berkali-kali tertipu, sehingga membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut,
karena sering kali kena tipu,Aya dan Jaka pun memulai bisnis mereka hingga akhirnya mereka pun bisa membedakan mana penipu dan mana orang yang benar-benar tulus,
mari baca novel pertama aku,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelet Jaka penarik hati Aya (kilas balik 4)
Waktu pun terus berjalan, hari demi hari telah dilewati, pernikahan mereka tinggal menunggu hari.
"Seminggu lagi kita akan menikah, sebaiknya tidak perlu acara resepsi atau apapun itu."
Ujar Jaka yang membawa amplop coklat yang berisi uang.
"Kamu mau kemana?."
Tanya Aya yang melihat Jaka yang sudah rapi.
"Aku akan pulang ke rumah kamu, aku akan mengantarkan surat-surat ku, sekaligus uang dapur untuk memasak nanti."
Jawab Jaka yang benar-benar mau menikah dengan Aya.
"Jaka, sebaiknya kamu pikirkan kembali, banyak masalah yang akan terjadi jika kita menikah nanti."
Ujar Aya yang merasa tidak enak hati pada Jaka.
"Jika adikku bersalah, maaf kan dia,aku yang akan menebus dosa adikku sendiri."
Ujar Jaka yang akhirnya pergi meninggalkan Aya yang akan pergi bekerja di pabrik.
"Nah,,, ketahuan sekarang, pacaran sama siapa?, nikah sama siapa."
Ujar kak Linda yang sepertinya mendengar ucapan Aya dan Jaka.
"Sebenarnya aku mau kasih tau Kaka, hanya saja, pasti akan ada penolakan,dan ujung-ujungnya malah aku yang kena marah."
Ujar Aya yang melihat wajah kak Linda.
"Itu sih terserah kamu saja,mau menikah dengan Jaka atau tidak, yang penting,aku sudah mengingatkan kamu jauh-jauh hari."
Ujar kak Linda yang langsung pergi meninggalkan Aya,
Aya dan Linda memang satu kontrakan, tapi mereka tidak bekerja di tempat yang sama.
Akhirnya, Aya pun langsung bergegas menuju ke pabrik tempat nya bekerja, niat hati nya ingin mengajukan cuti menikah pada pabrik nya.
"Kak Nur, Minggu depan aku akan menikah."
Ujar Aya yang memberi tau pada teman dekat nya.
"menikah dengan siapa?, jangan bilang kalau kamu akan menikah dengan si kodok."
Ujar kak Nur yang kurang suka dengan sifat Jaka.
"kalau bukan dengan Jaka, dengan siapa lagi atuh?."
Jawab Aya yang langsung menjawab pertanyaan dari teman nya.
"Sebaiknya kamu pikirkan kembali, menikah itu bukan main-main, jangan sampai kamu menyesal apa lagi sampai ada perceraian."
Ujar kak Nur yang memang sudah menikah dan punya dua orang anak.
"Aku bingung kak Nur."
jawab Aya yang langsung memeluk tubuh teman dekat nya.
"kenapa hampir semua teman teman ku, tidak setuju jika aku menikah dengan Jaka?."
Tanya Aya yang langsung menangis saat di peluk oleh kak Nur.
"Bukan begitu Aya, lihat lah kelakuan Jaka, pemabuk dan lihat lah, banyak tato di tubuh nya, apa kamu tidak takut dosa,?."
Ujar kak Nur yang mencoba untuk memberi tahu pada Aya.
"Jangan lupa kak, Jaka dan semua orang yang ber tato juga punya perasaan, pasti ada alasannya kenapa dia sampai ber tato."
Jawab Aya yang tidak terima dengan ucapan dari mulut kak Nur.
"Iya, tapi penilaian orang itu berbeda Aya, mau kerja apa nanti, telinga bertindik, badan bertatto, itu akan menjadi susah untuk mendapatkan pekerjaan nanti nya."
Ujar kak Nur yang juga di iyakan oleh Seli teman Aya juga.
"Kalau begitu, Jaka tidak usah bekerja, orang lain saja yang bekerja pada Jaka, lagi pula aku juga masih kuat jika harus bekerja."
Jawab Aya yang berkesan membela Jaka.
"Astaghfirullah, seperti nya kamu kena pelet Jaka."
Ujar Seli yang mengira jika Jaka memakai pelet untuk mendapatkan hati Aya.
"Iyah, pelet apa yang sebenarnya di pakai oleh Jaka."
Jawab kak Nur yang juga ikut mengiyakan ucapan Seli.
"Mana ada pelet kak, itu hal yang mustahil adanya."
Jawab Aya yang tidak mau percaya dengan ucapan teman-teman nya.
Tak mau ambil pusing, Aya pun memilih untuk diam di meja kerjanya.
Masih berpikir keras bagaimana jalan kedepannya, apa lagi, Jaka sedang pulang untuk mengurus surat pernikahan mereka berdua.
Yang Jelas,Aya tidak percaya jika Jaka memakai ilmu pelet,
Karena apa yang Aya rasakan, berbeda dengan apa yang mereka katakan.
Ketulusan hati dan tanggung jawab besar Jaka, justru jadi pegangan dalam hati Aya.