Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Senyummu adalah duniaku.
Since you have been around, I can smile a lot more than i use to.
(Sejak kamu hadir, aku bisa lebih banyak tersenyum dari biasanya )
~Viola Anastasya~
...❤️❤️❤️...
Malam ini Amel tengah berdiri termenung seorang diri di balkon kamarnya. Kerasnya tamparan Viola tadi siang begitu membekas di hatinya.
Sebenarnya, bukan barang-barang branded atau kemewahan yang Amel inginkan. Namun, pertemuannya dengan Om Jack tiga bulan yang lalu begitu sangat istimewa baginya. Bagaimana tidak, Om Jack selalu memperlakukannya seperti seorang putri raja, pria itu begitu penuh perhatian. Hal kecil seperti makan saja selalu Om Jack tanyakan.
"Amel, kamu sudah makan? Jangan sampai telat makan ya? Nanti sakit."
"Jangan lupa sebelum berangkat ke sekolah sarapan dulu ya, Mel."
"Pulang sekolah mau Om jemput tidak? Kebetulan Om lagi ada meeting di luar ini."
"Kamu sudah selesai ujian? Om ajak jalan-jalan yuk? Biar kamu senang."
Ya, seperti itulah bentuk perhatian Om Jack. Sebuah perhatian kecil, namun begitu bermakna. Bahkan orang tuanya sendiri saja tidak pernah menanyakan hal-hal kecil seperti itu. Yang mereka tau hanya memberi uang dan segala fasilitas tanpa memikirkan perasaan Amel. Jika dia juga butuh kasih sayang dan perhatian lebih, bukan sekedar kemewahan.
_
_
_
"Viola, buka pintunya sayang," seru Tamara dari luar kamar.
Sudah enam jam lamanya Viola mengurung diri di dalam kamarnya, lebih tepatnya setelah pulang dari mall. Tamara dan Leo sudah berulang kali membujuknya untuk keluar, tapi Viola masih enggan untuk membukakan pintu kamarnya.
Didalam kamarnya, Viola tengah berbaring tengkurap dengan menyangga dagunya dengan sebuah bantal. Sebuah foto terbingkai dia pegangi ditangannya. Itu adalah foto dirinya bersama dengan Amel dan Dian. Foto itu diambil satu tahun lalu saat mereka ikut tour sekolah.
"Gue selalu ada buat Lo, Mel. Tapi kenapa Lo malah kayak gini," ujarnya dengan mata yang sudah sangat sembab dan terasa berat.
Jelas saja, sejak kejadian di mall tadi dengan Amel, Viola tidak berhenti menangis. Selama ini dia pikir dia sudah sangat mengerti Amel, menjadi tempat curhat dan menjadi sahabat yang selalu ada untuknya. Tapi apa yang dia lihat tadi? Amel memintanya untuk tidak ikut campur urusan pribadinya, Amel-nya sudah berubah, bukan Amel yang dulu dia kenal lagi.
"Apa gue yang gak ngertiin Lo Mel? Gue tau Lo kesepian, tapi gue gak sampai kepikiran Lo bakal sampai sejauh ini. Jalan sama om-om___" butiran air mata kembali menggelinding melewati pipi mulusnya yang sudah sangat basah. Jika saja dia bisa lebih peduli lagi, mungkin Amel tidak akan sampai seperti sekarang, tiba-tiba menjadi sugar baby.
Setengah jam kemudian suara ketukan pintu kembali terdengar, rupanya lagi-lagi Tamara berusaha untuk membujuk sang putri untuk keluar dari dalam kamar. Sebegitu khawatirnya dia melihat sikap putrinya yang tidak biasanya mengurung diri di dalam kamar.
"Vio, ada Raka dibawah sayang," ucap Tamara dengan lembut.
Viola yang mendengar nama Raka disebut langsung bergegas duduk dan mengusap air matanya.
"Heh__ Raka?"
Buru-buru Viola turun dari atas ranjang dan menatap dirinya di depan cermin, wajahnya sudah sangat mirip dengan badut sekarang, matanya sudah sangat sembab dan pipinya semakin menggembul.
"Bilang aja Vio udah tidur Ma!" teriaknya dengan suara yang sudah agak serak. Malulah dia menemui Raka dengan tampang badut seperti sekarang.
"Kok gitu sih,. kasihan loh Raka udah nungguin dibawah. Temui dulu yuk?" bujuknya lagi demi bisa melihat wajah anak gadisnya keluar.
"Tapi Vio malu Ma," ujar Viola sambil berjalan mendekat ke arah pintu yang masih terkunci.
"Malu kenapa?"
"Wajah Vio lagi jelek!"
Tamara terkekeh pelan, memang tidak sia-sia dia mengeluarkan jurus terakhirnya tadi dengan meminta tolong Dian untuk mendapatkan nomor Raka, supaya Tamara bisa menghubungi pemuda itu dan memintanya untuk datang ke rumah. Karena Tamara yakin, cuma Raka yang bisa membujuk Viola untuk keluar.
