Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karena Aku Selalu Di Dekatmu
Setelah selesai berkumpul dengan kelompok ospek Magika dan Azzrafiq keluar Aula, teman-teman yang lain sudah bubar dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Azzrafiq mengantar Magika ke parkiran, dia tahu gadis itu membawa scooter vesva.
"Kamu pulang kemana Gee?" Tanya Azzrafiq.
"Ke bumi panyawangan, mau mampir?"
Azzrafiq terkekeh."Serius nih boleh mampir? Oh ya kamu asli orang sini?"
"Ya bolehlah, tapi bawa starbuck Hahaha, sebenarnya aku tinggal di rumah Tante, rumah aku di Bandung Barat, maunya sih ngekos ya, cuma papi dan Mami gak ijinin."
"Itu berarti mereka takut kamu kenapa-kenapa kalo sendirian."
"Yaa jadi kurang bebas aja hihihi." Celetuk Magika seraya memakaikan helm di kepalanya.
"Hati-hati ya, jangan ngebut." Ujar Azzrafiq.
"Iya, yakin nih gak akan ikut?"
"Aku nunggu Maulana, kita kan satu kost."
"Oh pantesan udah akrab banget, kalo gitu aku duluan yaaa, bye Azzrafiq." Ucap Magika berpamitan seraya menancapkan gas.
Azzrafiq melambaikan tangan dan memperhatikan Magika hingga tak terlihat lagi, selang beberapa saat Maulana menghampirinya.
"Lo kelihatan banget sukanya sama Magika." Kata Maulana.
"Ya siapa yang gak suka coba? Lo juga kan." Sahut Azzrafiq.
Maulana terkekeh."Gue mah bercanda doang, tapi Magika emang menarik sih, cuma kalo dia tahu lo suka sama dia, pasti lebih milih lo kemana-mana lah, dan gue cuma dianggap butiran debu sama dia."
Azzrafiq terkekeh."Pesimis amat lo, tapi emangnya lo yakin dia bakalan suka juga sama gue?"
"Yang gue lihat sih.. enggak hahaha, kayaknya dia gak tertarik sama lo, beda sama cewek-cewek yang suka ngejar-ngejar lo, lagian lo udah punya pacar, kok bisa sih suka sama cewek lain?"
"Itu cuma status doang."
"Bilang aja lo mendua, dan gak bisa sama satu cewek, dasar playboy cap ikan teri, mungkin itu yang dilihat Magika dari lo makanya dia gak tertarik." Celetuk Maulana.
"Kalo gue emang playboy, semua cewek yang ngejar-ngejar gue, bakalan gue manfaatin." Tegas Azzrafiq.
"Bener juga sih, selama ini lo malah cuekin mereka."
Azzrafiq menghela nafasnya."Magika mengalihkan semuanya."
"Magika emang super charming tanpa dia tebar pesona pun, kejar ah." Seru Maulana.
"Jadi lo yakin mau saingan sama gue?" Tantang Azzrafiq tak serius.
Maulana berdecak kesal, melihat wajah Azzrafiq seketika dirinya kembali merasa pesimis. Sebagai sesama lelaki, Maulana akui temannya itu memang tampan dan punya pesona yang menawan
"Ah lo mah, belum apa-apa gue udah ngerasa kalah aja, sialan." Gerutu Maulana.
"Hahaha, ayo balik." Ajak Azzrafiq.
...----------------...
Malamnya, Magika kembali bermimpi bertemu dengan Edward, dia melihat lelaki itu pergi meninggalkannya, dia terus mengejar Edward, namun semakin didekati bayangan lelaki itu semakin jauh dan kabur.
"Edward!!" Teriak Magika seraya terbangun dari tidurnya.
Kali ini mimpinya sangat berbeda dari biasanya, setelah satu minggu lebih tak memimpikan Edward, giliran hadir ke dalam bunga tidurnya, malah seperti yang tidak dibayangkannya.
"Giliran mimpiin dia, malah begini, apa suatu pertanda Edward gak akan pernah balik lagi ke mimpi aku?"
Alarm di ponsel nya baru berbunyi, Magika segera mematikannya dan beranjak dari tempat tidurnya untuk bergegas pergi ospek jurusan.
Dia memakai kemeja putih seperti saat Ospek Universitas. Sampainya depan Gedung Rektorat, keadaan kampus masih sepi, baru suara air mancur dan suara sapu lidi yang menyapu halaman yang terdengar.
