Mara, gadis yang terbaring koma berbulan-bulan, terpaksa harus menerima tawaran sesuatu yang disebut "sistem", yang di mana dia harus pergi ke dunia novel untuk meningkatkan nilai baik antagonis sebagai ganti tubuh aslinya tersembuhkan perlahan. Hanya saja, sang target merupakan orang sangat sulit didekati, paranoid, dan dibenci banyak orang.
______
Suatu hari, Mara menyelesaikan tugasnya dan akan pergi. Tapi tiba-tiba dia ditangkap pria menakutkan yang telah dia jinakkan.
"Jangan berpikir kamu bisa memanjat jurang gelap yang telanjur kamu lompati sesuka hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penguntit
"Bip—Target berjarak 7 meter."
"Diamlah! Aku tahu."
Tentu saja tahu, karena Mara tengah bersembunyi menatap dari jauh Rahan yang tengah berjalan ke arah lapangan indoor basket.
Sistem memprotes. "Manusia, bagaimana Anda bisa meningkatkan nilai suka jika Anda bersembunyi dari target?"
"Kamu sangat cerewet, Sistem! Aku tidak sebodoh itu untuk mendekati landak berduri!" Mara memutar bola matanya malas. "Jangan berkata apapun! Aku harus fokus."
Mara berjalan pelan sembari menatap tajam punggung tegap itu agar tidak hilang dari pandangannya.
Sistem akhirnya terdiam.
Mara terus mengikutinya dan memasuki tribun untuk duduk di tempat yang tidak terlalu terlihat. Sedangkan di bawah, tepatnya di lapangan indoor itu Rahan telah mengambil bola basket dan bermain sendiri.
Suara pukulan antara bola dan lantai bergema karena pantulan suara. Saat anak lelaki jangkung itu berlari dan melompat untuk memasukan pada ring, suara sepatunya mencicit membuat gigi orang ngilu.
Mara menonton di atas tribun sembari berkata dalam hati. Pasti anak itu belum makan siang. Ia tidak yakin bahwa sandwich yang dia beri pagi tadi diterima begitu saja, mungkin saja dibuang ke dalam tong sampah.
Tidak apa-apa. Setidaknya dia sudah berjuang mendekatinya. Tapi dia tidak akan menyerah.
Memikirkan itu, Mara berjalan keluar dengan suara pelan untuk membeli sesuatu di kantin. Di tempat itu, tentu sangat ramai karena memang sudah waktunya makan siang, dan dia harus mengantri agak lama untuk membeli nasi dan lauknya. Dia membeli dua porsi serta minum untuk dirinya dan Rahan.
Semoga saja anak itu masih ada di lapangan basket.
Tapi sayang sekali, saat Mara datang sekitar 20 menit kemudian, lapangan sudah kosong dan sunyi. Mara menurunkan bahunya kecewa dan mencari di bawah, mungkin dia tengah duduk di tepi lapangan. Tapi ia tidak kunjung menemukannya.
"Mencari aku?"
"Ah!" Mara sangat kaget sehingga satu minuman yang ia pegang jatuh membasahi bagian betis celana dan sepatu Rahan.
S*al! Sejak kapan dia ada di belakangku!
"Sistem! kenapa kamu tidak memberitahuku!"
Suara sistem agak merajuk. "Anda sempat menyuruh saya diam tadi."
"Maafkan aku!!" Mara sangat panik sehingga dengan refleks berjongkok dan akan membersihkan bagian yang basah dengan tisu.
"Apa yang kau lakukan!" sentaknya mundur dengan nada tinggi. Reaksinya berlebihan dan matanya suram.
Mara mendongak. "Aku akan membersihkannya..."
"Pergilah! Jangan ganggu aku!" perintahnya dengan wajah mengeras kaku. "Apakah sekarang kamu menjadi penguntit?"
"I-itu ..." Mara ingin memukul dirinya sendiri. Sepertinya Rahan sadar dia mengikutinya sejak di kelas!
"Hei, katakan, apa maumu dariku?" tanyanya dengan suara rendah, namun itu seperti geraman binatang buas yang mulai terganggu.
"Aku.. aku hanya ingin makan siang bersamamu."
"Apa?" Lagi-lagi Rahan tak menduga jawaban yang dilontarkan dari mulut gadis itu. Ia menoleh dan melihat dua porsi makanan yang baru saja dibawanya. Tiba-tiba ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Jika kamu tidak mau, tidak apa-apa. Aku akan meninggalkannya satu untukmu, dan aku akan pergi makan sendiri di tempat lain." Mara berkata sedih. Ia menunduk melihat sepatu Rahan yang sudah agak compang-camping menjadi basah karena kecerobohannya. "Soal sepatumu ... aku minta maaf! Aku akan segera menggantinya!"
Mara langsung buru-buru pergi dengan satu porsi nasi bungkus di tangannya.
"Hei, berhenti."
Mara berhenti berjalan dan menoleh melihat tatapannya yang datar.
"Apa kau bersimpati padaku?"
Mara berkedip bingung dengan ekspresi polos. "Tidak. Aku hanya menyukaimu. Itu saja."
Lalu dia langsung keluar lapangan indoor.
