NovelToon NovelToon
Mantan Istriku Ternyata Sultan

Mantan Istriku Ternyata Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: rishalin

Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 24

"Mbak!!" Panggil Jia pada pelayan yang sedang lewat.

"Ah iya Bu Jia." Ucap pelayan tersebut dengan sopan.

"Tolong bungkuskan saya beberapa makanan ya. Emm 10 bungkus saja mungkin sudah cukup. Lengkap dengan air minumnya nanti." Ucap Jia pelayan tadi.

"Baik Bu Jia. Mohon di tunggu." Jawab pelayan tersebut.

"Gak usah buru-buru Mbak, santai saja nanti kalau saya sudah mau pulang, baru nanti saya ambil di kasir." Ucap Jia.

Pelayan itu pun mengangguk dan segera berlalu menuju dapur.

Interaksi Jia dan pelayan tersebut tidak luput dari pandangan keluarga Rangga.

Bu Arum yang mendengar ucapan Jia yang memesan 10 bungkus makanan pun terkejut tidak percaya.

"Kamu memesan 10 bungkus untuk siapa saja Jia?" Tanya Bu Dinda yang kepo.

"Nanti saat di perjalanan pulang, Jia mau kasih sama anak jalanan, Ma." Jawaban Jia membuat keluarganya mengangguk tersenyum.

"Wauw makanan kita sudah sampai saja. Waktunya makan." Ucap Bu Arum di sengaja dengan teriakan agar keluarga Jia mendengarnya.

"Kok anak-anaknya gak malu ya, ngajak ibunya keluar. Kaya orang yang gak pernah datang ke tempat seperti ini saja." Ucap salah satu pelanggan yang masih dapat di dengar oleh Keluarga Rangga.

Bu Arum yang mendengar ucapan itu pun segera menoleh dan menatap tajam pelanggan tersebut.

"Hey, jaga ucapan mu ya." Ucap Bu Arum dengan berteriak juga.

"Sudahlah Ma. Jangan membuat kita semakin malu dengan tingkah Mama." Ucap Rangga menahan sang ibu agar tidak menghampiri pelanggan tersebut.

"Ck. Kalau Rangga gak menahan Mama. Sudah Mama caci maki saja dia. Masih muda berani banget berkata seperti itu sama orang yang lebih tua darinya." Gumam Bu Arum.

Kini mereka memakan makanan yang mereka pesan dengan lahap kecuali Rangga yang kebingungan bagaimana nanti untuk membayarnya.

Rangga yang sudah tidak nafsu makan pun menoleh ke arah Jia. Dilihatnya Jia yang begitu menikmati makan siangnya kali ini.

Dengan Amira yang berada di samping Jia.

"Kok Jia bisa sesantai itu ya. Apa dia gak mikirin gimana caranya untuk membayar semua makanannya nanti. Lagi pula tadi dia juga tambah memesan makanan 10 bungkus." Batin Rangga yang memang melihat Jia makan dengan tenang. Berbeda dengan dirinya yang kebingungan sendiri.

"Mas kenapa?" Bisik Manda yang melihat gelagat Rangga.

"Emm kamu bawa uang gak sayang?" Bisik Rangga pada Manda.

Manda yang mendengarnya pun menatap bingung ke arah Rangga.

"Kenapa memangnya?" Tanya Manda

"Emm jadi gini, aku cuma bawa uang pas saja. Takut kalau kurang, jadi kalau nanti uangku kurang, aku boleh ya pinjam uang punya kamu. Nanti sampai rumah langsung aku balikin, aku janji." Ucapan Rangga membuat Manda menghentikan kunyahannya.

"Kamu gak bawa kartu debit memangnya?" Tanya Manda lagi.

Rangga menggelengkan kepalanya. Sebenarnya dia membawa tetapi kartu tersebut belum dia isi, jadi saldonya masih kosong.

"Tolong aku ya sayang." Ucap Rangga dengan memelas.

Mau tidak mau akhirnya Manda mengangguk mengiyakan ucapan Rangga dengan terpaksa.

