NovelToon NovelToon
Cinta Perawan Tua

Cinta Perawan Tua

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / Playboy / Kehidupan di Kantor / Wanita Karir / Fantasi Wanita
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arneetha.Rya

Janetta, gadis empat puluh tahun, berkarier sebagai auditor di lembaga pemerintahan. Bertahan tetap single hingga usia empat puluh karena ditinggalkan kekasihnya yang ditentang oleh orang tua Janetta. Pekerjaan yang membawanya mengelilingi Indonesia, sehingga tanpa diduga bertemu kembali dengan mantah kekasihnya yang sudah duda dua kali dan memiliki anak. Pertemuan yang kemudian berlanjut menghadirkan banyak peristiwa tidak menyenangkan bagi Janetta. Mungkinkah cintanya akan bersemi kembali atau rekan kerja yang telah lama menginginkan Janetta yang menjadi pemilik hati Janetta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arneetha.Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 31

Kami sampai di kantor saat waktu tinggal lima menit lagi untuk melakukan presensi. Aku masih membenahi tasku sebelum turun dari mobil Reyvan. Reyvan dengan setia menunggui aku sampai selesai berbenah. Dia juga sudah membelikan sarapan untuk aku santap di ruangan, karena waktu sudah tidak memungkinkan kami sarapan di kantin.

Kami turun dari mobil sembari tertawa karena Reyvan mengejek soal diriku yang sering bangun kesiangan padahal sudah pasang alarm. Reyvan bilang aku tidur seperti kerbau sampai-sampai tidak bisa dengar alarm ponsel bahkan dengan nada dering maksimal. Aku terkekeh mendengar ejekan Reyvan.

Belum kami masuk ke dalam kantor, kami dicegat oleh Rachel. Dia berdiri dihadapan kami dengan wajah kusut berurai airmata. Pakaiannya acak-acakan seolah itu adalah pakaian kemarin dan belum diganti sampai pagi ini Yang membuat kami terkejut, dia memegang pisau dapur di tangan kanannya. Spontan Reyvan berdiri dihadapanku dan menjadi penghalang antara aku dan Rachel.

"Apa-apaan kamu, Rachel. Berikan padaku benda yang ditanganmu itu,"perintah Reyvan.

Rachel menatap Reyvan dengan nanar. Kantung hitam dibawah matanya menunjukkan kalau dia tidak tidur malam tadi. Rachel menelengkan kepalanya dengan wajah minim ekspresi.

"Rey, aku nggak mau hidup kalau kamu menikah dengan perempuan itu. Aku lebih baik mati, Rey. Hiks..hikss" Rachel terisak.

Baru kusadari ternyata Rachel tidak memakai alas kaki, kulihat kakinya kotor dan bahkan ada luka di jari kakinya. Aku membayangkan kalau Rachel berjalan kaki ke kantor ini tadi pagi tanpa alas kaki. Semakin aku miris semakin takut pula aku pada kenekatan Rachel.

Namun yang lebih mengherankan darimana Rachel tahu kalau aku dan Reyvan akan menikah. Kami sama sekali belum ada membicarakan rencana pernikahan kami kepada siapapun di kantor ini.

"Darimana kamu mendapatkan informasi itu?" tanyaku.

"Diam kamu, perempuan laknat. Kamu tidak punya hak berbicara padaku!" bentak Rachel padaku.

"Siapa yang mengatakan itu padamu?" tanya Reyvan.

"Tante Viola, mamamu yang memberitahuku saat aku berkunjung ke rumah sakit. Dan kamu tahu apa yang mamamu katakan? Dia tidak menyukai perempuan itu, Rey. Mamamu lebih memilih aku daripada dia"ucap Rachel dengan dramatis.

"Sekarang kamu pilih Rey, kamu mau menikah dengan dia dan aku mati disini atau tinggalkan dia,"ancam Rachel sembari mengarahkan pisau di tangannya ke lehernya sendiri.