Tubuh yang yang kecil, namun rasa keberadaan yang besar, setelah dia pergi, lapangan itu menjadi hening. Rahan mengusap wajahnya tak habis pikir dan melihat sebungkus nasi dan satu minuman di bangku tribun. Situasi ini familiar meskipun hanya terjadi dalam waktu singkat, namun berdampak besar padanya.
Apa-apaan itu tadi?
~•~
"Bip—Nilai target: 2."
Mara hanya merasa makanan di mulutnya semakin enak setelah mendengar suara sistem. Ia kini tengah makan siang di taman sepi di pinggir dekat pagar luar sekolah
Sistem memuji. "Selamat! Anda terhindar dari hukuman!"
Mara tertawa puas. Jika ada orang luar yang melihatnya tertawa sendiri, pasti dia sudah dianggap gila.
Saat pulang sekolah, Mara tidak naik mobil yang menjemputnya, karena pasti tentunya akan ada Melody di sana, dan ia sedang malas menghadapinya. Jadinya ia pulang dengan busway lagi tanpa bertemu target, tapi tidak apa-apa. Dia sudah mendapat nilai yang menjadi jaminan dia tidak dihukum.
Sebelumnya dia mendapat kabar bahwa ayahnya tidak akan pulang dalam beberapa hari, tapi Mara tidak peduli. Hanya mungkin dia harus menghadapi si ibu dan adik tiri yang bertingkah merepotkan.
Untung saja saat sampai di rumah dia tidak harus menghadapi wajah ibu tirinya, dan dia langsung ke kamar. Ia harus memikirkan rencana kedepannya, terlebih dia sudah mendapat ingatan tubuh ini.
Meskipun tubuh ini adalah memiliki fisik dan wajah seperti diri aslinya, tapi itu memang diatur sistem dan tentu saja tubuh itu memiliki kehidupan sebelum ia datang. Dan ingatan itulah yang sempat sistem berikan sebelumnya.
Dalam ingatan, kehidupan tubuh ini sebelum dan sesudah ibu kandungnya meninggal sangat berbeda. Hanya keluarga tiga orang, tapi meskipun Wilson sibuk bekerja, tapi keluarga ini sangat bahagia. Tapi karena penyakit kanker payudara stadium akhir, ibu kandung Mara yang bernama Hana meninggal dunia.
Tidak hanya Mara sendiri, sebenarnya juga Wilson sangat terpuruk. Tapi dia selalu ingin melupakan kesedihannya dengan terus menerus bekerja. Sampai di mana, Luri bersama anaknya datang ke dalam kehidupan Wilson dengan cara dramatis.
Masalah ini tidak ada dalam ingatan karena memang Mara tidak tahu, tapi sistem memberi formasi sebelumnya bahwa Luri sengaja menabrakkan diri ke mobil Wilson sehingga Wilson yang merupakan orang yang sangat bertanggung jawab membawa dan merawatnya sendiri. Padahal Luri sudah mengincarnya sejak sebelum Hana meninggal di rumah sakit.
Luri selalu datang pergi ke rumah sakit sejak suaminya sakit stroke dan dia selalu bertemu Wilson. Setelah mengetahui istri dokter itu sakit kanker yang tidak tertolong, ia sudah memiliki rencana. Setelah suaminya meninggal, lalu entah kebetulan atau apa, istri Wilson juga meninggal tidak lama kemudian. Disitulah dia menjalani rencananya sehingga hasilnya dapat menikah dan menjadi istri seorang dokter, alias Wilson.
Hidup Mara yang sudah suram akibat kematian ibunya, semakin terpuruk mengetahui ayahnya akan menikah lagi. Di situlah kepribadiannya berubah yang disebabkan dua orang asing yang masuk ke dalam keluarganya.
Mara tak punya satu teman pun di sekolah. Itu juga karena tidak ada yang ingin mendekatinya karena wajahnya yang selalu murung dan sulit didekati. Berbeda dengannya, Melody memiliki gaya hidup seperti anak orang kaya dan memiliki banyak teman dengan citra baik. Melody tidak pernah mengakui bahwa dia memiliki kakak.
Mara juga harus menghindarinya karena Melody menjelekkannya di depan teman-temannya sehingga dia selalu terbully secara verbal jika bertemu salah satu teman Melody.
Tapi tenang saja, Mara yang sekarang sudah berbeda. Dan dia tidak akan tersakiti oleh hal sepele seperti itu dan akan dengan gampang melawan balik mereka dua kali lipat. Lagi pula hidupnya di dunia ini hanya untuk Rahan—sang target.
"Sistem, aku penasaran, apa target memakan makanan yang kuberikan padanya?"
Sistem menjawab. "Target menerima semua yang Anda berikan padanya."
Apa maksudnya dengan itu? Mara bingung. "Maksudmu dia memakan sarapan dan makan siang yang kuberikan?"
Sistem berkata cuek. "Jika Anda sudah tahu, jangan bertanya."
Ah! Menyebalkan! Mara kesal dengan jawaban tidak pasti sistem. Apa dia masih marah dengan masalah dia membentaknya diam siang tadi? Memang benar, sistem ini temperamental.
Hanya saja, membayangkan Rahan memakan sandwich yang dibuat sendiri dan juga makan siang yang dia berikan membuatnya senang.
"Aku akan membuatkannya sarapan lagi besok!!"
ganteng, gapura kabupaten, tiang listrik, bisa masak wkwkwk