Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Menjadi Menantu Kami
Ayuna nampak begitu sedih melihat kondisi Ane. Dia bisa melihat dengan jelas, kondisi Ane mendadak drop dikarenakan ulah keluarganya. Andai saja Martha tak berulah, Steven juga tidak berulah mungkin kejadiannya tak begitu mengkhawatirkan.
Ayuna berkecamuk sedih. Akan lebih menyakitkan lagi jika pasien tidak bisa tertolong lagi karena ulah dari Oma yang sudah egois.
"Oma! Kenapa kau lakukan itu padanya. Memangnya dia itu salah apa sama oma. Hanya karena cucunya yang sudah menolakku, oma jadi bersikap jahat padanya. Nggak seharusnya oma melakukan semua ini oma."
Ayuna terdiam dalam lamunannya. Keluar dari ruang ICU dengan berjalan tanpa ada rasa semangat.
"Dokter!" pekik sseorang yang berlari dari arah belakang.
Refleks Ayuna langsung menoleh ke arah orang yang sudah berada di belakangnya.
"Ibu Mega? Ibu Mega udah dari tadi di sini?" tanya Ayuna.
"Iya, saya sudah dari tadi ada di sini dokter. Sejak dokter bawa ibu saya ke sini, saya langsung mengikutinya," jawab Mega.
"Tapi dokter, sekarang bagaimana keadaan ibu saya?" tanya Mega.
Ayuna menghela nafasnya kasar dengan memegang bahu Mega.
Mega sendiri mulai tidak nyaman dengan tatapan Ayuna yang memperlihatkan wajah sedihnya.
"Ibu yang sabar ya? Ibu yang ikhlas," celetuk Ayuna.
"Maksudnya dokter apa? Ikhlas yang bagaimana? Dokter, apa yang sudah terjadi pada Mama saya? Kenapa dengan Mama saya dokter?" tanya Mega.
"Huft, jadi begini ibu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menolong nyonya Ane, tapi.... "
"Tapi? Tapi kenapa dokter, apa yang sudah terjadi pada Mama saya? Apa Mama saya keadaannya baik-baik saja?" tanya Mega.
"Ibu, ibu yang sabar ya? Ini memang tidak diinginkan oleh semua orang. Tapi, kita hanyalah manusia biasa. Semua yang menentukan adalah yang Maha Kuasa. Sekarang perlu ibu ketahui, bahwa orang tua ibu kini tengah mengalami qoma. Sekarang keadaannya kritis, dia tidak bisa merespon lagi," ungkap Ayuna.
"Apa dokter? Orang tua saya sekarang dalam keadaan qoma? Astaghfirullah hal adzim. Kenapa bisa seperti ini dokter? Kenapa Mama saya menjadi koma kayak gini. Apa kesalahan Mama saya?"
Mega refleks melemah dan terjatuh di lantai rumah sakit.
Ayuna langsung menangkap dan memekik meminta pertolongan pada suster yang ada di sekitar tempat itu.
"Suster! Tolong suster," ucap Ayuna dengan menahan tubuh Mega dipeluknya.
"Iya dokter, siap!"
Suster langsung berlarian dengan membawa brankar untuk menolong Mega.
"Dokter! Ini pasien atau.... "
"Ini keluarga pasien yang tengah syok berat. Sepertinya dia sangat terpukul dengan kejadian yang telah menimpa orang tuanyatuanya," ucap Ayuna.
"Suster! Siapkan kamar rawat. Di sini bu Mega hanya sendirian. Saya akan bantu untuk menghubungi keluarganya yang lain," ucap Ayuna.
"Baik Dok, akan saya persiapkan," jawab suster.
Suster pun menyiapkan ruang rawat buat Mega. Sedangkan Ayuna sendiri memberikan bantuan untuk memberikan infus pada Mega di ruang 'Igd'
"Nyonya? Sadarlah," ucap Ayuna dengan menepuk-nepuk pipi Mega.
Setelah beberapa kali tepukan, Mega mulai tersadar. Dia menatap Ayuna dengan menangis.
"Dokter! Gimana dengan Mama saya? Apa Mama saya masih bisa disembuhkan. Kenapa Mama saya tiba-tiba kritis seperti ini. Dokter, saya hanya punya Mama saya, saya ingi lebih lama lagi hidup bersama dengan Mama saya."
Mega menangis dengan sesenggukan. Ayuna sendiri tidak tahu harus berbuat apa untuk menenangkan Mega.
