Ternyata Aku Bukan Janda!

Hari berganti hari, tak terasa sidang perceraian berjalan lancar karena dari kedua belah pihak tidak mempersulit. Bahkan bukan dari pihak Bram yang mengajukan perceraian namun dari pihak Ayubi, tentunya segalanya diurus oleh Abimanyu melalui pengacaranya.

Sebulan sudah Ayubi tinggal di rumah yang menurut wanita hamil itu adalah rumah kontrakan, nyatanya rumah itu adalah salah satu rumah milik Abimanyu.

Bahkan tanpa sepengetahuan Ayubi, beberapa pengawal Abimanyu tempatkan di sekeliling rumah. Mungkin bagi Abimanyu, kebutaan Ayubi ada sedikit keuntungan bagi pria itu.

“Ayu, hari ini waktunya kontrol kehamilan mu. Abang udah buat janji dengan Dokternya, eh... maksud Abang udah daftar tinggal bawa kamu ke rumah sakit.“

“Bang, aku belum dapet kerja sebulan ini. Uang ku udah menipis, pemeriksaan kali ini mahal nggak ya? Kalau mahal, aku periksa di bidan aja.“

Abimanyu duduk di samping Ayubi, “Kamu lupa udah tanda tangan hutang sama Abang, nanti setelah kamu dapat donor mata dan bisa kerja dengan kondisi mata mu yang sehat... baru kamu bayar hutang mu sama Abang.“

Ayubi tersenyum, “Menerima donor mata juga mahal kan, Bang. Apa bisa aku bayar semua hutang ku sama bang Abi? Selama ini aja aku udah berhutang banyak sama Bang Abi.“

“Tinggal menikah dengan ku, hutang kamu semuanya lunas." Goda Abimanyu seraya tersenyum begitu tampan, sayangnya Ayubi tak bisa melihat wajah laki-laki itu seperti apa.

“Ck! Aku nggak mikirin menikah dulu, Bang. Mau ngurus dulu anakku, tapi aku bingung kalau aku masih buta gimana ngurus bayiku ya Bang.“

Maaf Ayu, bukannya aku nggak mau mencari donor mata untukmu. Ini semua demi kebaikan kita.... sementara ini kamu masih harus tetap buta. Nanti, tunggu suatu saat nanti... jangankan hanya mata, bahkan seluruh dunia akan aku berikan padamu. Maaf jika aku egois, Ayu! Abimanyu begitu merasa bersalah.

“Mulai besok ada Bibik Mae menemani kamu disini, katanya dia ketahuan nolong kamu waktu di rumah mantan suami mu lalu dipecat. Jadi Abang bawa dia kesini, kasihan kan... masalah gaji biar Abang yang bayar dan masukin ke dalam hutang kamu.“

Mata Ayubi berkaca-kaca, selama sebulan ini Abimanyu selalu ada untuk nya.

“B-bang, aku___“

Jari telunjuk Abimanyu sudah berada di bibir Ayubi, “Sttt, Abang bilang apa sama kamu?“

“Semua ini adalah hutangku pada Bang Abi dan suatu saat aku harus membalas nya.“ Ujar Ayubi.

“Nah, udah ngerti kan. Jadi, apapun yang aku lakukan untukmu... terima saja. Oke?“

Ayubi mengangguk, ia mencari-cari tangan Abimanyu.

Grep!

Ayubi menggenggam tangan laki-laki itu seraya tersenyum, “Maafin aku ya Bang, aku sempat su'udzon sama Abang. Aku kira Abang punya maksud jahat sama aku, ternyata Abang malaikat ku. Makasih, Bang.“

Cup!

Mata Ayubi terbelalak saat punggung tangannya dikecup Abimanyu, “Maaf lancang, Abang nggak tahan. Kenapa 6 bulan lama banget ya? Abang udah kepengen menghalalkan kamu, Ayu...“

Ayubi hanya menundukkan wajahnya karena malu.