"Jangan gila kamu. Kamu nggak berhak mengatur aku,"bentak Reyvan sembari berusaha mendekat untuk merampas pisau itu.

Parkiran mulai ramai oleh pegawai lainnya termasuk atasanku, Pak Pranda. Tiga orang satpam mulai mendekati Rachel dari belakangnya dengan perlahan-lahan. Reyvan masih berdiri di depanku untuk menghalangiku dari pandangan langsung Rachel. Aku mulai melihat orang-orang yang menonton berbisik dan memandang ke arahku dengan tatapan sinis. Sudah pasti mereka menganggap aku sebagai penyebab depresi Rachel karena merebut Reyvan darinya, bahkan akan segera menikah pula dengan Reyvan. Ah, aku mulai pusing dan pandanganku mulai mengabur. Aku belum sarapan sama sekali dan kejadian ini menguras emosiku.

"Jadi kamu tetap memilih perempuan itu daripada aku? Sementara mamamu lebih menyukai aku, Rey. Kamu seharusnya memilihku untuk menjadi istrimu bukan dia, Rey. Kalau kamu tetap memaksa untuk menikah dengannya, aku mati, Rey. Akan kuhabis diriku sendiri," Rachel menghentak pisau di tangannya ke arah lehernya.

Serentak Reyvan dan ketiga satpam berlari ke arah Rachel. Reyvan memeluk leher Rachel, satpam ada yang menahan tangan kiri dan tangan kanannya. Rachel memberontak dan pisau akhirnya terlepas dari tangannya.

Pisau yang lepas dan terjatuh ke tanah bersamaan dengan gelapnya pandanganku dan kurasakan aku terjatuh. Masih kudengar teriakan Reyvan menyebut namaku sebelum akhirnya kegelapan menyelimutiku dan aku kehilangan kesadaran.

Aku mendengar suara orang berbicara dimulai dari suara kecil, lama-lama semakin besar dan semakin jelas kudengar. Itu suara Reyvan dan Pak Pranda. Mataku terasa berat dan tubuhku terasa sakit. Ingatanku mulai kembali dan seingatku aku berada di parkiran kantor dan ada Rachel yang mengancam bunuh diri.

Kurasakan nyeri di kepalaku dan di tanganku. Pelan-pelan kubuka mataku dan berusaha bangkit dan duduk. Melihatku yang berusaha bangun, Reyvan buru-buru membantu.

"Bagaimana Rachel? Dia nggak apa-apa 'kan?" tanyaku dengan satu tangan masih memegang kepalaku yang nyeri seperti terbentur sesuatu. Dan yah tentu saja, tadi aku jatuh pingsan di parkiran dan kepalaku pasti terbentur paving blok parkiran.

"Dia tidak apa-apa, sudah dibawa ke rumah sakit. Kamu gimana? Kita ke dokter ya?" tanya Reyvan dengan penuh kasih sayang.

"Syukurlah kalau kamu sudah sadar, Janetta. Sebaiknya kamu periksa ke dokter. Reyvan cerita kalau kamu sudah dua kali jatuh pingsan seperti ini. Jangan sepele dengan kesehatanmu,"ucap Pak Pranda.

"Tidak apa Pak, saya cuma kelaparan dan lelah karena kurang tidur,"jawabku dengan lemah.

"Yah, keputusan ada di kamu, saya cuma mengingatkan. Saya kembali ke ruangan ya, biar Reyvan yang menemanimu. Reyvan sudah menceritakan semuanya kepada saya. Saya hanya bisa berdoa supaya semua dilancarkan dan kalian berdua bisa menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Saya permisi dulu ya" ucap Pak Pranda sambil keluar dari ruangan istirahat pegawai ini.

"Baik Pak, terimakasih banyak,"ucap Reyvan dan kusambut dengan anggukan.

"Kamu yakin tidak perlu ke dokter, Jane?" tanya Reyvan padaku.

