Mengandung Anak Mantan Suami

Semua orang yang ada di sana terkejut saat melihat papa Celine menampar anak semata wayangnya.

"Papa," protes mama Celine.

Malu, tentu iya. Wajah Celine nampak merah, antara kebas dan malu. Wanita itu mendapatkan kejutan tak terduga dari sang papa. Selama hidup, ini pertama kali papanya menyakitinya. Ia anak kebagaan orang tuanya. Dididik menjadi wanita berkelas oleh orang tuanya, tapi kini telah menjatuhkan harkat dan martabat orang tuanya.

Papa Celine melayangkan sebuah kertas tepat di wajah anaknya.

"Ini sangat memalukan, Celine! Membuat orang gila lalu menyembuhkannya, apa yang kamu lakukan? Tidak kah kamu memikirkan resikonya jika terbongkar? Dan kelakuanmu diketahui oleh mereka!" Tunjuk lelaki paruh baya pada calon besannya yang kini tengah marah pada anaknya.

Celine memungut selembar kertas itu, terlihat cap rumah sakit di sana. Hasil pemerikasaan yang menyatakan telah diketahuinya obat apa itu, obat yang selama hampir 3 tahun ia suntikkan di tubuh Farhan, dan selama 1 tahun ia kembali menyembuhkannya.

Ia lakukan itu hanya demi menyingkirkan satu wanita, yaitu Nadia. Gadis yang setiap hari datang menemui Farhan karena ingin memilikinya. Karena dokter Celine pun menyukai Farhan seiring berjalannya waktu, ia sampai melakukan hal di luar nalar. Menyakiti pasiennya lalu menyembuhkannya kembali karena ia ingin memilikinya.

"Tapi aku bertanggung jawab menyembuhkannya kembali 'kan, Pa?! Aku lakukan ini karena aku mencintainya," jelas Celine.

"Tapi tidak begini juga caranya, Celine! Kalau begini caranya kamu yang gila!" sentak papanya.

"Iya, iya aku yang gila. Tapi selama ini aku merawatnya dengan baik sampai aku kembali menyembuhkannya dengan total, mungkin jika aku tidak melakukan itu Farhan sudah masuk perangkap Nadia, dia berusaha menjebak Farhan dengan obat perangsang yang selalu diberikannya padanya. Aku, aku yang selalu menggagalkannya," terang Celine.

"Semu benar-benar gila!" timpal Farhan. "Yang kamu lakukan itu bukan cinta, Celine. Tapi obsesi dan bersaing untuk mendapatkanku. Nadia buat kamu takut karena aku gila dan kamu nekat melakukan ini padaku, apa kamu pikir setelah aku tahu semua ini aku akan meneruskan pernikahan kita? Justru aku takut jika memiliki istri sepertimu, sebaiknya pernikahan kita batal," sambung Farhan.

"Tidak, aku tidak mau berpisah denganmu, aku mencintaimu." Celine menghampiri Farhan dan berlutut di hadapannya, ia lakukan demi sebuah kata maaf. "Maafkan aku," ucapnya sambil menangis.

"Maaf Celine, kata maafmu tidak berlaku bagiku. Pergilah dari kehidupanku, sukur-sukur aku tidak melaporkanmu pada polisi. Aku masih menghargai orang tuamu karena mereka masih sahabat orang tuaku."

Tangan wanita itu mengepal, ia marah karena ini. Ia mencintai Farhan. Jika ia tidak bisa memiliki lelaki itu maka tidak boleh ada yang memilikinya termasuk Sarah, mantan istrinya itu. Celine berdiri dan menatap wajah Farhan.

"Kamu mengakhiri hubungan kita karena mantan istrimu 'kan? Kamu masih mencintainya dan akan kembali padanya, iya?!" tanya Celine.

"Dari dulu kamu tau aku masih mencintai Sarah, apa lagi sekarang ada anak di antara kami. Maaf Celine kita benar-benar harus berpisah." Ujar Farhan sambil memutarkan tubuh untuk menjauhi wanita itu.

Celine yang tidak terima, saat itu juga ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Mengambil sebuah suntikkan mematikan karena ia tak akan membiarkan wanita mana pun memiliki Farhan. Suntikkan yang awalnya akan ia berikan pada Sarah kini ia berikan pada Farhan.

"Farhan, awas!!" seru mama Amel yang melihat aksi Celine.

