Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Menghindar.
Seragam putih abu-abu sudah melekat di tubuh. Pita berwarna hijau mengikat dikepalanya, memberikan kesan indah pada rambutnya yang panjang terurai. Sudah hampir setengah jam lamanya Viola duduk di depan cermin, matanya fokus menatap pantulan wajahnya di dalam cermin. Suasana hatinya tidak sebaik biasanya. Padahal hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke 18 tahun.
"Gue tua banget gak sih?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Baru sekarang dia merasa hari ulang tahunnya sendiri seperti hari keramat untuknya.
Pikiran-pikiran negatif terus merajalela di isi kepala. Bagaimana jika nanti Raka tau ini adalah hari ulang tahunnya, pasti sangat malu saat dia sudah berumur 18 tahun sementara Raka baru berumur 17 tahun.
"Vio, ayo turun sarapan dulu sayang!" Terdengar suara Tamara berseru dari lantai bawah.
"Iya Ma!"
Viola meraih tas ranselnya dan turun ke lantai bawah. Papa dan kakaknya sudah ada di meja makan dan tengah menikmati sarapan pagi mereka. Viola menarik kursi duduk di samping kakaknya.
"Selamat ulang tahun putri papa yang cantik. Malam ini kamu mau dirayain dimana? Kita makan malam di restauran?" Sesibuk apapun, Hendra tidak pernah absen untuk melewatkan hari ulang tahun putri kesayangannya. Baginya waktu berkumpul bersama keluarga jauh lebih penting. Masalah pekerjaan bisa nomor dua.
"Gak usah dirayain Pa. Vio pengen dirumah aja, lagi gak pengin pergi kemana-mana," jawabnya tidak bersemangat.
Hendra, Tamara dan Leo saling menatap bergantian. Tidak biasanya Viola bersikap seperti ini. Biasanya Viola paling bersemangat jika ulang tahunnya akan dirayakan dan akan merequest tempat-tempat yang ingin dia kunjungi.
"Tumben, lagi kesambet apa nih? Gak salah minum obat kan?" Ledek Leo sambil mengunyah roti tawar.
"Ckk." Viola hanya berdecak kesal karena kakaknya senang sekali menggodanya.
"Leo__" Tamara menegur lembut. "Vio, kamu kenapa sayang? Biasanya kamu paling seneng kalau ulang tahun kamu dirayain."
"Iya, anak Papa kenapa mukanya ditekuk gini. Ayo dong cerita, ada apa ada apa?" Hendra siap mendengarkan keluh kesah putrinya.
Viola menatap mama dan papanya secara bergantian, "Ma, Pa, Vio udah tua ya?"
"Huukk___" Leo hampir saja tersedak roti yang sedang dia makan. Dia meraih segelas susu dan meneguknya. "Ya ampun nih bocah satu. Baru 18 tahun udah bilang tua. Kakak nih 23 aja gak tua-tua amat, awet muda malah kayak baru 17 tahun."
"Leo__ jangan ledekin adik kamu terus," tegur Hendra. Pria itu kembali menatap pada sang putri. "Memangnya ada masalah apa dengan umur, hmm?"
"Mama tau, ini pasti karena Raka kan? Adik kelas sekaligus cowok yang kamu suka itu," kali ini giliran Tamara yang menggoda anak gadisnya.
"Ih mama, kok buka kartu sih!"
"Oh jadi ceritanya anak gadis papa ini lagi jatuh cinta? Ya ya, papa paham." Hendra mengangguk-anggukkan kepalanya. "Jadi cowok ini usianya lebih muda dari kamu, gitu?"
Wajah Viola sudah sangat malu, apalagi saat mamanya menyebut nama Raka. Dan sekarang papanya malah ikut-ikutan menggodanya.
"Udah ah, Vio mau berangkat ke sekolah, udah kesiangan." Viola meraih segelas susu dan meneguknya sampai habis. Kemudian dia bergegas bangun dan mencium kening papa dan mamanya bergantian. "Vio berangkat, dadah!"
"Kakak gak dicium nih?" Protes Leo menatap Viola yang pergi meninggalkan meja makan tanpa berpamitan padanya.
"Gak!!!"