Aku menggeleng dan dalam hati aku bersyukur karena Rachel sudah aman dari bahaya yang disebabkan dirinya sendiri. Namun hatiku serasa perih, mengapa sepertinya jalanku bersama Reyvan tidak mulus seperti lancarnya kami memilih perlengkapan pernikahan kami. Mengapa ada hambatan dari orang-orang di sekeliling kami. Awalnya Mama Reyvan, lalu sekarang Rachel. Padahal kami sengaja menikah diam-diam agar tidak diganggu oleh Rachel. Ternyata malah Mama Reyvan menciptakan penghalang tambahan untuk rencana kami dengan memberitahukan pada Rachel, bahkan mengatakan kalau beliau lebih menyukai Rachel daripada aku untuk menjadi menantunya.

"Nggak usah, Rey. Aku cuma pusing karena lelah dan kelaparan. Dan tekanan darahku yang rendah juga penyebabnya. Aku sudah enakan, tapi masih lapar. Aku makan dulu, ya"ucapku sambil turun dari tempat tidur.

Kami kemudian keluar dari ruangan istirahat untuk pegawai yang tiba-tiba tidak enak badan saat berada di kantor, menuju kantin dan Reyvan memesan nasi ditambah lauk pauk dan teh hangat untukku.

Aku makan dengan lahap ditemani Reyvan. Aku berulang kali memaksanya untuk kembali ke ruangannya dan membiarkan aku sendiri. Namun Reyvan bersikeras menemaniku dan berkata bahwa dia sudah permisi kepada ketua timnya untuk menemaniku.

"Sorry, Jane. Aku terpaksa menceritakan tentang rencana pernikahan kita."

"Yah, mau bagaimana lagi. Aku pasti sudah jadi bahan gosip sebagai pencuri kekasih orang lain. Dan sebaiknya bagaimana ya, orang kantor sudah pada tahu. Kalau kita tidak mengundang mereka rasanya kurang pas." ucapku pada Reyvan.

"Aku juga berpikir begitu, bagaimana kalau kita mengundang rekan-rekan dan atasan di tim kita masing-masing. Tidak perlu seluruh pegawai kita undang, hanya yang benar-benar bersinggungan dengan kita," saran Reyvan.

"Aku setuju, berarti nanti sore saat mencetak undangan kita tambah jumlahnya,ya"ucapku yang disambut dengan anggukan Reyvan.

Makananku habis dan sembari menunggu makananku turun, kami menunggu kopi dingin yang sudah dipesan Reyvan melalui aplikasi online.

"Tapi Rey, bagaimana soal mamamu, sepertinya dia tidak suka kepadaku. Dia memang mengijinkan kita menikah. Namun sepertinya, di mata mamamu, aku bukan pilihan terbaik untukmu. Aku khawatir akan masa depan, Rey, takutnya mamamu menganggap aku saingan untuk mendapatkan kasih sayangmu,"

"Kamu tidak usah mengkhawatirkan hal itu, Jane. Mama mungkin belum sepenuhnya menyukaimu, namun seiring waktu mama pasti akan menyayangimu juga, karena memang kamu layak dicintai dan disayangi."bujuk Reyvan sambil menggenggam tanganku.

"Yah, semoga saja,"ucapku dengan lirih.

1
Ambu Abang Arka
klo bukan reyvan apa mungkin tristan yg neror janetta..?kasian janetta..🥺🥺janetta sama yogi aja x aja beneran syg ama janetta..
Sharlita Kira: kita lihat sampai Janetta memahami perasaannya sendiri /Pray/
total 1 replies
Ambu Abang Arka
g sabar baca episodenya...seru tp g sabar tiap hari di lait trus udah ada episode lanjutannya blum...hari ini cuma 1 episode tah ka/Sob/
Sharlita Kira: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Kelly Andrade
Wajib dibaca!
Sharlita Kira: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Tsuyuri
Tolong, aku tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutan cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!