"Gak jelek kok, anak mama tetap cantik, coba sini mama lihat,"
Dua menit kemudian pintu kamar itu mulai terbuka sedikit demi sedikit. Ingin sekali Tamara tertawa tapi dia tahan demi menjaga perasaan putrinya supaya tidak ngambek lagi. Wajah Viola memang sudah sangat mirip dengan badut Ancol.
"Cuci muka dulu, baru kita turun," bujuknya lagi. Viola mengangguk.
Merasa sedikit segar setelah mencuci wajahnya dengan air, Viola turun bersama dengan mamanya ke lantai bawah. Nampak Raka sedang duduk sendirian di ruang tamu. Kebetulan papa Viola sedang ada kerjaan di luar kota jadi malam ini tidak bisa pulang.
"Nak Raka, Tante tinggal dulu ke dalam ya?"
"Oh iya, silahkan Tante,"
Raka bangun dan menghampiri Viola, gadisnya itu masih tertunduk dan tidak berani menatap. Raka tidak akan menanyakan tentang alasan Viola menangis kali ini, karena dia sudah mendengar semua ceritanya dari Dian tadi saat di telefon.
"Keluar yuk? Aku mau ajak kamu jalan-jalan,"
Viola langsung mendongak, "Ma-mau kemana?"
"Udah ikut aja." Raka meraih tangan Viola dan membawanya menuju ke motornya. Seperti biasa, Raka memakaikan helm untuk Viola.
"Kamu beli helm baru?" tanya Viola saat melihat helm yang dia pakai bukan helm milik Raka.
Raka mengangguk, "Sengaja beli buat kamu. Biar aman,"
Setelah memakai helmnya, Raka meminta Viola untuk naik. Sebelumnya Raka memang sudah meminta ijin pada mama Viola untuk mengajak Viola pergi keluar karena kebetulan hari juga belum terlalu malam, dan mama Viola mengijinkan demi anak gadisnya biar bisa tersenyum lagi.
Pemandangan kota dimalam hari memang sangatlah indah, lampu-lampu menyala di sepanjang jalan. Sinar bulan dan kelip cahaya bintang semakin menambah suasana menjadi semakin romantis bagi mereka yang berpacaran.
Tidak ada obrolan sepanjang perjalanan, Raka fokus mengendarai motornya, sementara Viola asyik menikmati keindahan sekitarnya. Hingga motor yang naiki berhenti di trotoar, banyak pedagang kaki lima yang sedang menjajakan dagangannya disana. Raka langsung menghentikan motornya.
"Makan dulu yuk? Laper gak?" tanyanya, padahal Raka sudah tau jika Viola pasti sudah sangat lapar karena perutnya yang sudah keroncongan sejak siang gagal diisi makanan gara-gara gadis itu bersemedi di dalam kamar, begitulah cerita mamanya tadi.
Keduanya turun dari atas motor dan menghampiri salah satu pedagang nasi goreng.
"Nasi gorengnya dua ya Pak. Yang satu pedes yang satu sedang," ucap Raka.
"Oke mas, silahkan duduk dulu," jawab si pedagang nasi goreng.
Keduanya duduk di sebuah bangku panjang.
"Yang pedes buat siapa?" tanya Viola, pasalnya dia tidak suka makanan yang terlalu pedas. Maag-nya bisa langsung kambuh kalau diisi makanan yang terlalu pedas. Apalagi dia sudah sangat telat makan.
"Buat aku, buat kamu yang sedang," jawab Raka.
"Darimana kamu tau kalau aku gak suka pedas?" tanya Viola penasaran, secara dia kan belum bercerita banyak tentang dirinya pada Raka.
Raka tidak langsung menjawab, dia nampak seperti berfikir keras. Padahal dia memang sengaja membuat Viola menunggu jawabannya.
"Takut perut kamu sakit kalau makan yang pedas-pedas. Nanti kalau kamu sakit, aku jadi ikut sakit," jawabnya.
"Kok bisa gitu?"
"Karena separuh jiwaku adalah kamu,"
"Heh___" pipi Viola langsung bersemu merah, dia tersipu malu.
Kalau Raka sudah mengeluarkan jurus gombalannya seperti ini, hati Viola langsung meleyot dibuatnya. Bahkan pikirannya tentang Amel sejenak bisa terlupakan.
"Apapun itu caranya, selama bisa membuat kamu tersenyum, akan selalu aku usahakan. Karena senyummu adalah duniaku." ~ Raka
...💓💓💓...
mulai nakal ya Vio....
lanjutkan 😆😆😆😆
sama kita Vio....
Bian kamu dicariin adenya Revi tuh. 🤭
aq jarang online di NT 🙏