Zea yang sedang duduk di tepi kolam, memanggil Magika dari jauh sambil melambaikan tangannya, Magika langsung menghampirinya. Zea terlihat bingung menatap temannya yang kini ada di hadapannya.
"Gee, kan harusnya pake kemeja warna hitam bukan putih, suka ada-ada aja kamu mah." Tutur Zea.
"Oh ya? Masa sih? Aku salah kostum dong?" Tanya Magika santai.
"Ya ampun, santai banget responsnya, kalo aku jadi kamu, aku udah panik dan langsung ganti baju." Tukas Zea ambil tertawa.
"Yaudah sih gak apa-apa, palingan nanti aku jadi maskot, karena salah warna baju." Kata Magika dengan PD nya. "Nunggu siapa? Yuk ke Fakultas."
"Duluan aja, aku lagi nunggu Vanilla, sampe ketemu di sana ya." Ujar Zea sambil masih menertawakan Magika yang salah kostum.
"Ok deh, daaah.."
Magika si anak yang tak ingin ambil pusing, percaya diri saja jalan menuju Fakultas. Dia menghampiri teman-teman sekelompoknya yang sudah berkumpul di depan Gedung Fakultas.
Magika memperhatikan teman-teman yang sudah datang, tak ada yang memakai baju warna putih, rasa percaya dirinya semakin turun, lantaran hanya dia seorang yang warna bajunya berbeda.
Teman-teman sekelompoknya, menertawai Magika yang salah memakai warna baju.
"Ya ampun Magika, kenapa pake kemeja warna putih?" Tanya Maulana panik.
"Terus aku harus gimana? Masa iya aku balik lagi ke rumah? Mana kalo balik lagi bakalan macet banget nanti di jalan." Gerutu Magika yang terlihat mulai panik.
"Makanya kalo disuruh kumpul kelompok tuh ikut, bukannya izin muluk jadi salah kan?" Timpal Maulana.
Magika tersenyum masam, bukannya tak ingin ikut kumpul kelompok, tapi dia sibuk mengerjakan tugas kuliah, dan itu lebih penting.
Magika melirik Azzrafiq karena mendengar tawa kecilnya. "Puas banget kayaknya ketawain aku."
"Lucu aja lihatnya, kamu jadi kelihatan beda dari yang lainnya." Seru Azzrafiq.
"Duh jadi berasa banget salah kostumnya, apalagi diketawain Azzrafiq, nilai jual aku sebagai cewek jadi turun drastis." Gerutu Magika tak serius.
"Kayak barang aja pake ada nilai jualnya." Protes Daphnie.
"Ya karena aku cewek yang masih jomblo, penilaian dari lawan jenis penting banget." Ujar Magika main-main dengan raut wajah yang so serius.
"Gak perlu promo single, gak single juga Azzrafiq pasti mau." Celetuk Daphnie.
"Lah gue juga mau." Seru Maulana.
"Apaan sih ikutan muluk, kamu tuh gak diajakin." Sahut Daphnie.
"Di mata aku nilai jual kamu tetep tinggi kok." Bisik Azzrafiq menggoda Magika.
Magika menoleh pada Azzrafiq, dia mulai terbiasa oleh perkataan lelaki yang selalu menyanjungnya berlebihan itu, Magika tak ingin kegeeran, dia hanya terkekeh mendengar ucapan Azzrafiq yang secara tak langsung menaikkan kepercayaan dirinya, meskipun tetap harus diganti pakaiannya.
"Oh ya, harusnya kita langsung adu tos pas ketemu." Seru Azzrafiq mengingatkan Magika.
"Bener, baru inget." Kata Magika, lalu mereka berdua adu tos yang sebelumnya telah mereka ciptakan.
"Masih sempet-sempetnya maen tos-tos an." Omel Maulana yang melihat Magika begitu santai dengan kesalahan yang dibuatnya. "Siapa di sini yang bawa baju hitam lebih?" Sambung sang ketua kelompok bertanya pada anggotanya.
"Acha ada, tapi harus ke asrama dulu, deket kok asrama kampus." Jawab Acha.
"Yang ada di sini aja." Tegas Maulana.
"Ya kalo cuma adanya yang dipake gimana Mau? Suka ngaco kadang-kadang." Pekik Daphnie.
