Kembalinya Sang Penguasa: Pembalasan Seorang Ibu
Negara Gumi sangat unik. Negara ini masih menggunakan sistem monarki di mana raja merupakan penguasa utama. Begitu digdayanya kekuasaan raja, bahkan presiden dan pejabat negara yang paling tinggi pun tunduk pada kerajaan. Parade-parade kerajaan setiap tahun ditampilkan dan diarak di ibu kota, dengan keluarga kerajaan yang selalu tampil megah di sana.
Pada masa lalu, Negara Gumi dimerdekakan oleh Raja Leonor yang membangun sebuah sistem kerajaan yang bertahan hingga saat ini. Negara ini dipimpin oleh garis keturunan kerajaan Leonor.
Meskipun aturan dunia berubah, peran presiden di negara ini lebih merupakan sebuah formalitas karena garis keturunan Raja Leonor yang mengatur semuanya di balik layar pemerintahan.
Negara Gumi terbagi dalam dua wilayah kekuasaan: wilayah kerajaan dan wilayah pemerintahan sipil. Wilayah kerajaan, yang mencakup ibu kota dan daerah sekitarnya, berada di bawah kekuasaan langsung Raja Leonor. Wilayah ini memegang pusat kekuasaan tradisional dan adat istiadat. Raja memiliki kewenangan penuh atas hukum adat, kebijakan kebudayaan, dan acara-acara kenegaraan.
Di sisi lain, wilayah pemerintahan sipil dikelola oleh presiden yang dipilih melalui pemilihan umum. Presiden bertanggung jawab atas urusan pemerintahan sehari-hari, termasuk ekonomi, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur.
Namun, setiap keputusan besar tetap memerlukan persetujuan dari kerajaan. Ini menunjukkan bahwa meskipun presiden memiliki kekuasaan administratif, raja tetap memiliki pengaruh dominan dalam segala aspek kehidupan bernegara.
Raja Leonor X, yang saat itu bertahta, hanya memiliki seorang putri mahkota bernama Briela. Briela sangat cerdas dan piawai dalam segala hal. Usianya sudah memasuki usia pernikahan, dan kerajaan menyambut meriah ketika putra perdana menteri negara tersebut melamar Briela.
Semua orang tahu bagaimana watak putra perdana menteri yang baik hati dan tegas. Pernikahan berlangsung meriah, namun tidak berselang lama, kerajaan bergejolak karena persaingan intrik politik dan kekuasaan.
Beberapa menteri, pejabat negara, dan bahkan presiden bersekongkol melawan sistem kerajaan. Mereka bekerja sama dengan beberapa negara lain untuk meruntuhkan sistem monarki itu. Kesetiaan manusia menjadi samar, baik di hadapan keluarga kerajaan maupun di antara sesama pejabat. Entah mereka adalah lawan atau kawan, semuanya begitu sulit dibedakan.
Briela bersama suaminya berusaha mencari cara agar pemerintahan kembali tunduk kepada kerajaan. Kaspian, suami Briela, berusaha sekuat tenaga menyatukan semua pihak, namun takdir berkata lain. Dia gugur di medan pertempuran politik dalam sebuah kecelakaan yang menurut Briela sudah direncanakan dengan baik.
Geram dengan situasi ini, Briela meminta hak kuasa kepada Raja Leonor X, yang sudah sakit-sakitan, untuk memimpin strategi perlawanan. Permintaan ini disetujui. Dalam keadaan mengandung, Briela sibuk menyelidiki para pejabat dan anggota keluarga kerajaan yang berencana menggulingkan kekuasaan keluarganya.
Beberapa di antara mereka tidak menyetujui jika pemimpin mereka adalah seorang perempuan karena selama ini, laki-lakilah yang berhak memimpin Istana Leonor. Satu per satu bandit dan pengkhianat negara dibantai oleh Briela. Meski beberapa meloloskan diri dari penyelidikan dan hukuman kerajaan, negara Gumi kembali aman, dan itu sudah cukup.
Briela melahirkan seorang putri cantik yang diberi nama Xaviera. Dia memutuskan untuk meninggalkan kerajaan Leonor demi melindungi putrinya dari hiruk pikuk dunia kerajaan yang harus dipikulnya.
