Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
"Ya, biar dia saja yang membersihkannya," sahut Sekar menunjuk pada orang yang berdiri di samping Alena.
Abian terdiam sesaat, menyadari Alena yang sangat keras kepala membuatnya mau tidak mau melepaskan tangan wanita itu dan mendorongnya dengan kasar. "Kali ini kau bebas, tapi lain kali aku tidak akan melepasmu jika membantah perintahku lagi!"
Alena membalik badan, menatap Abian sembari mengusap lengannya yang terasa sakit. "Tidak ada lain kali, karena aku—"
"Non..." Bi Yanti memotong ucapan nona Alena, karena tidak ingin tuannya kembali emosi.
"Karena kau apa?" sentak Abian.
Alena hanya diam tidak menjawab pertanyaan Abian, saat melihat Bi Yanti menggelengkan kepala.
Melihat Alena terdiam, Abian menarik koper milik Sekar lalu memberikannya pada Bi Yanti. "Bersihkan kamar tamu, dan nanti malam masak makanan untuk aku dan Sekar!"
"Baik Tuan."
"Ayo Sekar! Aku akan antar kau ketempat praktek," ucap Abian sembari menggenggam tangan wanita itu, meninggalkan rumah yang kini hanya ada Alena dan Bi Yanti di dalamnya.
"Non tidak apa-apa? Apa tanganya sakit?" tanya Bi Yanti dengan cemas.
"Aku baik-baik saja Bi, tapi sakit di tangan ku ini tidak seberapa di banding sakitnya hati ini." Alena menitikkan air mata yang sejak tadi ditahannya. "Aku tidak bisa melihat pria yang sangat ku cintai tinggal bersama wanita lain, terlebih lagi menikahinya," ucap Alena dengan terisak.
Bi Yanti hanya terdiam, dia tahu betul bagaimana rasa sakitnya melihat suami membawa wanita lain terlebih akan menikah lagi.
"Bi bisa bantu aku?"
"Bantu apa Non?"
"Bantu aku pergi dari rumah ini?" pintu Alena, karena tidak bisa menunggu lebih lama lagi berada di rumah tersebut. Apalagi saat ini ada Sekar tinggal bersama mereka, dan hatinya tidak akan sanggup melihat kebersamaan pria yang sangat dicintainya itu bersama wanita lain.
"Ta-tapi Non."
"Aku mohon bantu aku," pinta Alena kembali.
Melihat kesedihan dan penderitaan Nona Alena selama ini, di tambah dengan hadirnya wanita lain di dalam pernikahan majikannya, membuat hati Bi Yanti tergerak untuk membantu wanita itu. Tapi sayangnya dia takut dengan kemarahan tuan Abian, yang tidak akan segan menghukumnya bahkan membuatnya kehilangan pekerjaan.
"Maaf Non, Bibi tidak berani," ucapnya dengan penuh sesal.
"Tapi Bi..."
"Bibi takut Non, Tuan Abian pasti akan marah besar kalau sampai Bibi membantu."
Alena terdiam sembari mengusap air matanya, ia merasa benar-benar sendirian tanpa ada yang mau membantu.
"Sekali lagi maaf Non," Bi Yanti memberikan rujak buah pesanan nona Alena, lalu bergegas pergi dari tempat tersebut. Karena tidak ingin di desak terus untuk membantu nona nya.
"Ya Tuhan bagaimana ini? Apa aku sanggup bertahan beberapa hari lagi?" gumamnya dalam hati sambil mengusap perutnya yang masih datar. "Tapi kau tidak punya pilihan Alena, jadi kau harus bersabar sampai tiba waktu yang sudah direncanakan."
Untung saja tadi Alena tidak memberitahu pelayannya, tentang rencana melarikan diri pada saat berbelanja nanti. Karena pastinya Bi Yanti akan memberitahu pada Abian, karena pelayannya itu sangat takut pada suaminya.
Dan sekarang yang bisa dilakukan Alena hanya menunggu, menyiapkan mentalnya untuk apa yang akan terjadi beberapa hari ke depan. Karena sudah dapat dipastikan hari-hari berikutnya pasti akan terasa lebih berat, mengingat ada wanita lain yang tinggal bersama mereka.