Azzrafiq langsung berinisiatif meminjamkan kemejanya, masalah nanti kena hukuman itu tak mengapa yang penting Magika jangan sampai kena.
"Kamu pake baju aku aja ya?" Tanya Azzrafiq pada Magika.
Magika menatap bingung lelaki tampan itu, jika dia memakai baju lelaki itu bagaimana dengan Azzrafiq sendiri?
"Terus kamu gimana?" Magika balik bertanya karena mengkhawatirkannya juga.
Azzrafiq tersenyum seraya mengelus rambut Magika."Kamu tenang aja, yang penting sekarang kamu ganti dulu."
Azzrafiq melepaskan kemeja hitamnya, dan memberikannya pada Magika. Tentu saja hal itu membuat Magika jadi tak enak padanya, namun karena melihat lelaki itu sudah membuka kemejanya, dan ingin menghargainya, Magika harus menerima kemeja itu.
"Cepet Gee ganti." Perintah Maulana galak.
Mau tak mau, Magika harus menuruti ketua kelompoknya, lalu dia mengambil kemejanya dari tangan Azzrafiq.
"Yaudah deh, gak apa-apa aku yang pake kemejanya?" Tanya Magika lirih.
"Ya pake aja, daripada kena hukuman." Seru Azzrafiq.
"Udah buruan ganti, cowok mah gampang." Tukas Maulana.
"Ayo! Acha antar ke toilet." Tutur Acha sambil menggandeng tangan Magika, mereka berdua pergi ke toilet yang ada di Gedung Fakultas.
Azzrafiq kini hanya memakai T-shirt, entah kebetulan atau semacamnya, dia melihat Yudhistira yang memakai kemeja hitam berjalan depan fakultasnya dan tentunya Azzrafiq segera menghampiri sahabatnya itu.
"Thank's God, udah ngarahin nih anak lewat sini." Seru Azzrafiq yang kini ada di hadapan Yudhistira.
Yudhistira menatapnya curiga."Wah firasat gue gak enak nih."
Azzrafiq menyeringai."Gue pinjem kemeja lo, ini urgent banget."
Yudhistira berdecak kesal seraya membuka kancing kemejanya."Kemana kemeja lo Azzrafuck?"
"Gue kasih gebetan gue, salah kostum dia."
"Kebiasaan ya lo, kalo lagi suka sama cewek yang repot malah gue." Omel Yudhistira.
Azzrafiq tak menghiraukan omelan sahabatnya itu, dia langsung membuka T-shirt yang dipakainya dan melihatkan tubuhnya yang proporsional, tentu saja itu membuat teman-teman cewek satu angkatannya memperhatikannya, terutama Nisrina.
"Caper amat lo Nyet, mau pamer lo punya abs?" Celetuk Yudhistira seraya memperhatikan mahasiswa Hukum Ekonomi yang sedang berkumpul.
Azzrafiq menatap orang-orang yang memperhatikannya dan segera memakai kemeja hitam milik Yudhistira.
"Ini darurat Nyet, tapi thank's banget ya lo datang di waktu yang sangat sangat tepat." Ujar Azzrafiq berterima kasih.
"Kenapa juga ya gue pake kemeja item, jadi sial." Gerutu Yudhistira.
"Gue gabung sama temen-temen lagi ya, lo kuliah yang bener, ok." Seru Azzrafiq seraya meninggalkan Yudhistira.
"Kampret lo, sukses ya ospek jurusannya, jangan modus terus." Ujar Yudhistira lalu melanjutkan langkahnya.
Daphnie yang memperhatikan Azzrafiq berbincang dengan Yudhistira, langsung menanyakan siapa nama sahabatnya itu, yang tampannya tak kalah dari Azzrafiq.
"Ternyata bukan kamu aja ya Fiq yang ganteng, tapi temen kamu juga." Kata Daphnie.
"Berarti termasuk gue juga." Celetuk Maulana.
Daphnie menatap geli Maulana."Kecuali kamu, siapa Fiq nama temennya?"
Azzrafiq terkekeh."Yudhistira Asetadinata, tumben nanyain cowok lain, biasanya selalu membanggakan tunangan kamu."
"Iya sih abisnya pesona temen kamu mengalihkan duniaku hahaha, dan apa pun bisa terjadi sebelum janur kuning melengkung." Celetuk Daphnie.
"Dasar betina bisa aja ngelesnya." Ejek Maulana.
