Pengantin Tuan Aksa

Tatapan Eva fokus membaca poin demi poin dalam surat perjanjian itu, secara garis besar semuanya dalam batasan-batasan yang wajar. Mereka hanya perlu menjalani hubungan selama setahun, tidak saling ikut campur dengan pribadi masing-masing, hanya saja Eva perlu mendampingi Aksa dalam pertemuan keluarga seminggu sekali.

Setahun kemudian, mereka akan berpisah dengan alasan tidak ada kecocokan. Tapi selama setahun ini, mereka juga tidak boleh terlibat skandal dengan pihak ketiga, meskipun pernikahan mereka tidak di publikasikan, mereka juga perlu membuat batasan untuk kenyamanan.

Eva menghela nafas berat, sejak menerima kabar ayahnya di rumah sakit, kesehariannya menjadi kacau dan hidupnya seperti dikendalikan oleh orang lain. Ini bukan kehidupan yang di rancang nya. Segalanya tidak berjalan sesuai yang dia mau.

Eva membaca pesan Daniel yang dikirimnya beberapa waktu yang lalu.

'Eva, apakah ada sesuatu yang terjadi? Mengapa sampai sekarang kamu belum datang?'

Eva sekali lagi menghela nafasnya, rasa bersalah karena mengabaikan pesan Daniel muncul di hatinya. Pria itu tiba-tiba datang dari jauh khusus bertemu dengannya, tapi keadaan tidak mendukung mereka untuk bertemu.

Drrt

Panggilan dengan nama Sandy muncul di layar ponselnya.

"Hallo San.."Jawab Eva

"Hallo Va, apakah ada sesuatu yang terjadi denganmu?"Nada suara Sandy terdengar khawatir. Sandy sudah menerima kabar kematian ayahnya Eva, tapi belum mengetahui ada peristiwa lain yang jauh lebih mengejutkan.

"Nggak kenapa-napa San, hanya agak capek aja"Eva mendesah lelah

"Kayaknya Daniel khawatir banget sama kamu, dia sampe panik gitu karna kamu nggak angkat telpon nya dia" Sandy menambahkan

"Aku hanya ketiduran tadi, kamu tau kan sejak semalam aku kurang istirahat" Eva berusaha memberi alasan yang masuk akal.

"Ya sudah, abaikan saja Daniel kamu istirahat saja dulu"Sandy adalah teman yang paling mengerti dengan Eva, dia juga akan selalu berada di barisan paling depan mendukung semua tindakan Eva walaupun itu sedikit tidak masuk akal.

"Daniel biar aku yang urus, dia juga harus mengerti bahwa kamu sangat lelah. Jangan terlalu dibawa sedih yaa... meskipun Ayahmu sudah meninggal tapi aku masih ada di sisimu"Hibur Sandy."Atau, apa perlu aku temani disana? Aku akan berangkat jika kamu butuh teman"

"Nggak perlulah.. gimana kerjaan kita jika kamu juga kesini?"Tolak Eva halus.

"Semua bisa diatur Va... Sekarang fokusnya ke kamu, lagian hari ini kios kita tutup karena kamu lagi berduka"Eva merasa terharu.

"Tetap saja nggak perlu ditemani, aku nggak pp kok, cuman kecapean saja"Sela Eva seraya berdiri di depan jendela menyaksikan halaman depan rumah yang luas dan megah.

Sandy sudah sangat sibuk mengurus semuanya sendiri sejak dia terbang, sekarangpun dia tak tau kapan bisa pulang, maka dia tidak ingin merepotkan Sandy terlalu banyak.

"Va.. Jika capek mu hilang, temui Daniel biar dia tenang.."Eva mengerutkan keningnya, apa hal hingga Daniel bisa panik jika tak bertemu dengannya?

"Emang Daniel kenapa San? Apa sesuatu terjadi padanya?"Eva bertanya khawatir.

Di ujung sana, Sandy menepuk kepalanya dengan sebal, si Eva ini tidak tau atau pura-pura tak mau tau? Diakan sudah pernah bilang jika Daniel bisa jadi obat mustajab untuk menggantikan si kunyuk Bian. Secara kemana-mana gantengan Daniel, blasteran gitu lho.

Kemana-mana juga Daniel nilainya plus-plus, udah ganteng, cool, pengusaha dan setia juga orangnya, bisa dibilang si Daniel ini limited edition lah..

Tapi promo ini malah di abaikan Eva karena belum move on sama si biang kerok.

"San..."Eva memanggil Sandy yang masih kesal di ujung sana.

"Maksudku tu jelas Eva sayang, Daniel itu lagi mau pedekate sama you, masak sih kamu nggak tau. Dia tuh baru sampe di Singapur semalam karena perjalanan bisnis, dan maksain ke Jakarta buat ketemu kamu hari ini'

Sandy sibuk menjelaskan di ujung sana, namun Eva sudah tidak mendengarkan lagi, dia yang sedang melihat aktivitas orang di halaman depan, terkejut melihat seorang pria yang turun dari mobil sport.

Bukankah itu Daniel...?