Setelah kematian Panca, kekasihnya tujuh tahun yang lalu. Andara mencoba menyibukkan diri untuk karirnya. Tidak ada ketertarikan untuk mengenal cinta.
Andara gadis muda yang cantik dan energik, dia berhasil menempati posisi manajer di sebuah perusahaan fashion. Usianya sudah memasuki 27 seharusnya memikirkan pernikahan. Akan tetapi belum ada lelaki yang bisa masuk ke hatinya.
Butuh waktu bagi Dara untuk membuka hati pada pria lain. Entahlah, ada magnet tersendiri membuat dia malas memikirkan pasangan.
Ervan Prasetya, pria matang yang punya jabatan bagus di perusahaan tempat kerja Andara. Mereka di pertemukan dalam sebuah kerja sama tim. bagaimana Tom dan Jerry mereka selalu bertengkar.
Tapi ternyata itu yang membuat Ervan makin penasaran dengan Dara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa ekprisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8
Seorang pria paruh baya berdiri di sebuah rumah. Dia masih terlihat gagah meskipun usianya sudah enam puluhan bahkan hampir tujuh puluhan. Sesekali dia melirik jam di tangannya. Tampak photo berjejer di meja ruang tamu. Pria itu beralih pada photo dua pasang anak manusia beda generasi. Sesekali menyunggingkan senyum tipis.
"Pantas Panji begitu sayang sama Andara." ucapnya sambil memandang photo tersebut.
Dalam photo tersebut tampak Dara seorang pemuda diapit sepasang suami istri. Tentunya orangtua dari si pria.
"Mas Hendro," sapa Panji sudah berada di belakang si pemilik nama.
Hendro Anugerah adalah anak dari Gentra, pamannya. Bukan sepupu kandung melainkan anak bawaan dari istri om nya. Usia Hendro tiga tahun diatas Panji.
"Apa kabar, Ji?" Hendro menyalami si pemilik rumah.
"Alhamdulillah baik, Mas. Silahkan duduk." Panji menyilahkan tamu nya untuk duduk.
"Aku minta maaf karena tidak datang acara peringatan kematian anak dan istrimu. Ervan sedang pergi ke Bali untuk pembukaan cabang perusahaan. Dan aku yang harus menggantikan dia di kantor."
"Oh, Ervan sudah pulang dari Australia. Bagaimana pengobatan jantungnya?" tanya Panji pada kakak sepupunya.
"Alhamdulillah dia sudah berangsur membaik. Itu berkat ada yang donorkan jantungnya tujuh tahun yang lalu. Ada keluarga pengusaha saat itu yang katanya tunangan anaknya, kecelakaan. Kritis katanya. Tidak lama meninggal dunia, dan mereka menawarkan donor jantung untuk Ervan."
Panji mengerutkan dahinya.
"Pengusaha? siapa ya, mungkin aku kenal?"
"Aduh aku lupa siapa namanya, ibunya itu temannya Rebecca, mamanya Ervan. Itu juga pas masih di Indonesia, setelah operasi transplantasi jantung. Ervan mengikuti terapi dan tinggal sama mamanya di Australia."
"Oh," hanya itu yang dia bisa ucapkan.
"Kalau Panca masih ada, mungkin mereka seumuran." ucapnya lirih.
Panji bangkit dari tempat duduk. Pandangannya lirih menatap photo putra semata wayangnya. Pandangan matanya berlinang air mata. Ada sesak terasa di hati Panji.
Hendro mencoba menenangkan Panji. Dia mengerti perasaan seorang lelaki yang kehilangan anak dan istrinya di waktu berurutan. Hendro ingat saat Theresia mendengar jasad anaknya tidak di temukan. Di pastikan jatuh dalam jurang di dekat tol. Namun hasilnya nihil, petugas tim SAR menganggap Panca sudah di makan binatang buas.
Hendro juga saksi bagaimana hancurnya keluarga Panji. Karena mereka cuma punya Panca. Itu yang dia takutkan terjadi pada Ervan, putranya terkena jantung bawaan sejak lahir. Pengobatan demi pengobatan telah mereka lalui. Sayangnya, itu tidak membuat dia dan Rebecca mempertahankan rumah tangganya. Rebecca minta pisah dan sempat menyerahkan hak asuh Ervan ke dirinya.
Beberapa tahun setelah Ervan beranjak remaja, Mantan istrinya minta anak mereka tinggal di Australia. Itu juga dia harus minta pendapat anaknya dulu. Dan akhirnya Ervan mau tinggal bersama mamanya. Tak masalah bagi Hendro, dia pun tetap bertanggungjawab atas Ervan apapun yang terjadi.
"Mas, bagaimana Andara di tempat kerja. Apa dia bekerja dengan baik?" tanya Panji.