Farhan menoleh dan menyangga tangan yang sudah melayang akan memberikan suntikkan padanya. Beruntung, Farhan bisa mengendalikannya sampai pada akhirnya, suntikkan itu senjata makan tuan.

Sebuah suntikkan itu mendarat tepat di dada Celine, entah sutikkan apa itu? Farhan tidak tahu. Yang jelas, beberapa saat kemudian tubuh wanita itu lemas dan terjatuh akibat suntikkannya sendiri.

Mama Amel sangat terkejut, untungnya suntikkan itu tidak mengenai anaknya. Orang tua Celine tak percaya dengan apa yang dilihatnya, saat itu juga papa Celine memeriksa anaknya karena ia pun seorang dokter.

Tak disangka, bahwa suntikkan yang dibawa anaknya itu adalah suntik mati. Mama Celine pun menangis histeris saat suaminya menggelengkan kepalanya. Celine meninggal saat itu juga.

Semua orang tak menyangka dengan wanita itu, nekat sekali sampai membawa suntikkan mati.

Celine langsung dibawa saat itu juga. Orang tua Farhan hanya mengantar sampai depan rumah. Kematian Celine dikarenakan ulahnya sendiri. Andai orang tuanya tidak menyaksikan itu, mungkin Farhan yang menjadi tuduhan atas musibah ini.

Meski kajadian ini menegangkan, tapi cukup membuat Farhan dan yang lainnya membuka mata lebar-lebar. Menjadi orang baik siapa pun bisa melakukannya, tapi tidak ada yang tulus dari dalam hati.

Farhan bernapas lega, juga dengan orang tuanya. Namun, mereka masih tak percaya kematian Celine terjadi tepat di hadapan mereka.

***

Kejadian barusan membuat tubuh mereka lumayam lemas. Orang tua Farhan duduk di sofa bersama anaknya juga Bayu. Mereka duduk sambil berbincang mengenai barusan.

"Kejahatan tidak selamanya abadi, Pak. Yang abadi itu cinta Bapak pada bu Sarah," celetuk Bayu.

"Kamu ini," balas Farhan.

"Kalau ini Mama setuju sama Bayu," timpal mama Amel. "Jadi kapan kalian menikah?" tanyanya lagi.

"Secepatnya, Ma," jawab Farhan. Karena urusannya dengan Celine selesai, maka ia tak akan menunda lama-lama untuk kembali dengan Sarah, ia takut wanita itu berubah pikiran.

"Ma, aku akan kembali ke Bandung. Entah besok atau lusa aku akan melakukan ijab qobul lebih dulu dengan Sarah," ucap Farhan.

"Ide bagus, Pak. Aku setuju," sahut Bayu.

"Hmm, baiklah. Besok kami menyusul, hari ini Mama cukup lelah bolak-balik terus. Kamu hati-hati."

Farhan mengangguk, lalu segera pergi bersama supir.

***

Tiba di Bandung, Farhan berakting pada Sarah. Ia ingin melihat respons wanita itu.

"Mas," ucap Sarah.

Farhan tiba pada pukul tujuh malam, wajahnya dibuat sendu.

"Maafkan aku, Sarah," lirihnya.

Sarah pun bingung, minta maaf untuk apa? pikirnya.

"Aku ...," ucap Farhan menggantung.

"Aku apa? Jangan buat aku penasaran?!"

"Aku tidak bisa ..."

"Tidak bisa apa, Mas?" Sarah semakin penasaran.

"Tidak bisa begini," jawab Farhan.

"Begini bersama maksudmu?" tanya Sarah.

Farhan tak menjawab, ia malah menarik tubuh Sarah ke dalam pelukkan.

"Maaf, aku tidak bisa menunggu terlalu lama," bisik Sarah.

Sarah masih belum mengerti, ia hanya diam saja.

"Tidak bisa membiarkanmu tidur sendirian terlalu lama," bisik Farhan lagi.

Akhirnya Sarah mengerti, dan ia memberikan cubitan di pinggang lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya kembali.

"Aduh sakit," pekik Farhan.

"Siapa suruh mengerjaiku." Sarah kembali mencubitnya. Dan Farhan mengakhirnya dengan melepaskan sebuah kecupan di kening Sarah

Tanpa mereka tahu, di sebrang sana ada yang menyaksikan adegan mereka. Bi Ami langsung menutup mata anak kecil yang ada di sampingnya itu saat Farhan mendaratkan bibir di bibir mungil Sarah.