mengagumi Idola, hingga jatuh cinta dan ternyata gayung itu bersambut.
bagaimana rasanya.???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisetsuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saat bersama teman teman yang dulu.
Memahami posisi Yuan saat ini, Meri dan kak Rio menganggukkan kepalanya menyetujui permintaan gadis itu.
“aku dengar dari Meri sekarang kalian tidak tinggal di dalam agensi, apakah tidak apa apa.? dengan posisimu sekarang sebagai talent baru dari agensi.” tanya kak Rio.
“aku pikir lebih baik sementara seperti ini dulu kak, saat ini di depan agensi penuh dengan reporter. Aku merasa jika sampai para reporter dan wartawan tahu ada orang lain tinggal di asrama itu akan bisa menjadi berita panas. Aku tidak ingin merepotkan mereka lebih jauh lagi.” jelas Yuan.
“kau kan bisa tetap tinggal di sana dengan identitas sebagai staff.” ucap kak Rio.
“menurut kakak apakah itu mungkin, melihat bagaimana cara mereka memperlakukan Yuan.” jawab Meri.
“haha, kau benar juga. Kalian sekarang seperti gadis kesayangan mereka.” goda kak Rio.
“bukan aku, tapi dia.” jawab Meri.
“lalu sampai kapan kau akan menyembunyikan dari mereka kalau kau menyanyi lagi di tempatku.?” tanya kak Rio kepada Yuan.
“entahlah, lihat situasi dan kondisi dulu. Saat ini aku hanya ingin menikmati waktu bebasku dari pantauan mereka. Hahaha.” ucap Yuan sambil tertawa.
“sebaiknya kau segera mengatakan kepada tuan mudamu sebelum mereka mengetahui dari orang lain, bisa bisa mereka akan menyeret kalian berdua kembali.” goda kak Rio.
" humb." Meri dan Yuan hanya mengangguk dan nyengir mendengar ucapan kak Rio.
Tiga puluh menit kemudian Yuan dan Meri pamit untuk meninggalkan cafe, mereka kembali pulang ke apartemen.
Keesokan pagi, Yuan menghubungi adiknya untuk meminta menjemputnya pulang ke rumah orang tuanya, sejak Yuan bergabung dengan agensi Seven Miracle Yuan hanya sekali pulang ke rumah orang tuanya saat hari raya.
Keluarga Yuan tidak mengetahui bahwa selama ini Yuan bergabung dengan agensi untuk melakukan rekaman dan yang lainnya, mereka hanya tahu bahwa Yuan melakukan perform trip dari kota satu ke kota yang lain seperti biasanya.
Begitu juga dengan Meri, setelah Yuan di jemput oleh adiknya dia pun kembali ke rumah orang tuanya. Mereka sepakat selama beberapa hari ini akan tinggal di rumah orang tua mereka masing masing, untuk melepas rindu dan berkumpul bersama keluarga.
Yuan tiba di rumah orang tuanya saat siang hari, setelah bertemu dengan orang tuanya Yuan bercengkrama dengan mereka. Bercerita tentang apa saja kegiatan yang di lakukannya selama beberapa bulan ini.
Menjelang sore hari, setelah puas bercengkrama dengan keluarganya Yuan meminta ijin kepada orang tuanya untuk bertemu dengan teman temannya yang lain.
Yuan berjanji kepada keluarganya bahwa kepulangannya kali ini akan lebih sering pulang ke rumah karna jadwal performnya hanya di dalam kota, namun tidak bisa tinggal di rumah karna jarak dari rumah dan studio latihan yang lumayan jauh.
Di sebuah mall di kota Siena, Yuan bertemu dengan teman temannya semasa dia kerja dulu.
“Yuan, kemana aja lama gak ketemu, sekarang gemukan ya.?” sapa Iin ketika Yuan datang di meja mereka.
“diiih,,, gak usah sok lebaiy baru juga beberapa bulan ini.” ucap Yuan.
“beberapa bulan dari mana, hampir setahun kita gak ketemu kemana aja kau.” jawab Iin sebal.
“jadwal padat nih, ini aja baru dapet liburan.” jawab Yuan.
“haiy buu,, duh lama gak ketemu sama ibu yang satu ini, makin cantik aja.? udah sukses hiling terus ya.” sapa Ana.
“duuh masih aja di panggil buu, padahal udah gak kerja jadi ibu ibu kantoran.” jawab Yuan.
“wkwkwk,,, udah kebiasaan ini gapapalah.” ucap Ana.
“buu,, kok aku gak di peluk seh.” sapa Imelda.
“haha,, bikin capek aja deeh muterin meja cuma buat peluk kalian satu satu.” jawab Yuan sekenanya.
Semua teman Yuan sudah terbiasa dengan celotehan Yuan yang asal, meski terkadang pasti ada salah satu dari mereka yang tersinggung. Itu sebabnya Yuan tidak terlalu banyak punya teman dekat.
