Adinda Khairunnisa gadis cantik yang ceria, yang tinggal hanya berdua dengan sang ayah, saat melahirkan Adinda sang bunda pendarahan hebat, dan tidak mampu bertahan, dia kembali kepada sang khaliq, tanpa bisa melihat putri cantiknya.
Semenjak Bundanya tiada, Adinda di besarkan seorang diri oleh sang ayah, ayahnya tidak ingin lagi menikah, katanya hanya ingin berkumpul di alam sana bersama bundanya nanti.
Saat ulang tahun Adinda yang ke 17th dan bertepatan dengan kelulusan Adinda, ayahnya ikut menyusul sang bunda, membuat dunia Adinda hancur saat itu juga.
Yang makin membuat Adinda hancur, sahabat yang sangat dia sayangi dari kecil tega menikung Adinda dari belakang, dia berselingkuh dengan kekasih Adinda.
Sejak saat itu Adinda menjadi gadis yang pendiam dan tidak terlalu percaya sama orang.
Bagaimana kisahnya, yukkk.. baca kisah selanjutnya, jangan lupa kasih like komen dan vote ya, klau kasih bintang jangan satu dua ya, kasih bintang lima, biar ratingnya bagus😁🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Adinda ya?" tanya ibu ibu kepada Adinda, saat Adinda menunggu Aldo di depan ruang operasi.
"Iya." sahut Adinda bingung, karena banyak orang di belakang ibu ibu itu, dengan wajah panik.
"Kenalin nak, tante mamanya Aldo." ucap ibu ibu itu memeluk Adinda, tadi Adinda sempat menelpon keluarga Aldo melalui hp Aldo.
"Iya tante." sahut Adinda.
"Bagaiman kejadiannya bisa Aldi di serang orang, trus bisa kena tusukan." ucap tante itu dengan air mata sudah membanjir di pipinya.
"Tadi itu...." Adinda menceritakan dari awal sampai akhir sama orang tua Aldo, apa yang sudah terjadi kepada Aldo.
"Ya Allah..." pekik yang lain, mama Aldo tidak kalah kagetnya.
"Maaf tante, gara gara aku, kak Aldo kena tusukan." sesal Adinda.
"Tidak nak, itu bukan salah kamu, andai tadi ngak ada kamu, belum tentu Aldo bisa selamat." ujar mama Aldo berfikir lebih realistis, tidak mengamuk dan menyalahkan Adinda.
"Adinda...!" pekik teman temannya berlari melihat wajah Adinda yang pucat dan babak belur.
"Kamu kenapa Din, hiks... hiks...." pecah sudah tangis Rini melihat sahabatnya yang seperti itu.
"Aku ngak pa apa." sahut Adinda tersenyum.
"Ngak pa apa, tapi terluka kaya gini." kesal Sita dengan mata sudah berair.
"Jangan bikin kamu takut Din." ujar Lusi tidak kalah sedihnya.
"Iya, maaf." sahut Adinda.
Ceklek...
Pintu ruang operasi terbuka, dan keluarlah perawat dari pintu itu.
"Keluarga pasien Aldo." panggil perawat.
"Iya, kami sus." sahut orang tua Aldo.
"Darah untuk Aldo sudah ada pak?" tanya suster.
"Lagi pada tranfusi sus." sahut papa Aldo, dia sudah di kasih tau oleh Adinda klau Aldo butuh transfusi darah, jadi keluarganya lansung melakukan transfusi darah saat sampai di rumah sakit.
"Baik pak, terima kasih infonya." suster kembali ke dalam ruangan.
"Tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya sus." ucap papa Aldo.
Suster mengangguk dan tersenyum sebelum menutup pintu kamar operasi.
Adinda yang memang sudah lelah, tenaga dan pikirannya sudah terkuras habis, di tambah habis transfusi darah, akhirnya menyerah.
Brukkk....
"Adinda.....!" pekik orang orang di sana, melihat Adinda sudah tidak sadarkan diri.
"Oh astaga, anak ini, tadi habis babak belur, lukanya belum pulih, dan tadi maksa diri untuk transfusi darah, kenapa ada di sini, padahal sudah di suruh istirahat tadi." ujar suster membantu Adinda.
"Astaga." pekik mereka tidak menyadari klau Adinda juga terluka, karena hanya melihat pipi yang membiru, dan tidak tau kalau juga ikut transfusi darah.
