Karena dikhianati, aku trauma terhadap wanita. Ditambah anakku yang masih bayi membutuhkan bantuan seorang 'ibu'. Apa boleh buat, kusewa saja seorang Babysitter. masalahnya... baby sitterku ini memiliki kehidupan yang lumayan kompleks. Sementara anakku bergantung padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Investigasi
Oke,
Aku sudah mendapatkan jawabannya, kini tinggal mencocokkannya dengan investigasi Kasep.
Pengacaraku itu juga sudah dapat info dari sumber terpercaya. Aku sudah membayarnya mahal sudah pasti hasilnya valid.
Aku mendapatkan hasil laporannya saat aku di kantor.
Kasep sendiri yang menemuiku sambil membeberkan semua bukti.
Astaga... miris sekali hidup wanita itu.
Semua yang diceritakannya cocok dengan bukti yang ada.
Anak buah Kasep bahkan mendapatkan banyak saksi yang dengan senang hati menceritakan semuanya setelah diiming-imingi rupiah.
Keberanian Kayla datang, saat kedua orang tuanya gantung diri.
Ada sebuah tulisan di dinding, tulisan tangan ibunda Kayla. Bunyinya... Kami hanya beban, bebaskan dirimu Nduk.
Aku melihat foto dinding dengan tulisan itu ditulis dengan darah.
“Semua warga desa tahu kalau Kayla ini dianiaya terus saat tinggal dengan suaminya di Cikarang. Tapi Kayla dipaksa tunduk atau orang tuanya akan dibunuh oleh keluarganya Angga. Anak dalam kandungan Kayla akan digunakan sebagai media pengancaman agar Kayla tidak bisa kemana-mana dan selalu terikat dengan Angga.” Kasep menjelaskan padaku.
Aku sudah dengar dari Kayla, tapi aku butuh dengar dari pihak kedua. Untuk menyamakan cerita.
“Kalau gue simpulkan,” Kasep memberikan teorinya, “Selama ini ia berjuang demi bapak-ibunya, dan sekarang saat keduanya tak ada, ia marah dan merasa sudah tak ada yang bisa ia perjuangkan kecuali dirinya sendiri. Sayangnya, saat itu ia hamil. Sudah 6 bulan usia kandungannya.”
“Hm.” aku bergumam membenakan cerita Kasep.
“Dan di masa kehamilannya, karena masih dilanda emosi yang cukup dalam, rasa kehilangan juga, Kayla ini terus -menerus melawan suaminya. Sampai menempuh jalur hukum. Suaminya marah, lalu menggeretnya dari kosan mereka, ditarik rambut Kayla sepanjang jalan. Dan dia tendang Kayla dari depan... dari depan loh bro, itu kan berarti dia nendang perut. Gila nih laki, udah kayak Dajjal... dia tendang ke arah jalan raya. Kayla keserempet truk. Untung selamat tapi ya luka-luka. Dibawalah dia ke rumah sakit sama warga, saat itu warga sudah mengamankan suaminya.”
Yang benar ya memang seharusnya seperti ini, diamankan yang jauh. Bukannya malah didekatkan. Mungkin warga Cikarang sudah sering melihat banyak ketidakadilan sehingga mereka lebih waras dalam menanggulangi kasus seperti ini.
“Keterangan lo valid nggak?” tanyaku.
“Rekaman CCTV, rekaman kesaksian warga, Dokumentasi hasil visum. Kalau Kayla menuntut Angga dijebloskan ke penjara tuduhan penganiayaan, dah pasti langsung nyemplung ke penjara level jahanam.” Kata Kasep.
“Lo copy juga hasil keterangan dari RS Cikarang?”
“Waktu itu dokter yang menangani Kayla, Dokter hayati. Dia masih bertugas di sana sebelum dipindah ke Jakarta.” Kata Kasep.
“Iya.” Jawabku.
“Lu juga tahu yang ini? Dokter Hayati nih dokternya Aram kan ya?”
“Dia yang ngenalin gue ke Kayla.”
“Oh, gitu toh... “ Kasep memandangku dengan ekspresi aneh. Seperti ia sedang berpikir, sekaligus menggodaku. “Gue tebak, tadinya lu nggak percaya cerita Kayla makanya lo hubungin gue. Pasti alasan lo demi keselamatan Aram kan?”
Dia bener pula. Sialan nih Kasep. Ya tapi itu sebabnya aku mempercayakannya ke banyak kasus. Instingnya tidak bisa diragukan.
“Dia punya tingkat depresi sampai 13, yang normalnya 8. Dan dia menangani Aram, di saat gue nggak ada. Ya jelas gue harus tahu siapa dia.” kataku mencoba berdalih.
“Kalau gue yang diperlakukan begitu, tingkat depresi gue bisa lebih tinggi dari itu.” Kata Kasep. “Bayangin lo nggak sekuat ini, lo diancem dibunuh mungkin di pikiran lo masih nggak apa-apa toh gue doang ini. Tapi saat keluarga lu yang diancem, orang tua lo, anak-anak lo. Lo dianiaya di luar batas kemanusiaan setiap hari. Mukjizat kalau lo masih selamat bro.”
