Season Dua dari "Lily: Rahasia Gadis Kampung"
Briela Leonor, putri dari Raja Leonor, adalah pewaris tahta di sebuah kerajaan yang kekuasaannya melampaui presiden, menteri, dan semua gubernur. Setelah kematian suaminya, Briela memilih hidup sebagai rakyat biasa untuk melindungi anaknya, Xaviera, dari intrik politik yang mematikan.
Selama dua puluh tahun, Briela berhasil menyembunyikan identitasnya di sebuah provinsi kecil di wilayah Barat kota Riga. Kini, Xaviera telah dewasa, dan pernikahannya membawa kebahagiaan besar bagi Briela. Namun, kebahagiaan itu segera berubah menjadi mimpi buruk ketika Xaviera menjadi korban penyiksaan dan pelecehan oleh suaminya, Aron Ace.
Situasi semakin genting ketika sebuah kasus besar muncul, mengancam kestabilan negara. Briela dihadapkan pada keputusan sulit: membuka identitasnya dan kembali memimpin negara untuk menyelamatkan putrinya dan mengembalikan kedamaian, atau tetap tersembunyi dan menyaksikan kehancuran yang tak terelakkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuhume, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Xaviera berjalan memasuki mobil mewah yang telah di hias. Sesekali matanya melirik ke arah Briela yang telah melambaikan tangannya. Perlahan mobil melaju meninggalkan halaman membuat Xaviera kembali terisak.
“Huffff….”
Aron mulai melonggarkan dasinya dan sama sekali tidak berusaha menenangkan istrinya yang sudah terisak. Sepanjang jalan dia terdiam dan mengisi waktu kosongnya dengan meraih ponselnya dan sibuk mengotak atiknya di sana.
Sepanjang jalan hanya sunyi sepi terasa. Xaviera menatap sepanjang jalan dengan hati yang berdegup. Dia ingin memulai perbincangan tapi rasanya berat, dia tetap berpikir positif dengan apa yang Aron lakukan.
Mungkin saja kali itu, dia sedang sibuk dengan pekerjaannya di dalam ponsel sana. Tiba-tiba Aron meminta sopir belok ke arah hotel. Dia menjelaskan bahwa Aron telah memesak sebuah honeymoon room di hotel bintang lima di kota Riga itu.
“Aron, kita mau ke mana?” tanya Xaviera yang sudah berusaha menghentikan air matanya yang berjatuhan mengingat Briela.
“Ke sebuah tempat yang pastinya akan kamu suka,” timpal Aron dengan tersenyum devil.
Xaviera terdiam.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti depan lobi hotel. Salah satu pelayan terlihat berlari membuka pintu mobil tersebut. Aron turun dan melanjutkan langkahnya, meninggalkan Xaviera yang masih duduk diam di dalam mobil.
Xaviera berharap Aron mengisi impian romantis pernikahan untuk Xaviera, membukakan pintu mobil untuknya, menggenggam erat tangannya dan mengecup pundak tangannya.
Mereka akan berjalan memasuki hotel dengan tersenyum manis bersama, dengan saling melempar kata pujian satu sama lain. Nyatanya itu hanya harapan Xaviera semata.
Tanpa membuka pintu mobil untuk Xaviera. Aron berjalan begitu saja.
“Aron tunggu,” ucap Xaviera.
Xaviera kemudian berlari kecil, dia mengikuti langkah kaki Aron yang panjang, hingga mereka berdua tiba di dalam sebuah lift.
Nafas Xaviera tidak beraturan, sedangkan Aron diam saja melihat itu. Xaviera merasa heran, tingkah Aron sangat berbeda.
Ting….
Pintu lift terbuka, Aron kembali melanjutkan langkahnya, dan Xaviera berusaha dengan susah payah mengikutinya. Gaun pilihan Aron memang terbuka di bagian pundak tapi bagian bawah pun begitu membuat Xaviera risih karena dia tidak bisa melangkah dan bergerak secara leluasa. Tidak lama, mereka tiba di sebuah ruangan yang terletak di ujung lorong dengan pintu yang telah di hias dengan kelopak mawar.
“Aron, kita….”
“Ruangan ini akan menjadi saksi bulan madu kita sayang,” ucap Aron.
Xaviera terlihat gugup. Jantungnya berdegup sangat kencang. Aron melihat itu hanya tersenyum devil. Dia benar-benar sudah menantikan hari dimana dia bisa membalas Xaviera karena masa depannya sudah berantakan karena menikah dengannya.
Aron membuka pintu terlebih dulu dan menggerakkan sedikit kepalanya sebagai isyarat kepada Xaviera agar ikut masuk ke dalam kamar itu juga.
Xaviera melangkah pelan, matanya menyelidik setiap sudut kamar yang bertaburan bunga mawar dan cahaya lilin indah sedikit redup.
Mata Xaviera lebih membulat sempurna saat melihat ranjang sudah dipenuhi lautan kelopak mawar.
Xaviera tersenyum.
