kok, kakek. Mereka tulus semuanya kok, jadi ngga enak juga..." jawab Ayna pelan.
"Ya sudahlah. Yang penting masalah kesalahpahaman sudah selesai. tinggal yang sekarang ini. Adam, apa orang itu sudah bisa ditangkap?" tanya Chairul.
"Mereka tetap ada disana. Bisa saja kita menyerangnya tapi ada resiko. ternyata, backingannya kuat. Ada salah satu pejabat berpengaruh yang melindungi Julio. ini mungkin akan sulit menyelesaikannya." jawab Adam.
Adam menunjukkan foto pejabat itu kepada Chairul. Pria tua itu tersenyum licik.
"Yang ini serahkan ke kakek. Tahu kakek kalau dia itu banyak masalahnya. Yang Julio, kakek percayakan padamu ya."
Adam hanya mengangguk paham. Mungkin, rencana mereka terbentuk matang dan yakin jika bisa mengalahkan Julio dan Alea. Tapi mereka tidak menyadari jika ada lalat yang menghinggapi pundak mereka.
Ya. Jumlah anak buah yang ada di kantor Emanuella tak sebanyak di mansion. mereka ceroboh, tidak membawa anak buah yang banyak. tanpa mereka sadari, sekelompok orang-orang misterius menghajar anak-anak buah Adam dan Chairul lalu mereka menerobos masuk ke dalam kantor.
langkah mereka begitu senyap karena mereka masuk melalui jalur pintas atau jalur belakang. Keberadaan keluarga Wicaksono diketahui, dan itu ada di...
BRAAAKKK
"Hah?"
"Siapa kalian?!"
Ya, di ruang komisaris itu hanya ada dua orang. Tiana dan Ayna.
"Kenapa hanya ada dua orang wanita disini?"
"Tapi mereka juga anggota keluarga Wicaksono."
"Ck, tahu sudah. Tangkap mereka berdua!"
Mereka menangkap Tiana dan Ayna. Dua wanita beda usia itu memberontak, berusaha melepaskan diri.
"Lepaskan aku! Lepaskaaannn! Aynaaa!"
"Lepas! Neneeekk!"
"Ck, ini wanita tua!"
DUG
Tengkuk Tiana dipukul, hingga wanita tua itu langsung tak sadarkan diri.
"Nenek! Biadab! Apa yang kalian lakukan pada nenek?!" teriak Ayna.
"Diam kamu cacat! Kalian harus kamu bawa ke orang itu!"
"Ngga! Lepaskan!"
"Wanita keras kepala memang!"
Mulut Ayna dibekap dengan sapu tangan. Mata Ayna melotot karena aroma sapu tangan itu begitu tajam. Ia berusaha menahan nafas, namun ia kalah tenaga. Pada akhirnya juga, ia tak sadarkan diri seperti Tiana.
"Ayo cepat. Kita pergi."
***
"Hah? Apa yang terjadi pada kalian? Hei, Yudha!"
Chairul dan Adam baru saja kembali dari restoran sebelah untuk membelikan makan siang sekeluarga. Tapi mereka melihat anak-anak buah mereka bergelimpangan terluka.
"Tu-Tuan... Maaf... Nyonya dan Nona..."
Adam langsung kalang kabut menuju ke ruang komisaris, pikirannya terpenuhkan akan keadaan dia wanita kesayangannya.
"Ayna... Nenek... Kumohon... Jangan terluka..."
TAP
TAP
"Hah? Pintunya..."
"Ayna! Nenek!"
Pintu sudah hancur dan hal itu membuat Adam ketakutan. Dan benar saja, Ayna dan Tiana tidak ada di tempat. Ruangannya berantakan.
"Adam! Hah, apa yang terjadi?! Mana mereka berdua?!"
Kedua tangan Adam terkepal kuat. Ia benar-benar mengamuk sekarang.
"Kubunuh kamu Julio, Alea."
"Adam. Siapkan diri." ucap Chairul tiba-tiba.
"Kakek?"
Chairul hanya menunjukkan secarik kertas. Ia juga menunjukkan cincin akik yang ia kenakan berkedip-kedip.
"Mereka berdua ada disana. Siapkan dirimu, kita akan melawan mereka untuk menyelamatkan Tiana dan Ayna." ucap Chairul dingin.
"Ya kakek."
Apa yang sebenar-benarnya tertulis dalam secarik kertas itu?
Kertas itu bertuliskan... 'Kalau kamu mau mereka berdua selamat, serahkan Emanuella Corporation kepadaku.'
***
"Ughhh... pusing..."
Di ruang yang begitu gelap dan hanya diterangi oleh lampu kecil, Ayna tersadar dari pingsannya. Ia melihat ke sekitar, memastikan ia berada dimana.
"Ini... Ini di rumah kosong yang agak menengah. area perumahan Mas." lirih Ayna yang tahu keberadaan dirinya.
"Ayna. Kamu sudah sadar nak?" Tiana memanggilnya. Ayna langsung berlari mendekatinya.
"Ne-... Akkhhh! Hah, tanganku..."
"Tangan kita dirantai nak. kita ngga bisa lari kemana-mana." ucap Tiana.
Ayna melihat kedua tangannya yang terikat rantai. ia memandang horor rantai itu.
"Nenek... Ayna takut..." rasa traumanya kembali melayang bangkit, matanya berkaca-kaca.
"Sssttt, tenang cucuku. Tenang. Nenek sudah menghubungi kakek dan Adam. Mereka akan sampai sebentar lagi, bertahan ya. Kalau kamu takut, tutup matamu." ucapan Tiana lembut.
Bukannya malah tenang, justru Ayna semakin panik. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ayna sangat ketakutan malah.
"Ngga... Ayna ngga mau... Nenek..."
Tiana berusaha untuk tenang. Tapi jauh dari lubuk hatinya, ia juga merasa sangat tidak tenang. Apalagi ia tahu kalau trauma Ayna kambuh.
'Ya Allah... Lindungi cucuku dan diriku... Abang, Adam... Tolong cepat kemari...'
KRIEETTT
Pintu terbuka. Menampakkan Alea yang berjalan masuk di ruangan itu.
"Alea..." desis Tiana.
"Halo Nenek, halo juga sepupu. Wah wah, wanita-wanita cantik sudah datang ya. senang sekali diriku kalian mau datang kesini."
~Bersambung~