cerita tentang perubahan para remaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ida Riani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
"Kakak, lihatlah ayahku menempelkan kembali" ucap Jihan memberikan foto kenangan milik keluarga Rangga yang ditemukannya di tempat sampah.
Rangga menerima dan mengusap foto tersebut, memandangnya dengan tatapan yang penuh makna.
"Adikmu seperti ibuku, mereka menjadi peri di kolam susu, sekarang, suatu saat kita juga akan kesana, kita akan bertemu mereka nanti" ucap Jihan duduk di samping Rangga.
"Siapa yang memberitahumu?" Tanya Rangga.
"Ayahku, dia tahu segalanya" jawab Jihan.
"Ayahmu bohong, mereka sudah meninggal, saat mereka meninggal, mereka dikubur dalam tanah" ucap rangga sambil menunduk.
"Mereka dikubur dalam tanah, lalu kemana mereka pergi?" tanya jihan serius.
"Setelah di kubur, kita tidak akan pernah bertemu dengan mereka lagi" ucap rangga.
"Kenapa" tanya gadis itu tidak mengerti.
"Karena semua orang akan meninggal, setelah meninggal, pihak keluarga yang masih hidup, akan membuang semua barang mereka, merobek fotonya untuk melupakan mereka" ucap rangga menjelaskan.
"Ayahmu juga seperti ini kan?" Tanya Rangga.
Jihan menghela nafas mencoba memahami maksud penjelasan Rangga sebelumnya.
"Kemarilah" ajak Jihan menuju suatu tempat, ranggapun mengikutinya.
Jihan berjalan mengendap-endap memastikan sang nenek yang berada di dapur tidak melihatnya, lalu mengajak rangga masuk ke kamar ayahnya.
"Ayo, nenek tidak lihat" bisiknya kemudian menutup pintu kamar.
"Aku akan menunjukkan rahasia ayahku" ucap Jihan lalu menuju ke sebuah lemari dan mengambil album foto milik ibunya.
"Lihatlah, ini foto ibuku" ucap Jihan menunjukkan album foto keluarga yang bersampul foto ibunya pada rangga.
"Ini semua adalah foto ibuku" ucap Jihan setelah membuka album foto tersebut dimana didalamnya ada banyak kenangan foto ibunya.
"Kemarilah" jihan mengajak rangga menuju kemari yang lain.
"Ini semua baju ibuku, yang dibawah sepatu milik ibuku, ayahku tidak membuangnya, karena ayahku tidak bisa melupakan ibuku" ucap gadis itu menunjukkan kemari pakaian ibunya yang tetap tertata rapi. Jihan kemudian menutupnya menuju kelemari yang sebelumnya.
"Lihatlah, ini semua make-up dan parfum ibuku, aromanya sangat harum" ucap Jihan menyemprot sedikit parfum di tangannya, dan meminta Rangga mencium aroma parfum tersebut.
"Bagaimana harum kan, ibuku suka dengan aromanya" ucapnya lagi dan dijawab anggukan oleh rangga.
"sebenarnya, aku tau semuanya, ayahku secara diam-diam sangat merindukan ibuku" ucap Jihan.
"Kenapa? kamu tidak merindukanya juga?" Tanya Rangga.
"Aku juga merindukanya, tapi aku harus berpura-pura tidak merindukanya, karena ayahku tahu pasti akan sedih" ucap Jihan.
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan jika merindukan ibumu?"tanya Rangga.
"Menggambar, aku akan menggambar ibuku, aku juga diam diam merindukan ibuku, tanpa diketahui ayahku" jawab jihan.
"Kakak juga bisa diam-diam merindukan adikmu, dan jangan memberitahu orang tuamu" bisik Jihan pada Rangga
" Hem" jawab Rangga nengganguk.
Jihan kemudian memasukkan kembali make-up dan parfum, kemudian mengambil album foto ibunya dari tangan Rangga dan meletakkan kembali ke tempat semula.
"Ayahku tidak boleh tau, kalau kita ada di sini, ayo kita kembali nonton film kartun" ucap jihan.
Setelah dirasa aman mereka keluar kamar dengan mengendap-endap.
Keesokan harinya selesai mandi, rangga seperti biasa duduk di bawah pohon depan rumah, dekat pagar.
"Kakak ayo ikut aku, sarapan sudah siap" tanpa basa-basi, jihan langsung menarik tangan rangga, mengajak sarapan dirumahnya.
"Kakak, sudah pulang, ayo, makan siang sudah siap" ucap jihan mengajak rangga makan siang dirumahnya.
"Hem" Rangga bergegas membuntuti gadis kecil itu.
