Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 - Siapkan Dirimu
Saat Mayor Seno sudah berada di depan Dokter Heni, sang komandan batalyon yang terkenal dingin nan garang ini pun mendekatkan wajahnya pada telinga istrinya.
"Siapkan dirimu untuk malam pertama kita jika ingin jadi istri sungguhan," bisik Mayor Seno.
Deg...
Glugg...
Mendadak Dokter Heni menelan salivanya dalam-dalam. Jantungnya seketika memberikan alarm tanda bahaya. Ia sangat paham atas hak seorang suami terhadap istrinya tentang hubungan intim di atas ranjang.
Akan tetapi, kondisi mereka berdua saat ini sungguh berbeda. Terlebih bagi seorang Dokter Heni, sudah lama sekali ia tak melakukan hal itu semenjak mendiang suaminya yang bernama Wisnu meninggal dunia sekitar sepuluh tahun yang lalu akibat kecelakaan. Lahannya telah lama gersang.
Sedangkan bagi seorang Seno, sebelum dirinya mendapati Manda berselingkuh dengan Gani, ia juga sudah lama tak melakukan hubungan intim dengan Manda. Seno bukan laki-laki tipe penjaja atau doyan jajan di luaran sana hanya untuk sekedar memuaskan hasratnya. Walaupun isi dompetnya mampu untuk menyewa seorang P S K atau wanita malam. Tetapi cintanya pada Manda serta janji suci pernikahan, membuatnya menjadi suami yang setia.
Padahal beberapa rekan sejawatnya ada yang melenceng perihal kesetiaan terhadap pasangan. Akan tetapi, ia tak mengikuti jejak negatif tersebut dan tak goyah sedikit pun. Walaupun sering hidup LDR an dengan Manda dan anak-anaknya. Ia tetap berpegang teguh dengan prinsip hidupnya tersebut.
Kesibukan karir sekaligus pendidikan yang harus ditempuhnya untuk kenaikan pangkat serta jabatan, membuat waktunya banyak berkurang untuk keluarga. Sehingga cela itu dimanfaatkan oleh Manda yang beralasan pada Seno karena ia merasa kesepian dan akhirnya berselingkuh dengan Gani.
Kesetiaan Seno dibalas pengkhianatan yang begitu menyakitkan oleh Manda. Yang ternyata perselingkuhan itu dilakukan oleh Manda saat mengandung Aya. Sungguh ironi.
☘️☘️
Mayor Seno melihat reaksi Dokter Heni yang baginya terlihat aneh.
"Kenapa reaksinya begitu? Mirip gadis masih pe*rawan saja. Padahal kan dia janda. Apalagi umur sudah kepala empat lebih. Uh, dasar wanita." Seno bergumam dalam hati.
"Siap enggak siap, kamu harus siap. Dia suamimu sekarang ini. Dia berhak atas tubuhmu," batin Dokter Heni seraya bermonolog pada dirinya sendiri.
"Ayo jalan lagi. Kapan kita sampai rumah, kalau jalan lambat kayak kura-kura begini!" desis Mayor Seno seraya melewati tubuh Dokter Heni untuk kembali melanjutkan berjalan kaki.
"Aku pikir panggil-panggil buat bantuin bawa tas, eh ternyata bahas hal enggak penting. Dasar laki-laki! Kalau soal begituan saja paling gercep. Disuruh bantu bininya enggak mau dan banyak alasan!" batin Dokter Heni menggerutu sebal seraya kakinya tetap melangkah tuk mengikuti ke arah suaminya berjalan.
"Semangat istriku. Anggap ini pemanasan untuk nanti malam di rumah," ledek Mayor Seno tanpa menoleh ke belakang untuk melihat wajah Dokter Heni yang sekarang sudah bersungut-sungut. Ia tetap berjalan kaki seolah tanpa beban. Tanpa sadar senyum tipis terbit di wajahnya.
Setelah berada di jalan besar, keduanya menumpang sebuah pick up milik tukang sayur yang kebetulan lewat di area tersebut. Tukang sayur tersebut mengenal Mayor Seno. Sebab Mbok Jum, pembantu di rumah Seno, menjadi langganan setianya di pasar.
"Makasih, Pak." Mayor Seno tak lupa mengucapkan terima kasih pada tukang sayur tersebut setibanya di depan gerbang komplek rumah dinasnya.
"Siap 86, Pak Komandan. Aku balik ke pasar dulu," ucap tukang sayur.
"Oke. Hati-hati di jalan. Moga dagangannya laris manis," ucap Seno.
"Aamiin..." jawab si tukang sayur.
Dokter Heni yang melihat interaksi Seno dengan tukang sayur tersebut cukup terkejut.