'Maafkan saya Bu Mega. Ini semua karena ulah oma dan opa saya yang sudah sangat keterlaluan. Saya nggak bisa berbuat banyak karena kondisi nyonya Ane yang sudah sangat Sepuh, hanya mukjizat yang bisa menolongnya.'
"Dokter, apakah Mama saya masih bisa disembuhkan?" Saya nggak sanggup melihat Mama saya menderita," gumam Mega.
"Bu, saya memang dokter. Tapi saya hanya manusia biasa. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menolong nyonya Ane. Tapi hanya mukjizat saja yang bisa menolongnya," celetuk Ayuna.
"Ini semua gara-gara Steven. Anak itu benar-benar sudah sangat keterlaluan. Kenapa dia tidak pernah mengerti juga, kenapa dia itu egois. Karena ulahnya, Neneknya harus menderita seperti ini."
Mega kembali menangis, kecewa dan sakit hati karena ulah anak laki-lakinya.
"Bu, maafkan oma dan opa saya juga ya? Saya nggak nyangka kalau mereka juga akan melakukan ini semua pada nyonya Ane. Saya sendiri sangat kecewa dengan sikap egois oma dan opa saya yang sudah membuat nyonya Ane terluka. Saya sebagai cucunya, sangat bersalah tidak bisa mengendalikan kemarahan oma saya," ungkap Ayuna sembari menatap sendu pada Mega.
"Tidak dok, saya nggak menyalahkan mereka, ini semua adalah kesalahan anak saya. Kalau saja anak saya tidak memaki-makimu di tempat umum, kalau saja anakku tidak menolakmu, mungkin Mama tidak akan seperti ini. Sekarang dia drop dan kehilangan kesadarannya. Saya benar-benar sangat kecewa pada anak saya. Maafkan Steven ya dokter," ungkap Ayuna.
"Ayuna menghela nafasnya berat dengan menatap lekat pada Mega.
"Bu, saya memang sakit hati dengan sikap anak ibu yang maki-maki saya seenaknya sendiri. Tapi saya masih bisa menyadarinya, ada orang yang harus kita jaga kesehatannya, yaitu nyonya Ane," ungkap Ayuna.
"Dokter sangat baik sekali. Udah dimaki-maki, disakiti masih memikirkan keadaan orang lain. Sedangkan anak saya, sama sekali tidak peduli pada neneknya sendiri," ungkap Mega.
Mega sangat malu, di saat orang tuanya sakit, Ayuna lah yang membantunya. Padahal, Ayuna sendiri sangat dibenci Steven, entah karena masalah apa yang sudah terjadi pada keduanya, ia tidak mengetahuinya.
'Steven! Kamu benar-benar udah bikin malu keluarga. Gara-gara kamu orang tua saya menderita. Aku tidak bisa menerimanya Steven, kamu harus menerima balasan atas semua perbuatan kamu. Kamu tidak akan bisa hidup seenaknya sendiri, selagi aku masih ada, aku tidak akan membiarkanmu hidup dengan tenang menghabiskan semua apa yang Mamaku miliki.'
"Dokter, seharusnya anda lah yang harus mendampingi anak saya, sesuai keinginan dari Mama saya. Saya sudah tua dokter, saya ingin melihat anak saya hidup dengan orang yang tepat. Saya ingin dokter Ayuna yang menjadi menantu saya."
Mega kembali menangis menceritakan keluh kesahnya.
Sedangkan Ayuna sendiri tidak bisa berbuat apa-apa? Mengingat dirinya dimaki-maki oleh anak dari pasiennya itu.
"Bu, semua itu atas izin Allah. Jodoh, takdir, maut, rezeki, semuanya adalah ketentuannya. Kita nggak tau apa-apa? Sebagai manusia biasa, kita hanya bisa berdoa, dan berusaha. Selebihnya, Allah lah yang menentukan jalan hidup manusia," ungkap Ayuna.
Mega pun menganggukkan kepalanya, tapi hatinya berat. Ingin sekali mengabulkan permintaan dari orang tuanya, yang ingin menjodohkan Steven dengan Ayuna.
"Dokter! Saya boleh minta satu hal pada dokter," ucap Mega dengan menatap sendu pada Ayuna.
"Iya, katakan saja bu. Ibu memangnya mau minta apa sama saya?" tanya Ayuna.
"Ibu hanya minta satu hal saja sama dokter, bisakah dokter menuruti kemauan dari orang tua saya? Maksudnya apakah anda bersedia menjadi menantu kami?"
seperti nya Martha ini operasi plastik niru wajah nya istri sah Alexander deh