“Aku__"

“Ayu, sebut dirimu Ayu saat bersama ku. Aku suka nama itu, cantik seperti orang nya.“

Wanita itu kembali mengangguk.

“Ayo pergi, pegang lenganku.“

Ayubi menurut, dia mengalungkan tangan ke lengkungan lengan Abimanyu. Keduanya tampak serasi, para pengawal Abimanyu hanya menunduk memberi hormat tanpa mengeluarkan suara.

.

.

6 Bulan Kemudian...

Suara tangisan bayi terdengar di ruangan bersalin, berjenis kelamin laki-laki. Abimanyu langsung mengadzani bayi itu dengan airmata di wajah nya karena rasa haru bahagia.

Bayi dibawa ke ruangan khusus untuk dibersihkan untuk nantinya diberikan pada sang Ibu.

Abimanyu menemani Ayubi diluar ruangan bersalin, Ayubi masih dirawat oleh Dokter yang menangani.

Tak lama Ayubi dipindahkan ke ruangan rawat, ruangan VVIP tentunya. Abimanyu duduk di samping ranjang rawat, terus menemani Ayubi.

“Bang, anak kita tampan?“

“Ganteng banget, mirip sepertiku. Putih, gemuk karena dia nggak kekurangan apapun saat di dalam kandungan mu.“

“Semua berkat Abang yang selalu jagain aku dan anak kita, dia pasti bahagia mempunyai Ayah seperti kamu Bang.“ Ayubi sudah menerima lamaran Abimanyu, mereka berencana akan menikah sebentar lagi.

“Ayu, setelah kamu suci dari nifas... kita akan segera menikah. Abang sudah menyiapkan semuanya.“ Abimanyu mengecup berulang kali tangan wanita yang baru melahirkan itu.

Ayubi tersenyum, “Apa Bang Abi nggak akan menyesal menikah dengan wanita sepertiku, wanita buta dan janda satu anak?“

Cup!

Abimanyu mengucap kening Ayubi, dia mengelus kepala Ayubi yang tertutup hijab.

“Kamu ingat ucapan ku saat ini, Ayu. Selamanya hanya kamu istriku, hanya anak kita yang akan menjadi anakku. Jika suatu hari aku melakukan kesalahan padamu, percayalah... aku hanya ingin melindungi mu.“

Ayubi menurut, dia akan selalu mengingat perkataan Abimanyu saat ini.

“Nama anak kita, Azka Abimanyu Hakim. Ada namaku dan nama Almarhum Ayah mu.“ Ujar Abimanyu.

“Nama yang hebat, Bang. Nanti kita ke makam Ayah lagi, ya.“

"Sesuai ingin mu,“ Abimanyu mengiyakan, mereka sudah beberapa kali pergi ke makam Ayah Ayubi.

.

.

Setelah masa nifas Ayubi selesai, pernikahan pun di langsungkan dengan wali hakim.

“Saya terima nikah dan kawinnya, Ayubi binti Almarhum Bapak Rahman Hakim dengan mas kawin rumah beserta seluruh isinya dan juga beberapa aset-aset berharga dibayar tunai!“

“Sah?!“

“SAH!“

“Alhamdulillah.“

Acara akad berlangsung begitu khidmat, Ayubi terus menciumi punggung tangan Abimanyu yang kini sudah sah menjadi suaminya dan begitu pun Abimanyu mengecup pucuk kepala wanita yang sudah sah menjadi istrinya.

____

Diluar gerbang rumah mewah tempat dilangsungkannya pernikahan, rumah yang diberikan Abimanyu untuk Ayubi ada seseorang berada di dalam mobil.

“Apa pernikahan nya sudah selesai?“

“Baru saja selesai, Tuan Besar.“

“Katakan pada Abidzar, aku memberinya waktu satu minggu untuk bulan madu. Setelahnya, dia harus menyerahkan dirinya padaku!"

“Baik, Tuan Besar. Saya akan menyampaikan pada Tuan muda Abidzar.“

Mobil mahal serta berkelas itu pun pergi dari area rumah milik Ayubi.