"hore, malam ini kita makan dengan lauk sate ayam, aku sangat suka suka sate ayam, ayo kak" ucap jihan terkekeh. Seperti biasa, rangga berjalan mengikuti Jihan untuk makan dirumahnya.
Satu bulan telah berlalu, hari ini ada rangga ada uijan harian, ia bangun lebih pagi untuk belajar sebentar kemudian mandi.
Selesai mandi dan berpakaian seragam ia bergegas keluar rumah, duduk dihalaman, menunggu Jihan memanggilnya, ia sudah terbiasa makan dirumah jihan, lian dan bu kiki sangat senang dengan kehadiran rangga.
"Kenapa lama sekali, apa aku kepagian ya" batin rangga yang membawa buku pelajaran namun matanya melirik ke arah pintu.
"Ceklek" terdengar pintu rumah jihan terbuka.
"Kakak sarapan sudah siap, ayo" ucap Jihan mengajak rangga.
"Iya, sebentar" jawab rangga memasukkan buku pelajaran dalam tas dan berlari ke rumah jihan.
"Astaghfirullah" ucap lian tersentak, begitu juga mereka semua yang ada di meja makan, karena mendengar benda pecah dari rumah rangga, disebabkan kedua orang tua rangga kembali berdebat.
"plaak" lian menepuk tangannya sendiri. "Kenapa dengan kalian, ada nyamuk ditangan" ucap lian terkekeh sambil menunjukkan nyamuk tersebut.
Mereka semua tertawa gemas.
"Sudah, ayo lanjutkan sarapan" ucap bu kiki.
"Kring,, kring,," ponsel Lian terus berbunyi, ia melihat nomor yang tidak kenal iapun mengabaikannya.
"Kring,, kring" ponsel kembali berbunyi
"Siapa lian, angkat saja mungkin penting" ucap bu kiki.
"Tidak tahu bu, nomor tidak di kenal" jawab lian.
Karena terus berbunyi, Lian menjauh dan menekan tombol hijau diponselnya.
"Assalamualaikum, apakah benar ini nomor lian" tanya seorang wanita dari sebrang telepon setelah sambungan terhubung.
"Waalaikum salam, ia dengan siapa ini" jawab lian.
"Saya Maya" ucap maya dengan nada gelisah.
"Maya, tenanglah, jangan gelisah, katakan ada apa!?" Tanya lian.
"Aku ingin pinjam uang, ibuku sakit aku harus menjenguknya, sekarang" ucap maya.
"Apakah, sakitnya parah" tanya lian..
"Aku juga minta tolong, aku titip zidan sementara waktu, kalau tidak keberatan tolong jemput dirumah" ucap maya yang terus meminta tolong, tanpa menjawab pertanyaan dari lian.
"Tentu saja, jangan khawatir, aku akan menjemput zidan, kirimkan saja alamat rumahmu" jawab lian setuju.
"Iya, aku tutup dulu, assalamualaikum" ucap maya menutup sambungan telepon.
"Waalaikum salam" jawab lian sebelum sambungan telepon terputus.
"Dari siapa lian" tanya bu kiki setelah lian kembali ke meja makan.
"Maya bu" jawab pria itu.
"Rangga, kamu berani berangkat sekolah sendiri" tanya lian.
"berani paman" jawab Rangga.
"Ya, sudah kalau begitu, lanjutkan sarapannya, jihan kamu juga" ucap lian yang juga melanjutkan sarapan.
"Bu, aku pamit antar Jihan, setelah itu pergi ke rumah maya, ada urusan sebentar" ucap lian pamit pada bu kiki.
"Kerumah maya? ya sudah kalau begitu, hati-hati" ucap bu kiki.
"Assalamualaikum, waalaikum salam, mari masuk" ucap lian mengucap salam dan menjawabnya sendiri, mengajak zidan masuk dalam rumah.
"Nah, lihatlah, ini akan menjadi kamarmu, mulai sekarang kamu akan tinggal disini" ucap lian setelah membuka salah satu kamar yang masih kosong.
"Nanti ayah akan meletakkan tempat tidur disini, bagaimana?" ucap pria itu.
"Ayo paman ajak kamu berkeliling, melihat tempat yang lain.
"Ini ruang dapur, tempat memasak segala macam makanan yang enak".
"Ini kamar mandi, ini ruang keluarga, tempat kita berkumpul sambil menonton televisi, itu ada mainan, zidan juga boleh memainkan semuanya, kalau yang ini kamarnya jihan" ucap lian menunjukkan satu-persatu ruangan pada zidan.
Ditunggu komentarnya.