Itukah sebabnya ia menjaga Aram sepenuh hatinya? Saat laki brengseknya datang ia meringkuk tak melawan karena melindungi Aram di pelukannya? Ia berusaha melindungi sesuatu yang tak sempat ia lakukan dulu. Hartanya bukan dirinya. Tapi orang-orang di sekitarnya.
Ia berkata padaku saat aku mengantarnya kembali ke apartemen tadi.
“Pak Zaki... sekarang saya diberi kesempatan sekali lagi oleh Tuhan untuk menjaga sesuatu yang tadinya tak mampu saya jaga, dalam keadaan yang jauh lebih kuat dibanding dulu. Kesempatan ini tak akan saya sia-siakan.” Begitu katanya.
**
Hari itu kegiatanku dipenuhi dengan bekerja. Besok aku harus dinas keluar kota jadi kupastikan kebutuhan Aram terpenuhi. Saat aku ke supermarket aku akhirnya menyerah dengan keadaan karena baru ingat kalau terjadi apa-apa Kayla harus keluar dari unit apartemen dan menuju ke luar gedung sambil membawa Aram.
Jadi aku pun membelikannya ponsel dan nomor baru, juga kutitipkan Kartu Debitku padanya.
Kayla menerimanya sambil terbengong-bengong. Lucu juga ya ekspresi kebingungannya.
“Se... milyar... Pak?” tanyanya. Kulihat wajahnya malah berubah [pucat. Ia pun menelan ludahnya. “Saya takut Pak dikasih kartu isi segitu. Takut hilang Pak. Bagaimana gantinya kalau hilang?!”
Aku mencibir mengejeknya, “Ya tinggal ngomong ke saya segera. Nanti saya blokir kartunya.”
“Tapi kan pasti ada jeda waktu antara kartunya hilang dengan saya ‘ngeh’ kalau kartunya hilang, Pak. Bagaimana kalau selama waktu jeda itu kartunya dipakai seseorang? Bagaimana dengan kebutuhan Aram? Bisa-bisa kita nggak makan...”
Aku mengerutkan keningnya. “Ya kebutuhan makan kita kan bisa gesek kartu satunya. Dan satunya lagi, dan satunya lagi... dan bisa ambil tunai di brankas... atau tap qris di hape.”
Ia menatapku dengan mata bulatnya yang besar itu.
Aku baru ngerti maksudnya kebingungan.
“Kamu pikir tabungan saya, seluruh hidup saya, hanya di kartu merah itu ya? Ampun deh, itu hanya pengeluaran yang saya sudah hitung untuk kalian selama 2 bulan pertama. Bahkan gaji kamu tidak termasuk di dalamnya. Kamu juga harus beli perabotan untuk apartemen. Biaya pemeriksaan Aram, dan ...”
Kenapa mataku otomatis langsung ke dadanya?
Tercetak jelas siluet puncaknya di baju yang sekarang dikenakannya.
Ia tidak memakai pakaian dalam.
“Brassiere yang saya belikan tidak cukup ya?” tanyaku.
Ia menipiskan bibirnya dan langsung menunduk sambil menutupi dadanya. “Hm... saya akan pesan online saja Pak.”
“Belum tentu pesan online pas juga.” Desisku sambil mengambil meteran di laci perkakas, lalu kubuka tangan yang menutupi dadanya.
Dan ku ukur cup gumpalan daging itu.
Ia berdiri sambil salah tingkah.
Jangankan dia, aku pun langsung menelan ludahku.
Kucoba untuk tenang saat aku sudah tahu ukurannya, kutepis semua bayangan di otakku yang jorok-jorok, dan kuganti dengan bayangan saat Kayla tersiksa dilecehkan.
Dadanya ini sudah pasti salah satu pemicu ia direndahkan, aku tidak harus menambahkan daftar siksaan yang sudah ia alami.
“10 inchi... cup kamu D. Jangan dikurangi dong ukuran penopangnya, kalau perlu ditambah. Kurang dari itu akan sakit punggung bahkan sesak nafas. Tak heran sih kamu menderita mastitis, penopang beban alias Brassiere sangat penting untuk kondisi kesehatan kamu. Mulai sekarang cobalah untuk berdiri tegak agar nafas kamu lancar.”
“Tapi Pak... kalau punggung saya tegakkan, yang ini jadi terlihat sangat besar.”
“Kalau dulu kamu pasti sudah terbiasa menyembunyikannya. Sekarang kan sudah tak ada lagi yang akan berani mendekati kamu. Kamu di bawah perlindungan saya.”
“Tapi mereka melihat saya dengan-“
“Ya kan mereka punya mata. Sebesar itu mau disembunyikan dimana?” gerutuku. “Diam saja dan pakai daripada punggung kamu cedera karena menopang yang di depan.”
maaf y Thor bacanya maraton tp untuk like dan komen ngak pernah absen kog 😁😁😁,,,,