"Ternyata dia masih tahu terima kasih juga sama orang lain. Beruntungnya tukang sayur itu. Enggak seperti sikapnya padaku. Beda banget," batin Dokter Heni.
Bunyi mesin pick up pun terdengar dan meninggalkan sepasang suami istri yang kini sudah berdiri di gerbang masuk komplek rumah dinas angkatan darat yang letaknya tak jauh dari tapal batas.
Saat berjalan, beberapa prajurit mengucapkan salam khas mereka sebagai tanda hormat pada Seno selaku komandan di sana. Dokter Heni berjalan di samping Mayor Seno. Tak lupa ia menampilkan senyum tanda ia menghormati sapaan dari beberapa prajurit tersebut padanya.
Tidak semua hunian di sana berisi sepasang suami istri maupun anak-anak seperti di kediaman Seno. Hanya beberapa rumah saja. Dominan rumah dinas di sana dihuni oleh prajurit muda yang masih single. Ada pula yang berusia matang dan sudah menikah tetapi LDR an dengan pasangannya. Yang berstatus duda dan bujang lapuk pun ada.
☘️☘️
Mbok Jum membuka pintu. Ia begitu terkejut majikannya yang sudah beberapa hari tak pulang karena memang ia tahu sedang bertugas ke pelosok desa tapal batas, mendadak pulang dengan membawa seorang wanita yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sebuah kemajuan yang patut diapresiasi, pikir Mbok Jum.
Wanita paruh baya yang usianya sudah menginjak hampir 70 tahun ini mengetahui betul sejarah kelam penyebab kandasnya rumah tangga sang majikan dengan Manda. Sehingga membuatnya menjadi pria dingin yang tak tersentuh oleh wanita.
Kini doanya seakan dikabulkan oleh Tuhan. Walaupun Mbok Jum tak memiliki hubungan darah sekali pun dengan Mayor Seno, hanya sebatas pembantu dan majikan, tetapi ia terus mendoakan agar Mayor Seno menikah kembali dan mendapatkan istri sekaligus ibu sambung yang baik untuk Aldo dan Aya. Kedua anak tak berdosa itu masih butuh kasih sayang lengkap dari figur seorang ibu. Terutama Aya yang masih SD.
"Oh, maaf Pak. Silah_kan masuk," ucap Mbok Jum dengan terbata-bata, efek terkejut melihat sosok wanita asing bersama Seno.
"Putriku sudah pulang sekolah, Mbok?" tanya Seno seraya berjalan memasuki rumah dinasnya.
"Belum, Pak. Mungkin sebentar lagi. Mas Fatih sudah berangkat buat jemput Neng Aya di sekolah," jawabnya.
Tak lupa Mbok Jum mempersilahkan Dokter Heni untuk masuk. Ia pikir Dokter Heni adalah tamu sang majikan. Namun Dokter Heni masih setia berdiri di depan pintu. Ia hanya membalas senyuman terhadap Mbok Jum sebagai tanda hormat pada yang lebih tua.
"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Mau jadi prasasti abadi depan rumahku!" desis Mayor Seno.
Bermulut pedas terhadap yang namanya wanita, terutama wanita single atau wanita yang mencoba mendekatinya, sudah menjadi kebiasaan Seno semenjak ia mengetahui perselingkuhan Manda. Alhasil pada Dokter Heni yang baru saja resmi menjadi istrinya, kebiasaan tersebut tetap dilakukannya. Ia begitu antipati pada wanita apalagi cinta.
Dokter Heni yang tak mau berdebat dan kakinya juga letih, akhirnya memutuskan untuk masuk.
"Duduk!" perintah Mayor Seno dengan tatapan datar nan dingin seperti biasa.
Dokter Heni mendaratkan b0kongnya di sofa ruang tamu tanpa banyak membantah. Kini sepasang suami istri ini duduk saling berhadapan. Hanya meja yang jadi pembatas di antara mereka saat ini. Mbok Jum meninggalkan keduanya untuk membuatkan minuman di dapur.
Tiba-tiba langkah kaki seseorang yang bergerak dengan lincahnya masuk ke dalam rumah sekaligus bersuara, mengejutkan mereka berdua.
"Bunda Dokter?"
Seketika keduanya menoleh pada gadis mungil yang berwajah cantik dan imut yang sebentar lagi berulang tahun yang ke-8.
"Kok Bunda Dokter bisa tahu rumahku di sini? Bunda Dokter, sudah kenal sama Papaku yang tampan ini?" sambungnya berceloteh tanpa beban, mencecar Dokter Heni.
Mayor Seno seketika menatap tajam Dokter Heni.
"Apa dia dan Aya sebelumnya sudah pernah bertemu dan saling kenal? Di mana?" batin Mayor Seno.
Bersambung...
🍁🍁🍁
eh salah hamil maksudnya