Dengan sebilah pedang di tangan, aku menantang takdir, bukan demi menjadi pahlawan tetapi agar terciptanya kedamaian.
Dengan sebilah pedang, aku menantang empat penjuru, langit dan bumi, menjadi tidak terkalahkan.
Dengan sebilah pedang, aku menjelma menjadi naga, menghabisi iblis, menyelamatkan kemanusiaan.
Dengan sebilah pedang, aku menemukan dunia dalam diri seseorang, menjaganya segenap kekuatanku, bersamanya selamanya.
Dengan sebilah pedang, kuukir sebuah legenda, tentang anak manusia menantang langit, legenda pendekar naga!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shujinkouron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 30 - Persiapan
“Guru, apa yang sebenarnya terjadi?”
Xiao Chen merasa sedikit kebingungan, seharusnya tidak ada masalah besar yang terjadi selama perebutan tahta Kekaisaran Han di kehidupan sebelumnya. Masalah-masalah tersebut hanya terjadi di Ibukota dan tidak berdampak langsung sampai ke Lembah Seratus Pedang namun reaksi Fang An menunjukan ada masalah yang sangat serius sedang terjadi.
Fang An sebenarnya sedikit ragu untuk menceritakannya pada Xiao Chen tetapi dia merasa muridnya itu perlu mengetahuinya, “Chen’er, mungkin kau tidak memahaminya tetapi di Ibukota sedang terjadi perebutan tahta yang menentukan masa depan Kekaisaran Han…”
Beberapa tahun lalu perebutan tahta terjadi karena salah satu Pangeran yang merupakan saudara Yin Song telah bekerja sama dan mendapatkan dukungan dari sekte aliran hitam untuk menjadi pemimpin Kekaisaran Han.
Kaisar Han saat ini tidak menyetujui keinginan Pangeran tersebut sehingga meminta bantuan dari empat sekte aliran putih untuk mendukung Pangeran Mahkota, Yin Song menjadi Kaisar Han yang baru. Setiap sekte kemudian mengirim Ketua Sekte mereka masing-masing demi melindungi Ibukota juga dari sekte aliran hitam.
Surat Yin Song mengatakan sesuatu telah terjadi di Ibukota dan membuat dua dari empat sekte aliran putih yang mendukungnya menarik diri dari keterlibatan terhadap perebutan tahta. Yin Song tidak menjelaskan rinci kejadian yang dimaksud karena khawatir surat ini jatuh ke tangan yang salah.
Yang pastinya jika bukan karena Kaisar Han memohon langsung pada Jiang Kun, Lembah Seratus Pedang juga berniat menarik diri. Kaisar Han meminta Jiang Kun memanggil lebih banyak Tetua Pedang untuk menutupi para pendekar lain yang telah mundur namun Jiang Kun menolak.
Yin Song akhirnya mendatangi Jiang Kun dan berbicara tentang niatnya mengundang Fang An. Jiang Kun berkata jika Fang An bersedia datang sukarela maka Jiang Kun tidak akan melarangnya.
“Masa depan kembali berubah… Apa ada hubungannya dengan istri Pangeran Mahkota yang tidak jadi meninggal?” batin Xiao Chen yang begitu kaget mendengar kabar tersebut.
Seingatnya dalam perebutan tahta di kehidupan sebelumnya tidak ada kejadian seperti ini. Kematian Mu Rong pada kehidupan lalu sepertinya memiliki dampak serius pada semua yang terjadi sebelumnya, sementara karena Mu Rong hidup pada kehidupan ini, sesuatu telah berubah dan berakhir dalam situasi ini.
“Chen’er, Guru tidak bisa menolak permintaan Pangeran Mahkota, dia telah memberiku begitu banyak obat untuk membantu kondisiku…”
“Guru, biarkan murid ikut bersamamu. Murid ingin mencari pengalaman di dunia luar juga…”
Perkataan Xiao Chen membuat Fang An terkejut, menurutnya Xiao Chen masih terlalu muda untuk mencari pengalaman di dunia luar terutama dalam situasi yang berbahaya seperti ini. Biarpun secara fisik, Xiao Chen terlihat seperti anak berusia 12 sampai 13 tahun tetapi tetap saja dia sebenarnya masih berusia 8 tahun.
Xiao Chen sadar Fang An memiliki keraguan untuk mengajaknya, “Guru, Murid merasa ini adalah kesempatan baik untuk melatih diri sekaligus memenuhi janji dengan Putri Xuehua… Lagipula Murid sudah lama penasaran seperti apa pemandangan Ibukota…”
Fang An akhirnya tidak bisa menolak setelah Xiao Chen terus membujuknya, dia harus akui Xiao Chen juga ahli dalam berbicara, “Kita akan berangkat dalam beberapa hari, ada yang perlu Guru urus terlebih dahulu, Chen’er kau juga siapkan barang-barangmu.”