"Bawa ke IGD." titah perawat.
Tanpa ba bi bu, keluarga Aldo lansung membopong Adinda dengan berlari ke IGD tidak perduli banyak mata memandanginya.
"Dinda huuu.... uu...." pecah sudah tangis sahabat sahabatnya, tidak menyangka temannya sampai pingsan seperti itu.
"Tenang nak, pasti Adinda baik baik saja, kalian ada nomor orang tuanya?" tanya mama Aldo yang merasa bersalah dengan Adinda.
"Adinda yatim piatu bu, hanya kami yang mereka punya, hiks..." sahut Sita.
Keluarga Aldo di buat tertegun dengan ucapan Sita itu.
"Astaga..." pekik mama Aldo sambil menutup mulutnya, dia merasa bersalah dengan keadaan Adinda itu.
"Lus, telpon Om Rio Lus." isak Rini.
Lusi hanya mengangguk dan melakukan apa yang di perintahkan oleh Rini.
Ceklek....
Pintu IGD terbuka dan menampakan dokter keluar dari sana.
"Do, bagaimana keadaaan Adinda anak saya dok." ucap papa Aldo tanpa basa basi.
Dokter tersenyum, lalu baru menjawab pertanyaan papa Aldo.
"Nona Adinda masih belum sadar, dia kelelahan, di tambah tadi habis transfusi darah, lukanya yang tadi di jahit sedikit terbuka, untuk sementara nona Adinda di rawat inap dulu ya pak, agar kami bisa memantau ke adaannya." jawab dokter.
"Baik dok, saya minta di di satukan dengan pasien atas nama Aldo, agar kami tidak susah menjaga mereka." pinta papa Aldo mengambil keputusan.
"Baik pak, silahkan mengurus administrasi terlebih dahulu." jawab dokter.
"Adinda, kenapa bisa begini nak." gumam pak Rio saat sampai di dalam ruang rawat Adinda.
Dia sangat kaget mendengar berita Adinda berada di rumah sakit, gara gara di keroyok preman, padahal belum ada beberapa jam mereka bersama, sekarang gadis cantik itu malah terbujur di ruangan rumah sakit.
Sementara Aldo pun sama, sudah selesai di operasi, sudah di pindahkan ke ruangan yang sama dengan Adinda, hanya di batasi dengan krei pembatas, dia juga masih tertidur setelah di kasih obat oleh dokter.
"Tadi katanya, dia lewat jalan pintas, pengen cepat pulang, tapi dia melihat kak Aldo di keroyok preman, Adinda bantuin kak Aldo." tutur Lusi.
"Anak itu, sama seperti papanya, yang selalu mementingkan orang lain, dari pada dirinya sendiri." gumam Pak Rio.
"Maaf ya pak, gara gara membantu anak saya, Adinda jadi seperti ini." sesal papanya Aldo.
"Bukan salah Aldo kol pak, ini musibah, keponakan saya memang seperti itu, dia terlalu baik, dan tidak perduli keselamatan diri sendiri." keluh Pak Rio.
"Kalian klau mau pulang, pulang lah, biar om yang semakin Adinda di sini." ujar pak Rio.
"Ngak usah om, biar kami aja yang nungguin bergantian, om aja yang pulang, kasian si dedek sama tante, mereka pasti lagi nungguin om." ujar Lusi.
"Baiklah, klau gitu om pulang dulu, besok om ke sini lagi sama tante, yang nungguin Adinda malam ini siapa?" tanya Pak Rio.
"Aku om, yang lain biar pulang aja, aku juga sudah minta tolong sama, pak imam nganterin baju ganti aku,m ke sini." ujar Lusi.
Baiklah, om pesanin makan untuk kamu, dan kalian sudah om delivery in makanannya di rumah, ayo kita pulang, biar istirahat, besok kalian kuliah kan?" tanya om Rio.
"Kuliah om, paling pagi Dinda di temanin sama si mbak di sini." ujar Rini.
Ya udah ngak pa apa, besok ada om sama tante juga kok, sampai adik adik kalian pulang sekolah, ngak usah khawatir." ujar pak Rio.
"Kami pulang dulu ya pak, bu, titip Adinda." ujar pak Rio.
"Ngak usah di titip pak, sudah pasti kami jaga dengan baik. ujar papa Aldo.
"Iya pak, terimakasih." ujar pak Rio menepuk bahu papa Aldo.
Bersambung....