Rangga tersenyum saat mendapat respon Manda yang memuaskan.

Kini keluarga Rangga dan Jia sudah sama-sama menyelesaikan makan siang mereka.

"Mbak billnya." Ucap Rangga memanggil salah satu pelayan yang ada di sana.

Satu pelayan berjalan menghampiri meja Rangga dengan membawa bill meja keluarga Rangga.

Kedua mata Rangga terbelalak sempurna saat melihat total harga yang tertera dalam bill tersebut.

"Mbak ini beneran segini totalnya?" Tanya Rangga tidak percaya.

Pelayan tersebut menganggukkan kepalanya. "Maaf, kalau itu salah, Bapak bisa lihat nomor mejanya." Jawab pelayan tersebut dengan ramah.

"Uangku gak cukup, Ma." Ucap Rangga yang memang benar uangnya tidak cukup, bahkan dengan uang yang ia pinjam dari Manda pun masih kurang banyak.

Bu Arum yang mendengarnya pun langsung melotot sempurna.

"Kamu jangan bercanda ya Rangga. Jangan bikin malu kita." Ucap Bu Arum sinis.

"Aku bahkan sudah pinjam uang sama Manda." Jawab Rangga lirih.

"Astaga, terus bagaimana ini? Ren kamu yang tambah uang Rangga ya?." Ucap Bu Arum dengan seenaknya.

Rendi yang mendengarnya pun seketika terkejut.

"Kok jadi aku sih, Ma?" Ucap Rendi dengan nada tak terima.

"Terus siapa lagi? Mama? Mana punya Mama uang segitu banyaknya." Ucap Bu Arum lagi.

"Maaf ini gimana ya, Pak? Saya masih punya pekerjaan lain." Ucap Pelayan yang sejak tadi menunggu.

"Eh Mbak, lebih baik kamu kasih bill mereka dulu saja dari pada menunggu kita." Ucap Litta seraya menunjuk tempat keluarga Jia, membuat pelayan itu ikut menoleh ke arah tempat keluarga Jia.

Pelayan tersebut mengerutkan keningnya heran.

"Maaf Bu, keluarga Bu Jia tidak pernah membayar kalau makan di cafe ini." Ucapan pelayan itu membuat keluarga Rangga kembali salah paham.

"Oh jadi, ada keluarga yang makannya banyak dan memilih menu yang mahal-mahal, tapi gak pernah membayar alias ngutang." Ucap Bu Arum yang tiba-tiba meremehkan keluarga Jia.

Jia, Pak Rama, Bu Dinda dan Jio yang mendengarnya saling tatap satu sama lain.

Keluarga Jia tak menghiraukan ucapan Bu Arum, mereka tahu perkataan itu tertuju pada mereka.

Bu Arum yang melihat keluarga Jia yang acuh tak acuh, akhirnya merasa geram dan berjalan mendekati keluarga Jia.

"Heh manusia miskin, makan enak di cafe mahal seperti ini ternyata kalian ngutang ya? Dasar manusia gak tau malu." Ucap Bu Arum di hadapan keluarga Jia.

"Maaf, maksud Bu Arum apa ya?" Ucap Jia santai, tak ada lagi kata Mama yang ia sematkan seperti sebelumnya.

"Apa kamu tuli? Apa kamu gak dengar ucapan pelayan itu? Kamu makan disini gak pernah bayar?" Ucap Bu Arum dengan pedenya.

Jia hanya tersenyum menanggapi ucapan dari Bu Arum. Sekarang dia paham maksud Bu Arum yang ingin menjelekkan namanya di depan pengunjung lain.

"Maaf Bu, Ibu gak usah mengalihkan topik kita. Lebih baik Ibu segera membayar tagihan Ibu dan keluarga Ibu sekarang." Ucap pelayan tadi yang sudah mulai jengkel melihat tingkah Bu Arum.

"Heh Mbak, anak saya yang akan membayarnya. Jangan fikir keluarga saya tidak mampu hanya membayar tagihan itu. Saya tidak semiskin itu ya Mbak." Ucap Bu Arum dengan nada sinis.