_
_
_
Bel istirahat berbunyi, Raka bersama dengan Abel dan Boby pergi ke kantin. Disana Raka melihat Amel dan Dian sedang makan dengan teman-teman mereka yang lain. Sayangnya Raka tidak melihat keberadaan Viola disana. Sudah sejak pagi dia belum melihat keberadaan kekasihnya itu.
Raka memutuskan untuk menghampiri Amel dan Dian. Rasa khawatir mulai ada, takut Viola kenapa-kenapa.
"Permisi, kak Amel."
Amel yang merasa dirinya terpanggil menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. "Eh Raka, ada apa?"
"Viola mana ya kak?" tanyanya tanpa ada rasa malu ataupun canggung. Bahkan tatapan tajam Bian dia abaikan.
"Duh jangan panggil kakak dong, kesannya kayak gue tua amat. Viola dia___" Amel melihat ke sekelilingnya, dia baru menyadari jika sedari tadi mereka duduk di sana tanpa Viola. "Harusnya dia disini kan ya?" gumamnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ketinggalan dikelas kali," sahut Dian.
"Gak mungkin ah, tadi dia keluar kelas bareng sama kita kan? Apa mungkin dia ke toilet dulu? Tapi tumben gak ngomong."
Raka mulai merasa ada yang tidak beres. Dia bergegas pergi meninggalkan kantin untuk mencari keberadaan Viola. Kelas, toilet, perpustakaan, uks, adalah tempat yang Raka kunjungi, namun Viola tidak ada dimanapun. Ada apa dengan Viola hari ini? Apakah Viola sedang menghindarinya?
Raka berlari ke belakang sekolah. Nafasnya tersengal-sengal dan keringat mulai bercucuran dari keningnya. Raka menatap sekelilingnya sambil berkacak pinggang. Lagi-lagi dia tidak melihat keberadaan Viola disekitarnya.
"Kamu dimana? Jangan membuatku khawatir. Apa kamu sedang menghindariku?"
_
_
_
Malam ini tidak ada perayaan ulang tahun seperti tahun-tahun sebelumnya. Padahal Hendra dan Tamara sudah membujuk Viola dan mengajaknya keluar untuk merayakan ulang tahun putrinya. Namun Viola tetap kekeuh menolak dan memilih mengurung diri di dalam kamar. Bahkan ponselnya sengaja dia nonaktifkan sejak pagi supaya tidak ada yang bisa menghubunginya, termasuk Raka.
Tok!
Tok!
Tok!
Tamara membuka pintu kamar putrinya setelah mengetuk pintunya terlebih dahulu. Saat ini Viola sedang tidur tengkurap di atas ranjang besarnya sambil menyangga dagunya pada bantal guling. Gadis itu sedang melamun sambil menatap saputangan dan permen lolipop pemberian dari Raka.
Tamara menghampiri ke sisi ranjang. "Vio, ada yang nyariin kamu tuh dibawah."
"Bilang aja Vio udah tidur Ma." Jawabnya sedikit malas. Palingan juga Amel dan Dian yang datang untuk mencarinya.
"Yakin nih gak mau ditemuin dulu? Nanti nyesel lho," goda Tamara.
Viola menghembuskan nafas berat lalu mendongakkan kepalanya guna menatap sang mama yang sedang berdiri di hadapannya.
"Memangnya siapa yang datang sih Ma? Paling juga Amel sama Dian kan?"
Tamara menggelengkan kepalanya, "Bukan, tapi Raka."
Viola sangat terkejut, dia bergegas bangun dan duduk. kedua matanya membulat sempurna dan tenggorokannya terasa seperti tercekat. Sudah seharian ini dia sengaja menghindar dari Raka, tapi kenapa pemuda itu malah datang bertamu ke rumahnya. Padahal sekarang papa dan kakaknya sedang ada di rumah. Bisa mam-pus kalau Raka sampai berhadapan dengan papa dan kakaknya dibawah.
"Ra-Raka?"
...💓💓💓...
seharusnya kamu bangga,punya cowok brondong...😆😆😆
5🌹 dulu buat ka author biar semangat up
aku kadang sampe kaget... nukan histeris lho ya.. kalo liat belut hutan yg gedenya kek ular
Viona ada drama kecebur gak?? si Raka kasih cpr... ehhh🤭🤭🤭
awas... ntar tersebar luas,, mualuu lhoo🤣🤣