Impian pernikahan malam pertama yang Xaviera inginkan, salah satunya sudah terpenuhi. Kamar pengantin yang dipenuhi mawar merah.
Xaviera menunggu Aron memeluknya dari belakang, mengecup pundaknya, berbisik kalimat mesra dan kata cinta menyebut nama Xaviera. Tapi hayalan Xaviera buyar.
SSSRRTTT
“Aaaah,”
Tubuh Xaviera terjatuh begitu saja di atas ranjang dengan sedikit kasar akibat dorongan Aron yang kasar. Tubuh Xaviera bahkan terlihat sedikit terbanting di atas pembaringan dan merasakan pundaknya sedikit sakit karena dorongan Aron sedikit menggunakan tenaga.
“Aron apa yang kau lakukan?!” ucap Xaviera mulai takut.
Wajah Aron benar benar berubah, bahkan Xaviera tidak mengenal wajah yang berada di hadapannya itu. Matanya menajam dan senyumnya terlihat aneh. Wajah lembut Aron pudar. Tatapannya sangat jelas dendam dan amarah sudah menyatu dan siap untuk dilepaskan begitu saja.
Aron membuka satu persatu setelannya dan tiba di bagian bawah, dia menarik rim yang melekat di pinggangnya itu dan membentangkannya di hadapan Xaviera.
“A…aron, apa yang akan kau lakukan,” ucap Xaviera ketakutan dengan menarik tubuhnya menjauh pelan dari Aron.
“Ha ha ha, dasar wanita sialan!!! Karena menikah denganmu membuatku sangat malu,” teriak Aron dengan amarah.
Mata Xaviera terbelalak mendengar ucapa Aron. Dia kemudian meminta penjelasan dengan suara yang gugup tapi Aron sudah melayangkan cambukkan rim ke aras pembaringan, dan Xaviera masih berhasil untuk menghindar.
CCRRRASSSHH
"Aaaa Aron..." ucap Xaviera ketakutan. Dia berusaha menarik tubuhnya menjauh dari Aron.
CCCRRRAAASSSHHH
Sebuah cambukan mulai melayang kembali.
“Aaaaa,” teriak Xaviera saat rim berhasil mengenai kulitnya.
“Ha ha ha, teriaklah sepuasnya,” ucap Aron.
Xaviera kemudian berusaha turun dari pembaringan kemudian berlari ke arah pintu, tapi kunci pintu tidak ada di sana. Aron tertawa dan kembali melangkah dengan cepat. Dia menarik tubuh Xaviera dan melemparnya kembali ke atas pembaringan dengan kasar.
“Aron, jangan lakukan ini, aku mohon…”
PPPLLAAKK
Sebuah tamparan keras mendarat ke wajah Xaviera hingga membuat riasan wajah dan sedikit darah terlihat di ujung bibirnya. Rambut Xaviera sudah tidak pada tempatnya seperti biasa, kini terlihat sangat acak.
Dia kembali berusaha untuk lepas tapi Aron tertawa sangat puas, dia menurunkan celananya dan menarik tubuh Xaviera.
“Aron jangan.... lepaskan! Lepaskan!" teriak Xaviera.
Aron dengan kasar membuka kaki Xaviera lebar dan menarik segitiga penutup area sensitif milik Xaviera.
“Aron ku mohon jangan…” teriak Xaviera dengan tangisnya.
“Bukankah ini yang kau inginkan? Kenapa saat ini kau menolak, Hah?” ucap Aron dengan mencengkram wajah Xaviera,
“Tidak Aron tidak, kau jahat…” teriak Xaviera.
Aron mendengar itu tertawa keras, dia setuju dengan ucapan Xaviera. Tanpa berpikir panjang lagi, dia membuka seluruh benang yang menutupi tubuhnya, dia menarik gaun Xaviera yang hanya memperlihatkan area sensitifnya di bawah sana.
Xaviera masih berusaha berontak tapi tenaganya tidak sebesar itu.
“Lepaskan Aron, lepaskan,” ucap Xaviera dengan sesegukan.
“Selamat datang di keluarga Ace sayang, selamat datang di neraka,” ucap Aron.
Dia kemudian dengan kasar memaksa benda tumpulnya masuk kedalam milik Xaviera yang sempit itu. Dia menghentakkan dengan kasar dan keras. Sekali gerakan membuat Xaviera meringis kesakitan dan teriakannya tidak dihiraukan.
Kini darah mengalir di bagian pangkal pahanya karena Aron memperlakukannya dengan kasar.
“Aaaakkkhhhhh, Aron kau jahat,” teriak Xaviera dengan suara yang penuh kepedihan.
Aron tetap tidak peduli, dia melanjutkan aksinya bahkan sesekali dia memukul wajah Xaviera di sertai dengan umpatan kebencian.
Sepanjang malam, Xaviera tidak berhentinya menangis bahkan sempat tidak sadarkan diri karena ulah Aron. Dia tidak menyangka jika bulan madu yang dia impikan sirna begitu saja, bahkan suami yang sangat disanjungnya di hadapan sahabatnya, tidak sebaik yang terlihat.