Menjadi garis keturunan kerajaan sangat berat, dengan tugas yang bisa menghabiskan banyak waktu tanpa menikmati perubahan masa dan musim.
Briela ingin anaknya menikmati kehidupan seperti manusia pada umumnya. Bersekolah, bermain tanpa harus mengikuti aturan tertentu. Dia diam-diam meninggalkan istana tanpa diketahui siapa pun.
Kerajaan mulai berkecamuk tanpa seorang pemimpin, hingga akhirnya Permaisuri Leonor, ibu dari Briela, mengambil alih kekuasaan untuk menjaga pondasi kerajaan agar tidak hilang.
Briela hanya menitipkan sebuah surat, menyatakan bahwa dia akan memantau kerajaan dari kejauhan dan akan membantu permaisuri mengatasi setiap masalah kerajaan jika diperlukan. Briela membawa beberapa pengawal setianya dan memberikan perintah untuk mengawasinya dari jauh tanpa menimbulkan kecurigaan.
Waktu berlalu begitu cepat, saat usia Xaviera sepulu tahun, dia sudah masuk sekolah menengah pertama. Dia memiliki banyak teman, namun Briela tidak menyangka bahwa di sekolah, ada beberapa siswa yang membully Xaviera hingga hampir mencelakainya.
Jika bukan karena bantuan seorang pria asing saat itu, Briela mungkin tidak akan tahu bahwa Xaviera mendapatkan bully di sekolah.
Briela segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak sekolah dan pihak berwenang setempat agar memberikan efek jera kepada siswa-siswa yang mencelakai anaknya.
"Siapa nama Anda? Terima kasih karena telah menolong anak saya," ucap Briela kepada pria yang wajahnya menunjukkan bahwa mereka mungkin seumuran.
"Tidak masalah, aku hanya kebetulan melintas dan melihat anak Anda sedang dikeroyok oleh teman-temannya," jelas pria itu yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Hartono.
Briela memperhatikan penampilan pria tersebut yang tampak asing di matanya. Ternyata, Hartono baru menetap beberapa bulan di kota Riga. Dia menjelaskan bahwa dia sedang bekerja untuk menghidupi anaknya yang berada di negara lain.
Briela merasa iba mendengarnya. Dia mengundang Hartono ke kedainya esok hari untuk sekadar mampir dan menerima kebaikan hatinya.
"Kau bisa makan sepuasnya di kedaiku, jika kau tidak memiliki apa pun untuk dimakan," ucap Briela.
"Terima kasih, tapi aku masih sanggup untuk bekerja," jawab Hartono dengan tegas.
Briela tersenyum mengerti. Beberapa hari kemudian, Briela bertemu lagi dengannya. Hartono bekerja serabutan, sehingga Briela memanggilnya ke kedai miliknya untuk sekadar berbincang. Dari situ, Briela mengetahui bahwa Hartono adalah pria pekerja keras dan memiliki banyak ide cemerlang untuk masa depan.
"Jadi, kau masih memiliki sisa saham di negara itu tapi tidak bisa mengaksesnya karena jalanmu tertutup oleh pimpinan negara tersebut?" tanya Briela dengan wajah serius.
Hartono mengangguk. Sudah lima tahun dia mencari cara agar bisa mengambil saham yang tersisa dan membawa anaknya pergi dari negara itu, namun dia tidak menemukan jalan.
Hartono mengeluarkan foto bayi mungil yang disimpannya di dompet. Dia tersenyum dan menunjukkan foto itu kepada Briela. "Saat ini usianya sudah lima tahun. Aku berpindah-pindah tempat bekerja demi dia. Aku..."
"Siapa namanya?" tanya Briela.
"Lily," jawab Hartono, matanya berbinar-binar saat menyebut nama putrinya.
Briela diam sejenak, lalu tersenyum. Dia meminta Hartono menemuinya di alamat yang ditulisnya di secarik kertas. Hartono terlihat bingung.
"Aku akan membantumu," ucap Briela tegas.
"Bantu? Tapi bagaimana caranya?" Hartono masih bingung dan bertanya-tanya.
Briela pergi begitu saja, meninggalkan Hartono dengan wajah penuh tanda tanya. Di balik langkahnya yang mantap, Briela memiliki rencana yang mungkin bisa mengubah nasib Hartono dan putrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments