Xiao Yuen sang putra mahkota kerajaan Hindipura, yang dianggap sampah lantaran memiliki Dantian yang cacat semenjak lahir, setiap saat, mendapat hinaan dan siksaan dari pangeran Gumantri saudara tiri nya.
Hingga pada suatu hari, seorang pertapa tua mengajak nya pergi ke Negeri seberang untuk mencari keberadaan ayah nya.
Bertemulah dia dengan ayah nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Puncak Gunung di Balik Awan.
Dikiri kanan rumah utama itu masih ada bangunan lain yang berdiri berhimpitan dengan bangunan utama, yang berfungsi sebagai perpustakaan milik leluhur.
Setelah tiba di tingkat paling atas, sebagai tempat kediaman leluhur Lui Kong Ciang Taihiap (pendekar tangan Gledek) Rao Tan Ho, sang leluhur berbalik menghadap kearah Xiao Yuen.
"Siapa nama mu nak?" tanya sang leluhur Rao Tan Ho seraya menatap kearah Xiao Yuen.
"Nama saya Xiao Yuen leluhur, saya berasal dari tanah seberang lautan, saat saya dan kakek saya berlayar, kapal kami dihantam badai besar dan hancur, entah bagai mana saya terdampar di pantai selatan dan terpisah dengan kakek saya!" ujar Xiao Yuen menceritakan kisah nya.
"Kemarilah nak!" leluhur Rao Tan Ho memanggil nya masuk kedalam rumah kediaman leluhur, "nah kau lihat tong air itu?, tugas mu setiap pagi mengisi Tong itu sampai penuh, baru setelah itu kau boleh sarapan dan latihan!" ujar nya.
Xiao Yuen melihat Tong air itu terbuat dari kayu keras dengan diameter sekitar satu depa.
Di dekat Tong air itu ada dua buah ember kayu dan palang untuk mengangkat kedua ember itu yang terbuat dari batang bambu tua.
Leluhur menunjuk kesebuah rumah kecil di sudut halaman kecil itu, "kau lihat itu?, itulah tempat mu beristirahat, besok kau boleh memulai pekerjaan mu!" ucap leluhur pada Xiao Yuen.
Xiao Yuen melangkah kearah rumah kecil di sudut halaman rumah utama itu.
Meskipun kecil, tetapi rumah ini cukup nyaman untuk di tempati oleh Xiao Yuen, dengan fasilitas yang cukup lengkap, seperti kamar mandi plus WC, dapur ruang tidur merangkap ruang tengah dan ruang depan. Sebuah dipan kecil dengan alas tikar terdapat disana.
Malam itu, Xiao Yuen tidur cukup nyaman di rumah kecil di tingkat teratas perguruan itu.
Namun pagi pagi, selagi ayam belum berkokok, leluhur sudah membangunkan diri nya, menyuruh nya mengambil air dari sungai menuju ke Tong air milik leluhur.
Awal nya Xiao Yuen merasa lumayan berat tugas membawa air dua ember besar yang dipikul dengan bahu menuju ke atas tempat kediaman leluhur.
Namun Qilin Emas diam diam membimbing nya supaya tidak terasa cape.
"Tuan muda!, coba tuan muda salurkan sedikit Qi murni ke arah pundak, pinggang dan kaki, serta bernafaslah seperti saat tuan muda melakukan latihan meringankan tubuh!" ujar Qilin Emas membisikan kedalam telinga Xiao Yuen langsung.
Xiao Yuen segera mempraktekan apa yang diajarkan oleh Qilin Emas tadi, dan hasil nya, Xiao Yuen sangat takjub, beban nya tidak terasa berat lagi, bahkan langkah kaki nya menjadi semakin ringan, cepat dan semakin bertenaga saja.
Saat mata hari naik sepenggalah tinggi nya, Tong besar milik leluhur Rao Tan Ho sudah selesai dia isi air hingga penuh.
Namun baru saja dia bermaksud untuk mengaso sebentar, leluhur muncul di depan pintu rumah nya, "Xiao Yuen!, kau carilah kayu bakar di belakang perguruan ini!" teriak nya.
Xiao Yuen segera berjalan kearah belakang perguruan, meniti tangga yang mengarah ke puncak gunung.
Begitulah Tugas yang di lakukan oleh Xiao Yuen setiap hari, sementara itu, leluhur lebih banyak menghabiskan waktu nya untuk berkultivasi di ruangan nya sendiri, tanpa ada seorang pun yang boleh mengganggu nya.
Semakin hari, ember yang di angkat oleh Xiao Yuen terasa semakin ringan, hingga dia mulai menam bah dua buah ember lagi.
Tanpa terasa purnama demi purnama terus berganti, dan enam purnama sudah berlalu Xiao Yuen tinggal di Kau Lun Bu Koan, dan setiap hari kerjaan nya mengangkut air untuk memenuhi bak air leluhur Rao Tan Ho, serta mencari kayu di sekitar belakang perguruan.
Namun selama itu pula, Xiao Yuen seperti di biarkan begitu saja dengan semua tugas nya, tanpa pernah diajari apapun oleh leluhur Rao Tan Ho.
Walaupun begitu, Xiao Yuen secara diam diam terus berkultivasi setiap malam nya, dan siang nya berlatih jurus jurus silat Hong Sian Coan Soan (Dewa Angin Menerjang Badai) dan jurus pedang Hun Sao I San (Menyapu awan, memindahkan Gunung) dan ilmu meringankan kan tubuh nya, di hutan belakang perguruan.
Karena mengangkut air dengan empat ember sekaligus, sehingga sebentar saja, Tong air milik leluhur Rao Tan Ho pun cepat penuh.
Setelah Tong penuh, Xiao Yuen segera mengambil golok yang biasa dia pakai untuk mencari kayu bakar, dan segera pergi ke belakang, meniti anak tangga satu persatu menuju hutan untuk mengumpulkan kayu kering.
Dihutan, Xiao Yuen hanya sebentar mengumpulkan kayu kering, sisa waktu nya hanya dia pergi akan untuk berlatih jurus silat dan jurus pedang saja di dalam hutan.
Pagi ini Xiao Yuen melangkah menaiki anak tangga di belakang perguruan. Tangga batu itu terletak diantara rumah kediaman leluhur dan sebuah gudang tua, sehingga yang bisa menaiki tangga itu hingga kepuncak gunung, hanya leluhur saja.
Pagi ini, setelah mengumpulkan seikat kayu bakar, Xiao Yuen meletakan ikatan kayu bakar nya di dekat tangga.
Xiao Yuen menatap kearah puncak gunung yang tertutup oleh awan. Hingga enam purnama sudah dia berada di perguruan ini, tetapi belum sekalipun diajarkan jurus apapun juga, hanya disuruh mengangkut air dari sungai ke tempat kediaman leluhur saja.
Sekali lagi dia menengok kearah puncak gunung, rasa penasaran memenuhi dada nya, ada apa di puncak gunung yang tertutup awan itu, dan kenapa ada tangga batu arah ke sana?.
"Kenapa tuan muda tidak pergi ke sana saja?" bisik Qilin Emas.
"Ya aku penasaran, ada apa disana, tetapi leluhur melarang aku kepuncak sana!" ujar Xiao Yuen.
"Pergilah tuan muda, saya merasa ada rahasia yang terdapat di sana" bisik Qilin Emas lagi.
Setelah menimbang cukup lama, akhirnya Xiao Yuen memutuskan untuk pergi ke puncak sana.
Dengan ilmu meringankan kan tubuh nya, Xiao Yuen segera melesat ke arah puncak gunung yang tertutup awan itu.
Setelah melewati bentangan awan yang menutupi setebal beberapa depa, akhirnya Xiao Yuen tiba di puncak gunung itu.
Puncak gunung itu merupakan sebuah tanah datar seperti lapangan, seluas puluhan depa persegi dengan di tengah tengah nya terdapat sebuah Bio (Kuil kecil) seluas satu depa persegi.
"Tuan muda!, tuan muda bisa berlatih disini, saya rasa disini tempat nya aman tuan" Qilin Emas membisikan agar Xiao Yuen berlatih di tempat itu.
"kau benar Qilin Emas, ini tempat yang pas buat latihan dan berkultivasi" sahut Xiao Yuen.
"Dahulu tuan muda pernah bilang jika memiliki Tan Lam Thien, kulihat tuan muda sudah cukup lama tidak meminum pil itu lagi tuan muda?" tanya Qilin Emas.
"Aku takut Qilin Emas, bila kultivasi ku naik terus, sementara aku masih anak anak, nanti orang orang akan memburu ku, ingin tahu apa yang kulakukan" ujar Xiao Yuen bingung.
"Ah tuan muda benar kalau masalah itu, bila orang orang sakti mengetahui nya, mereka akan memburu tuan muda untuk meminum darah tuan muda yang sangat berkhasiat untuk meningkatkan kultivasi mereka, tetapi jangan takut tuan muda, bekas racun yang dulu tuan muda minum, sudah menutupi Dantian tuan muda, sehingga tingkat kultivasi tuan muda tidak terlihat dari luar, lagi pula saya sudah menutupi Tingkat kultivasi tuan muda sehingga tidak ada siapapun yang bisa mengetahui tingkat kultivasi tuan muda, mereka hanya mengira tuan muda seorang anak yang cacat Dantian nya serta tidak berguna saja!" kata Qilin Emas menjelaskan bahwa tidak akan ada siapapun yang bisa melihat tingkat kultivasi nya.
"Tetapi bila ditempat ini aku meminum pil itu, orang orang akan tahu saat aku menerobos keranah berikut nya qilin" sahut Xiao Yuen.
"Kalau masalah itu, jangan takut tuan, saya akan buat awan putih dibawah itu sebagai sekat gaib yang membatasi kita dan Dunia bawah, siapapun tidak akan tahu ataupun mendengar apa apa saat tuan muda menerobos keranah selanjutnya, tuan muda bebas ditempat ini" ujar Qilin Emas.
Xiao Yuen tersenyum menatap kearah awan putih yang terhampar di bawah mereka, seakan akan pembatas antara Dunia atas dan Dunia bawah.
Xiao Yuen segera mengeluarkan botol kecil nya, mengeluarkan sebutir pil kecil itu, menatap nya sesaat, lalu memasukan nya kedalam mulut nya, dan menelan nya.
Untuk beberapa saat, tidak terasa apa apa, lalu perlahan lahan terasa energi mulai bergolak di perut nya.
...****************...