...----------------...
Magika mengganti pakaiannya, kemeja Azzrafiq sudah pasti over size di tubuhnya, tapi sebisa mungkin Magika mereka-reka kemejanya.
Dia mengakalinya dengan model wrap around agar tidak terlalu kedodoran di tubuhnya, dia juga menarik lengan kemejanya hingga ¾ berusaha terlihat rapi dan tetap elegan, juga agar terlihat lebih pantas saja, dan tidak terlalu terlihat meminjam baju orang lain.
Dirasa sudah cukup percaya diri, Magika keluar dari bilik toilet dan berkaca, untuk merapikan kemejanya yang masih terlihat berantakan, wanita itu juga mengikat rambutnya dengan ponytail style.
Acha terbelalak ketika melihat Magika keluar dari bilik toilet, sebagai sesama wanita, Acha sangat mengagumi style Magika yang menurutnya bisa jadi trendsetter.
"Nah kan jadi makin cantik kalo pake kemeja item gini." Puji Acha. "Jadi kelihatan pas kemejanya, gak kelihatan ini baju cowok, well jadi wangi Azzrafiq juga ya." Seru Acha sembari mengendus bahu Magika.
Magika mengendus-ngendus kemeja yang dipakainya."Iya juga jadi wangi cowok hihihi."
Lalu Magika lanjut berkaca, dia memutarkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan juga ke belakang untuk melihat penampilannya.
"Mendingan dibiarkan keliatan gombrang, apa gini aja ya cha?"
"Udah mendingan gini, biar gak compang-camping, dan yang paling penting gak kelihatan baju pinjeman hihihi." Seru Acha.
"Kamu bilang gitu biar cepet aja kan?" Tanya Magika meragukan perkataan Acha.
"Ya ampun Gee, sumpah bagus banget kok, gak percaya? Ayo kita tanya anak-anak yang lain." Ujar Acha meyakinkan.
"Yaudah deh." Ucap Magika pasrah. "Yuk kita keluar." Sahutnya seraya menggandeng tangan Acha keluar toilet.
Di tengah gedung fakultas, Magika melihat Alin dengan Kakak tingkat gebetannya sedang berbincang dan sedikit intim, tampak Kakak tingkat berkacamata itu meminjamkan almamaternya dan memakaikannya pada bahu Alin.
Katanya sudah tidak suka lagi, tapi masih di dekati.
Gimana sih Alin?
Magika tak menyapanya dan membiarkannya saja, karena tak ingin mengganggu, lagi pula semenjak Alin merajuk karena permintaannya untuk bertukar kelompok dengan dirinya tak digubris, mereka tak saling berbicara lagi.
"Alin sama Kak Rafka pacaran ya?" Tanya Acha yang juga melihat keintiman Alin dan Kakak Tingkat.
"Gak tahu, kemaren sih bilangnya suka sama Azzrafiq." Jawab Magika datar.
"Lagi-lagi Azzrafiq, gak heran sih, sampe bosen anak kelas juga, banyak cewek yang nyamperin ngasih apa pun ke dia, apalagi yang namanya Nisrina anak kelas C tuh, caper banget sama Azzrafiq."
"Kira-kira si Azzrafiq pake susuk apaan ya?" Tanya Magika random.
"Ya ampun, emangnya jaman sekarang masih ada hal yang begituan? Hihihi."
"Abisnya laku banget say, kayak keripik setan yang dijual di alun-alun." Celetuk Magika, pada saat itu keripik pedas memang sedang menjadi primadona.
"Hahaha ya kali Azzrafiq makanan, btw yang Acha perhatiin kayaknya dia suka sama kamu." Seru Acha.
"Siapa?"
"Azzrafiq dong! Kalo deket sama kamu tiba-tiba sifat dinginnya jadi cair, sama temen-temen cewek di kelas, dia gak kayak gitu, gak kaya lagi sama kamu Gee." Jelas Acha.
Magika yang tak ingin berpikiran terlalu jauh mengenai sikap Azzrafiq pada dirinya, berusaha menyangkalnya, dia hanya ingin melindungi hatinya saja, karena jika berharap akan membuat dirinya terluka oleh prasangkanya sendiri.
"Mungkin karena aku bersifat panas, jadinya dia mencair hihihi."
"Kamunya aja sih yang kurang peka, kalo kata aku." Celetuk Acha.