Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Bagimana dengan wanita itu?"
"Semalam sebelum dia pulang, nona Hana mampir ke pantai."
"Pantai?" Ulang Elang. "Apa yang dia lakukan disana.?" Tanya Elang.
"Sepertinya dia hanya teriak meluapkan amarahnya tuan."
"Hahahahahah," Tawa Elang.
"Tuan. Apa ini tidak kelewatan untuk nona Hana?"
"Lakukan saja tugasmu Roy. Biar wanita itu jerah dan datang memohon padaku."
Elang melirik jam tangan yang melingkar ditangan sebelah kirinya. Ia tidak sabar menunggu kabar tentang apa yang akan Hana dapatkan hari ini. Ya, karena kali ini Elang ingin membuat pelajaran untuk Hana, agar Hana mau kembali datang kepada dirinya.
••••
"Ayolah kak, katakan padaku apa yang terjadi padamu? Bicaralah agar aku dan ayah bisa mencari jalan terbaik untuk kak Kana." Ucap Hana.
Sang kakak hanya diam saja sama seperti biasa, karena semenjak kejadian itu Kana hanya bisa diam dan sesekali menangis terseduh-seduh sehingga membuat Hana dan juga sang ayah hanya bisa diam tak bisa berbuat apa karena Kana menutup dan tak mau cerita tentang apa yang terjadi.
"Kak Kana.." Teriak Hana.
"Kakak tahu? Aku bahkan rela menjadi pelayan di kelab malam itu hanya untuk mencari tahu apa yang terjadi pada kakak. Tapi apa yang aku dapat kak. Aku di pandang sebelah mata oleh orang-orang. Bahkan semua pria di kelab itu mengira diriku wanita malam. Jadi tolong kak bantu aku." Ucap Hana dengan nada yang mulai meninggi sehingga membuat sang kakak menangis histeris.
"Kak Kana. Kak..." Ucap Hana sambil memegang kedua pundak sang kakak.
"Hikkksssss...hikkkksss.hiiikkkssss.. Dia jahat, jahat." Ucap Kana
Hanya kata itu yang selalu Kana ucapkan saat dirinya sedang menangis.
"Maafkan aku kak. Maafkan Hana yang membuat kakak menangis." Kini Hana memeluk tubuh sang kakak dan mengusap pundak belakang Kana agar bisa membuat Kana tenang.
"Jahat. Dia jahat." Ucap Kana.
"Maafkan aku kak."
Hana membawa Kana naik ke atas tempat tidur.
"Tidurlah kak. Maaf karena telah membuat mu menangis." Ucap Hana sambil mengusap rambut sang kakak.
Sungguh hati Hana sangat teriris melihat Kana yang berubah secara derastis. Kana adalah kakak yang sangat periang, namun semenjak kejadian hari itu semua telah berubah. Kana hanya bisa mengurung diri, tidak ingin melakukan apapun lagi.
Hana mengusap wajahnya. "Aku harus bagaimana.?" Gumamnya.
"Tuhan tidak pernah tidur. Ayah tahu cepat atau lambat semua pasti akan terungkap. Ini hanya persoalan waktu saja Nak." Ucap Ayah.
"Aku tahu ayah. Tapi aku merasa kasihan dengan kak Kana."
Ayah mengusap pucuk kepala Hana. "Ayah tahu nak."
"Oh iya, apa kau tidak pergi kuliah hari ini?" tanya sang ayah.
"Nanti ayah. Hana ada mata pelajaran siang."
"Jaga dirimu baik-baik. Jangan sampai sesuatu terjadi padamu."
"Iya yah."
Ponsel Hana berdering, Widia sahabat Hana menelpon.
"Han. Kamu ke kempus sekarang juga."
"Untuk apa? Bukan kah mata kuliah hanya siang hari?"
"Han, beasiswa kamu di cabut."
"Apa???" Teriak Hana tidak percaya.
"Sekarang juga kamu ke kampus."
Tanpa menunggu waktu lebih lama. Hana langsung segerah menuju ke kampus dengan tergesah-gesa. Ia tidak menyangka dengan apa yang Widia katakan. Jika beasiswa milik dirinya telah di hapuskan.
"Widia." Teriak Hana memanggil. "Kamu tahu dari mana?"
"Dosen pembimbing kamu barusan memberikan ini." Ucap Widia sambil memberikan selembar kertas.
Hana membaca berkas tersebut. Bahkan berulang kali Hana membaca berkas tersebut. Tanpa terasa air mata menetes di pipi mulus Hana. Hancur sudah mimpi yang Hana bangun selama ini. Hanya bermodalkan beasiswa Hana bisa kuliah, lalu untuk sekarang? Bagaimana bisa Hana melanjutkan pendidikan kuliahnya.
"Hahahahahahaah" Tawa Elang saat mendapatkan informasi tentang Hana "Sebentar lagi kau akan datang memohon padaku." Ucapnya sambil memperhatikan foto Hana yang di kirim oleh orang suruhannya.