Beberapa waktu mereka saling bertukar cerita, menceritakan kesibukan mereka masing masing dan juga menjulidti orang di sekitar.
Hingga posel Yuan berdering, dan saat di lihat itu adalah panggilan video dari Jeano, Yuan segera menghindar dari teman temannya.
“haiy, lagi dimana.?” ucap suara dari seberang sambil memperhatikan sekitar Yuan.
“haiy juga. Aku lagi mall sama teman teman sewaktu kerja dulu.” jawab Yuan.
“duuuh happy niiih, yang bisa keluar dari asrama. Langsung mengadakan meet and great sama penggemarnya.” goda Jeano.
“hahaha,,, kok meet and great sih.? mereka bukan fans, mereka cuma teman kerja dulu.” jawab Yuan.
“kamu gak mau memperkenalkan ke mereka siapa kamu sekarang.?” ucap Jeano masih dengan menggoda gadis itu.
“emang sekarang aku siapa.?”
“coba kalau kamu perkenalkan siapa kamu yang sekarang, mereka pasti bakal jadi fans kamu.” ucap Jeano menggoda.
“jangan harap.!”
Mendengar jawaban singkat namun sewot itu, Jeano tertawa.
“kenapa malah tertawa.?” tanya Yuan sebal.
“kamu tuh lucu kalau pasang muka sewot gitu. Emang kenapa sih kamu gak mau memperkenalkan dirimu yang sekarang.? kan kenyataannya emang seperti itu.”
“diih, enggak mungkinlah. Yang ada mereka akan berfikir kalau aku hanya Halu dan ngehaluin kalian.”jawab Yuan.
“kamu jalan sama Meri juga.?” tanya Jeano kemudian.
“enggak, sendiri. Cuma sama teman teman kerja yang dulu aja. Meri ada acara sama keluarganya, lagian udah lama juga dia tidak pulang.”
“bawa uang kan.?”
Mendengar pertanyaan konyol Jeano, Yuan tertawa terbahak bahak membuat teman teman dan orang orang di sekitarnya memperhatikan dia.
“heiy,,, kau tertawa seperti itu ditempat umum seperti orang kesambet aja.” ucap Jeano
“habis pertanyaanmu lucu, tentu saja aku bawa uang. Lagian kalau aku sampai lupa gak bawa, aku tinggal menelepon Meri agar mengisi E-walletku. Cuma nongkrong di mall gak perlu bawa uang terlalu banyak kan, aku hanya minum dan membeli beberapa makanan ringan saja.” jawab Yuan masih dengan tawa kecilnya.
“aku hanya khawatir kamu tidak bisa membeli sesuatu yang kamu inginkan, atau makan makanan yang kamu pengen. Kamu meninggalkan kartu pembayaranmu di kamar sini.” ucap Jeano dengan nada khawatir.
“aku juga hanya berkumpul dengan teman teman ku, bukannya belanja, kau jangan berlebihan.”
“baiklah. Katakan kau sedang ada di mall mana, aku akan menjemputmu.”
“tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri. Tadi sebelum kemari aku pulang ke rumah orang tuaku, jadi nanti aku akan kembali ke rumah orang tuaku dulu.”
“lalu kau datang ke mall dengan apa.? mobilmu masih di sini.” tanya Jeano.
“naik motor.” jawab Yuan singkat.
Mendengar jawaban Yuan membuat Jeano kalang kabut, seketika itu juga laki laki itu ngomel panjang lebar dan segera meminta asistennya untuk segera mengirimkan mobil Yuan.
“APAAA…?! kau pergi naik motor, kenapa tidak meminta Meri mengantarmu atau naik taksi. MERLI… SEGERA KAU JEMPUT YUAN SEKARANG, DIA BERADA DI MALL XXX. Kau tunggu di sana, biar Merli menjemputmu dan membawa motormu pulang.” Jeano berteriak kepada asistennya ada di lantai satu.
Seketika Yuan melihat bayangan Merli berlari di belakang Jeano dari ponselnya.
“Jeano, aku masih bersama teman temanku. Jika kau meminta Meri mengantarkan mobil itu sekarang mereka pasti bertanya tanya dari mana aku bisa mendapat mobil semewah itu.” Yuan memperingatkan.
“aku tidak perduli, ingat mulai hari ini jangan coba coba kau keluar rumah dengan menggunakan motor atau aku akan kirim supir untuk antar jemput kemanapun kamu pergi. Jangan membantah.!” ucap Jeano saat Yuan akan membuka mulutnya untuk membantah.
Yuan menarik nafas, dan saat akan membuka mulutnya untuk bicara.
“aku bilang, jangan membantah. Kabari jika akan pulang, Merli akan menjemputmu.”