Xiao Chen terlihat begitu gembira ketika Fang An bersedia mengajaknya, sebenarnya alasan Xiao Chen memaksa ikut adalah karena dirinya khawatir. Xiao Chen yakin dirinya tidak akan bisa tenang ketika Fang An pergi ke Ibukota menghadapi situasi yang tidak dia ketahui.
Biarpun Xiao Chen belum memiliki kemampuan yang cukup untuk membantu Fang An namun dengan pengetahuan dan wawasannya mungkin dirinya bisa membantu dengan cara yang berbeda.
Pada dasarnya tidak banyak barang yang Xiao Chen miliki selain beberapa helai pakaian, jadi dia menggunakan beberapa hari tersebut untuk memanen Ginseng Air sebanyak mungkin karena dia tidak mengetahui perjalan ini akan berlangsung berapa lama.
Setidaknya Xiao Chen menyiapkan Ginseng Air yang cukup untuk dia konsumsi selama satu tahun lebih.
Sehari sebelum keberangkatan, Fang An mengajak Xiao Chen mendatangi Paviliun Pedang Perang. Gedung tersebut merupakan penyimpanan semua senjata yang dimiliki oleh Lembah Seratus Pedang, para anggota bisa membeli senjata di tempat ini dengan uang ataupun menukarnya dengan nilai kontribusi pada sekte.
“Chen’er kau memiliki kemampuan pedang yang baik untuk usiamu, Guru akan memberimu sebuah pedang karena kau juga harus belajar melindungi dirimu sendiri dalam perjalanan.” Fang An menjelaskan maksud tujuannya mengajak Xiao Chen ke tempat ini, “Hanya saja Guru tidak memiliki banyak simpanan lagi, tidak bisa membelikanmu pedang yang bagus sekarang…”
Fang An tersenyum malu tetapi Xiao Chen memahami situasi gurunya itu. Selama setahun terakhir Fang An tidak menjalankan misi demi melatih Xiao Chen, semua kekayaan yang dimilikinya telah dihabiskan untuk membeli obat serta sumber daya latihan Xiao Chen.
Andaikan Yin Song tidak mengiriminya surat sekalipun dalam waktu dekat Fang An pastinya akan meninggalkan sekte untuk menjalani beberapa misi demi memenuhi kebutuhan Vila Pedang Bambu.
Tidak banyak pilihan bagi Xiao Chen sebenarnya, meskipun tubuhnya tumbuh lebih cepat daripada kebanyakan anak seusianya namun Xiao Chen tetap saja masih seperti anak 12 sampai 13 tahun jadi tubuhnya tidak ideal untuk menggunakan pedang yang panjangnya untuk orang dewasa.
Fang An akhirnya memilih salah satu pedang pendek dan memberikannya pada Xiao Chen. Ketika Xiao Chen memeriksa mutu pedang tersebut, dirinya hanya bisa tersenyum tipis.
Dalam dunia persilatan, senjata memiliki kualitasnya masing-masing. Yang paling rendah adalah kualitas biasa, seperti pedang yang ada ditangan Xiao Chen saat ini. Pedang ini tidak buruk namun biasanya digunakan oleh manusia biasa dan para prajurit dibandingkan pendekar sepertinya.
Senjata dengan kualitas biasa seperti ini hanya bisa digunakan untuk membunuh beberapa orang sebelum menjadi tumpul dan tidak dapat digunakan lagi. Jika pedang ini memiliki kualitas lebih baik maka akan disebut sebagai kualitas elit, biasanya senjata-senjata ini diciptakan oleh para pandai besi yang ahli.
Diantara para senjata elit akan ada yang lebih berkualitas lagi bahkan memiliki nama karena pembuatnya merupakan pandai besi yang terkenal. Kualitas senjata ini disebut sebagai kualitas terkenal atau senjata bernama.
Xiao Chen memandang sekelilingnya, dia bisa melihat separuh isi Paviliun Pedang Perang adalah senjata biasa, sementara sebagian lainnya adalah senjata elit yang umumnya digunakan pendekar kelas satu dan pendekar ahli. Xiao Chen juga bisa melihat ada puluhan senjata yang dipajang memiliki kualitas sangat baik dan merupakan senjata bernama.
Yang menarik adalah Xiao Chen bisa melihat beberapa pedang yang tersimpan pada tempat khusus memancarkan aura yang tidak biasa.