"Lagian yang seharusnya Mbak usir dan paksa untuk membayar itu mereka. Sudah makan memilih semua menu yang enak dan mahal. Eh ujung-ujungnya malah ngutang. Apa Mbak gak di rugikan oleh ulah mereka?" Lanjut Bu Arum yang masih di diamkan oleh keluarga Jia.

"Orang hanya pelayan saja sok berkuasa. Dasar babu gak tau diri." Ucap Bu Arum yang juga menghina pelayan itu.

"Lebih baik saya jadi babu, dari pada berlagak sok kaya dengan cara pesan makanan yang banyak tapi gak mau membayar." Jawab Pelayan itu yang memang sudah sangat jengkel mendengar ucapan Bu Arum.

"Heh, kamu berani sama saya? Kamu gak tau saya siapa? Aal kamu tau ya, anak-anak saya itu karyawan dikantor besar. Kamu gak ada apa-apanya di bandingkan mereka." Ucap Bu Arum yang masih saja tak mau kalah.

"Dan satu lagi, ucapan mu itu bagusnya untuk mereka bukan untuk saya." Lanjut Bu Arum lalu menunjuk ke arah keluarga Jia.

"Kenapa cuma diam saja? Panggil manager kalian ke sini." Ucap Bu Arum yang semakin meremehkan pelayan itu.

Salah satu pelayan lain dengan cepat pergi memanggil manager di cafe tersebut.

"Kenapa anda harus manggil saya kalau Bos saya sudah berada di hadapan anda?" Ucap si Manager yang baru saja sampai dan masih belum mengerti keadaan.

Bu Arum seketika terdiam, otaknya kini sibuk mencerna ucapan Manager tersebut.

"Maksud kamu apa?" Tanya Bu Arum dengan wajah tanpa dosa.

"Maaf Bu, Bu Jia dan Pak Jio ini pemilik cafe ini. Jadi mereka memang tak perlu membayar kalau mau makan dicafe ini." Ucapan Manager itu kini benar-benar membuat keluarga Rangga melotot tak percaya terutama Bu Arum.

********

********

1
Dian Astutik
bagus ceritanya seru
Aprillia Novianti
lumayan, bikin emosi meningkat
Lusi Andriani
yang tolol itu jia nya udah tau anaknya dikucilkan dan dirundung oleh keluarga mertua masih diam aja sekarang nyesel
yuyunn 2706
????????????????
Mulia Ulfa
bagus
Rizah Emelya
heran sampai bab 146 aja masih bego jia
kenp gak tegas .buat mereka kapok
Febi Nale
ko skrg gk di up lgi ya
Anonymous
Katanya jia sebenarnya perempuan pintar tp kok selalu bisa di permainkan dan lemah di bilang pacaran dan video call kok maunya sih dr cerita ini tidak membangun jd wanita kuat sepertinya membosankan dan berputar putar trs
🔵🏘⃝AⁿᵘHeartNet🔰π¹¹™🍒⃞⃟🦅ᶠˢ
udah seminggu lebihh belom up/CoolGuy//CoolGuy/
Sandira Wati
Kecewa
Sandira Wati
Buruk
Dwi Setyaningrum
kok ga up up thor
Debby Simangunsong
Cerai aza jia,tinggalkan rumah itu
Rihani Aqiella
keluarga toxic bin tolil
Rasim Bintang
jadi bikin ilpil nih/Panic//Panic/
Rizky Sandy
bodoh dipelihara,,,,,
Lina Ina
lama sangat thor sambungan nya
Dwi Setyaningrum
thor kok lama ga update..
Akbar Razaq
Perasaan dr kemaren " masalah penyusup yg jelas jelas sdh tahu pelakunya ya siapa lagi dalangnya klo bukan omnya tp susah amat si jia.Kayaknya Jia kurang kompeten deh
Rahma
haduuuh ini cerita ko bikin darah tinggi naik, pgin lanjut takut darah tinggi g di lanjutin penasaran 😔😔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!