3
Daffa Alfano Dirgantara, laki laki matang berusia 28 tahun. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, ia sama sekali belum berkeinginan untuk mencari pendamping hidup. Semua ini terjadi karena ibunya meninggal saat dulu melahirkan dirinya dan saudara kembarnya ke dunia ini.
Setelah ibunya meninggal, ia diasuh oleh ayahnya, tapi setelah ia dan saudara kembarnya berusia tiga tahun, ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang Daffa tahu berasal dari masa lalu ayahnya. Daffa sangat membenci wanita itu, bahkan jika bisa Daffa ingin menyingkirkan wanita itu, karena ia yakin wanita seperti ibu sambungnya itu hanya ingin mengincar harta kekayaan keluarganya. Hingga akhirnya ditengah kebenciannya yang kian memuncak pada ibu sambungnya itu, ayahnya justru meminta dirinya untuk menikah dengan wanita pilihan mereka, dan hal ini justru membuat Daffa semakin tidak menyukai ibu sambungnya, karena wanita yang akan di jodohkan dengannya, merupakan keponakan jauh dari ibu sambungnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Daffa menggandeng tangan Sekar untuk menuju kamar pengantin mereka. Acara sudah selesai, dan kini waktunya untuk istirahat. Daffa segera menekan tombol lift, dan setelah pintu lift terbuka, ia segera masuk bersama Sekar. Daffa melepas genggaman tangannya saat mereka hanya berdua didalam lift. Namun secepat kilat Sekar kembali menggandeng tangan Daffa
"Lepaskan genggamanmu" ucap Daffa
"Kenapa tidak kau saja yang melepaskan?" tantang Sekar
Daffa melirik Sekar, dan tersenyum sinis. Ia lantas mengangkat tangannya yang ada dalam genggaman Sekar, dan dengan sekali hentakan, tangan Sekar terlepas dari tangannya. Bersamaan dengan itu pintu lift akhirnya terbuka, dan tanpa kata Sekar langsung mengamit lengan Daffa
Huh
"Apa mau-mu?" tanya Daffa sembari menghela nafas kasar
"Mengamit lenganmu" jawab Sekar cepat
"Dasar tidak tahu malu"
"Kenapa harus malu, aku istrimu" jawab Sekar, dan akhirnya keduanya menuju kamar pengantin mereka dengan gandengan tangan Sekar yang tidak terlepas.
Daffa membuka pintu kamar pengantinnya, dan segera masuk. ia mengedarkan pandangannya menatap kamar pengantin yang sudah disulap se-demikian rupa. Ia melepas tangan Sekar yang masih tetap mengamit lengannya. Kemudian berjalan menuju ranjang, dan menyingkirkan beberapa taburan kelopak bunga, dan dua kain yang membentuk hati disana.
"Kenapa di buang?" tanya Sekar tak terima. Namun sama sekali tidak dijawab oleh Daffa. Sekar segera berjalan mendekat, dan mengambil kembali kain putih yang sudah dibentuk hati tersebut, dan ia taruh diatas meja "Dasar tidak berperasaan, seenaknya saja membuang dekorasi seindah ini" gerutu Sekar
"Pergi dari kamar ini jika tidak suka denganku" ucap Daffa saat mendengar Sekar yang terus menggerutu
"Siapa bilang tidak suka? Dengarkan aku baik baik, aku mencintaimu Mr. cuek-ku" ucap Sekar manja
"Terserah" Daffa beralih menuju kamar mandi. Ia akan mandi untuk menyegarkan pikirannya. Berbicara dengan wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya itu benar benar membutuhkan kesabaran extra, dan dirinya bukanlah orang yang tepat untuk menghadapi istrinya ini.
"Mau kemana? Aku ikut" Sekar segera berjalan menyusul Daffa. Namun ia kembali menghentikan langkahnya saat Daffa mengacungkan jari telunjuknya tepat didepan wajah Sekar
"Berhenti ditempatmu, atau kau aku usir"
Brak
Sekar mengusap dadanya saat pintu kamar mandi tertutup dengan kasar. Ia tidak lagi berusaha menggoda suaminya itu, kini ia kembali menuju ranjang, dan duduk disana. Ia menghela nafas panjang, nyatanya menjadi wanita agresif seperti yang ia lakukan ini sedikit membuatnya risih. Terlebih jika harus meladeni sikap Daffa yang selalu acuh padanya, terkadang ia merasa sakit hati. Jika tidak karena Tante Carissa yang meminta dirinya, maka ia tidak akan mau melakukan hal gila ini
Cukup lama Sekar menunggu, akhirnya Daffa keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Namun Sekar yang merasa capek sudah tidak berminat untuk sekedar menggoda laki laki itu. Ia masuk kedalam kamar mandi, meninggalkan Daffa yang tampak mengerutkan dahinya, bingung dengan sikap istrinya yang tampak acuh
"Dia kenapa?" tanya Daffa pada dirinya sendiri, sebab tidak biasanya istrinya itu diam. Daffa tidak mau ambil pusing, akhirnya ia mengambil handuk untuk mengeringkan rambutnya yang masih basah. Kemudian ia berbaring di ranjang dengan Ipad di tangannya.
Ceklek
Sekar keluar dari kamar mandi, tentunya dengan pakaian yang sudah rapi. Ia mendekati Daffa yang tampak masih fokus pada Ipad-nya. Sekar merasa pegal di sekujur tubuhnya, karena terlalu lama berdiri di pelaminan tadi, dan hal itu membuatnya malas untuk sekedar mengganggu aktivitas suaminya. Ia naik keatas ranjang, tepat disamping Daffa
"Kau mau apa?" tanya Daffa, mengalihkan fokusnya dari Ipad yang ada di genggamannya
"Mau tidur" jawab Sekar malas
"Aku tidak mengizinkanmu untuk tidur di ranjang"
"Please jangan membuat masalah malam ini saja, aku capek" Sekar mengambil guling dan meletakkannya diantara dirinya dan Daffa, setelah itu ia tidur dengan membelakangi Daffa tanpa mempedulikan Daffa yang masih berbicara dan meminta dirinya untuk tidak tidur dalam satu ranjang bersamanya.
"Dia bilang jangan membuat masalah? Bukankah selama ini yang selalu mengganggu dan membuat masalah itu dia" rutuk Daffa.
Melihat Sekar yang sudah tertidur, Daffa tidak ambil pusing, ia memilih fokus pada layar Ipad-nya. Hingga di detik berikutnya ponselnya berdering menandakan pesan masuk. Daffa segera meraih ponselnya tersebut, dan membaca isi pesan yang dikirimkan Arga
"Jangan lupa live streaming malam pertamamu"
Daffa kembali meletakkan ponselnya keatas nakas tanpa membalas pesan yang dikirimkan Arga. Temannya satu itu memang terkadang susah untuk ditebak, dengan segala kejahilannya, laki laki yang usianya jauh lebih tua darinya itu selalu berhasil membuatnya kesal. Sama seperti wanita yang saat ini tidur di ranjangnya yang selalu membuat dirinya kesal