"Gadis itu sangat bersemangat dalam bekerja. Saya suka sama kinerjanya. Kamu sepertinya sangat sayang sama Dara sampai harus mencarikan dia pekerjaan. Padahal kita semua tahu dia bukan dari keluarga sembarangan. Dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan lewat keluarganya sendiri. Tapi kamu malah minta aku menerima dia."
Panji hanya tersenyum kecil. Dia hanya membantu tidak lebih. Dulu Dara pernah bilang usaha orangtuanya di luar basic pendidikannya. Makanya dia menghubungiku Hendro untuk memasukkan Dara ke perusahaan tersebut. Itu juga dia hanya memberikan alamat pada Dara, dan akhirnya di terima. Udah dia wanti sepupunya agar menerima Dara.
"Aku hanya membantu dia. Kebetulan perusahaan kamu bergerak dalam bidang fashion. Sesuai basic pendidikan terakhirnya." kata Panji.
...*****...
Dara berjalan di sebuah keramaian bersama Keyla. Hanya berdua saja dengan gadis kecil itu. Tadinya Rafael mau bergabung dengan keduanya. Tapi Dara menolak, takut ada yang melihat kedekatan mereka. Gadis itu juga menolak ketika mama Vira mau ikut. Hari ini dia mau me time. Mengajak Keyla main ke Fun city, jalan ke salah satu pusat perbelanjaan di mall. Keyla terlihat senang, Dara pun mengingatkan kalau nanti gadis kecil itu harus pulang ke rumah papanya.
"Kalau aku mau menginap lagi sama Tante Dara boleh tidak?"
"Tante mau nginap di rumah Oma. Jauh dari rumah yang sekarang. Jadi Tante tidak ajak bisa kamu sekarang." ucap Dara.
"Tante itu ada perempuan yang mau pingsan sepertinya." tunjuk Keyla.
Dara dan Keyla menuju kearah wanita di dekat cafe ternama. Wajahnya pucat sekali, Dara menuntun wanita itu di kursi.
"Ibu tidak apa-apa?" tanya Dara.
Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya. Dia meminta Dara meninggalkannya karena sebentar lagi anaknya akan menjemput.
"Tapi wajah ibu pucat. Saya antar ke rumah sakit,ya." ajak Dara.
"Tapi nanti anak saya mencari. Saya baru pulang dari Australia, ingin membeli hadiah atas jabatan baru anak saya." kata wanita itu.
"Nama ibu siapa?" tanya Dara.
"Nama saya Rebecca klown, Nak."
"Yasudah ibu Rebecca sepertinya memang harus di bawa ke rumah sakit. Wajah ibu pucat sekali." pinta Dara. Wanita yang bernama Rebecca akhirnya mau diajak ke rumah sakit.
Mereka akhirnya sampai di rumah sakit. Dara langsung membawa Rebecca ke UGD. Para petugas kesehatan langsung menangani pasiennya. Dara pun duduk bersama Keyla di depan pintu UGD.
"Maaf, ya, Key. Jalan-jalan kita malah jadi kacau." kata Dara.
"Tidak apa-apa, Tante. Bukankah menolong orang adalah pahala." kata gadis kecil itu. Dara memeluk gemas pada Keyla, gadis usia empat tahun sudah bisa berempati.
Dara akhirnya melihat petugas kesehatan keluar dari UGD. Dia menanyakan bagaimana keadaan pasien. Dia mengaku sebagai kerabat pasien.
"Ibu Rebecca hanya kelelahan dan sepertinya punya asam lambung. mohon di jaga pola makannya, jangan dulu minum seperti kopi, teh atau susu." kata dokter.
"Oh, gitu, ya, Dok. Terimakasih."
Rebecca keluar dari UGD di temani dua suster. Dara langsung menghampiri wanita yang baru saja di kenalnya. Ada guratan cemas di wajah Andara. Dia merasa wanita itu tanggung jawab karena dia yang menemukan dan membawa ke rumah sakit.
"Terimakasih, Nak. Kamu sudah repot-repot membawa saya ke sini. Kamu jangan kemana-mana, temani saya sampai anak saya datang." kata Rebecca.
"Maaf, Bu. Saya tidak bisa menemani anda. Soalnya ayah dari keponakan saya sudah menunggu di depan." tolak Dara.
"Ayolah, Nak. Saya tidak punya keluarga di sini selain anak saya." Rebecca sedikit memaksa.
Dara akhirnya menuruti permintaan Rebecca. Gadis itu duduk di kursi depan UGD sambil mengobrol dengan Rebecca.
"Itu anak saya, dia tampan kan?"
Dara membulatkan matanya setelah tahu siapa anak Rebecca.
Tampan apanya? Sok kecakepan iya.
yuk mampir sudah up
apa salah nya di coba dulu.
kebanyakan readers juga gak suka klo alurnya muter2 dan bertele tele thor🙏🏻
semangat yaaa 🥰🥰