Ini Kisah Anak Loli
Lita kini yatim piatu, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya sementara ayah biologisnya hingga detik ini dirinya tidak tahu.
Kakek Neneknya juga telah meninggal dunia karena kecelakaan di hari perpisahan sekolah Lita di bangku SMP, harta warisan milik keluarganya habis tak bersisa untuk membayar hutang Kakek Nenek.
Dan akhirnya Lita menikah dengan seorang pria yang begitu meratukan dirinya dan membuatnya bahagia, namun ternyata semua kebahagiaan itu hanya sebentar.
Ikuti ceritanya yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Bagaimana kalau kita jalan kaki saja, Mbak. Rasanya kurang afdol kalau mencari hanya dari atas mobil" usul Kang Asep
Lita mengangguk tanda setuju, Kang Asep pun memarkirkan mobil di depan ruko yang sudah tutup. Lita berjalan menyusuri ruko, di lihatnya banyak anak kecil yang duduk dan tiduran disana.
"Gimana, Mbak. Ada gak?" tanya Kang Asep yang sejak tadi mengikuti dari belakang, Lita menggeleng dengan wajah kecewa bercampur lelah
"Coba kita cari di seberang sana, Mbak"
Kang Asep mengajak Lita ke seberang jalan, disana ada beberapa anak kecil yang sedang mengamen. Lita mempercepat langkahnya, saat melihat ada yang perawakannya mirip anaknya.
"Leon" panggil Lita menyentuh bahu anak tersebut
Pengamen kecil itu segera menoleh, pundak Lita langsung luruh saat melihat wajah anak tersebut. Meski perawakannya mirip, tapi wajahnya jauh berbeda yang artinya bukan Leon.
Lita mengeluarkan uang dari dalam tasnya, karena sudah terlanjur memanggil pengamen kecil itu. Pengamen kecil itu mengucapkan terima kasih pada Lita, Lita tersenyum dan berlalu dari situ.
"Kita harus cari kemana lagi, Kang? Kenapa mereka tak ada disini?" gumam Lita dengan wajah bingung
"Sabar, Mbak. Berdoa saja, semoga anak-anak Mbak cepet ketemu" timpal Kang Asep
Kang Asep pun dengan lembut mengajak Lita untuk pulang, apalagi hari sudah semakin larut malam dan Abah Hasan terus saja menelpon dari tadi meminta mereka segera pulang.
Namun Lita enggan beranjak dirinya menangkupkan tangannya ke wajah dan terus-menerus bergumam nama anak-anaknya, Lita sangat mengkhawatirkan keadaan anak-anaknya.
Terdengar suara isak tangis Lita, membuat Kang Asep menggaruk keningnya. Dirinya ikut bingung melihat Lita menangis, Kang Asep pun menegur Lita untuk tidak menangis.
Tak enak rasanya di lihat orang-orang, tapi Lita tak menghiraukan ucapan Kang Asep. Bahkan Lita terus terisak, hingga ada ibu-ibu menegur Kang Asep untuk membujuk Lita.
"Aduh A' tolong di bujuk dong istrinya, masa di biarkan aja nangis di pinggir jalan"
"Anu Bu, dia bukan istri saya. Saya belum menikah" jelas Kang Asep dengan canggung
"Bukan istri kok bisa berduaan malam-malam begini, jangan-jangan kalian ketahuan selingkuh ya? Makanya si Teteh nangis, karena takut sama suaminya?" tuduh Ibu itu
"Astagfirullah, Bu. Kami gak berselingkuh, Mbak Lita ini nangis karena kehilangan kedua anaknya. Mereka di bawa kabur sama mantan suaminya" lanjut Kang Asep menjelaskan
Ibu itu ber-oh ria aja setelah mendengar penjelasan Kang Asep, dengan tampan berdosa ibu itu pun melenggang pergi karena malu telah menuduh macam-macam.
Kang Asep menggerutu dan berdecak kesal atas ulah ibu tadi, Kang Asep pun sedikit memaksa mengajak Lita pulang takut di kira orang-orang pasangan selingkuh lagi.
Lita menarik napas dalam-dalam untuk mengendalikan perasaannya, dia pun mengusap kedua matanya dengan kasar kemudian beranjak berdiri dan mengajak Kang Asep pulang .
Kang Asep mengangguk lalu berjalan di belakang Lita, keduanya menuju mobil. Kini mereka berdua pun pulang menuju ke rumah Abah Hasan, selang setengah jam mereka pun sampai.
Ikhtiar dan doa selalu Lita lakukan, agar bisa berkumpul bersama kedua putranya, bukan hanya mencari di jalanan tapi Lita terus menyebarkan foto Leon dan Daniel di sosial media.
Dan di komunitas-komunitas yang ada di kota B dan sekitarnya, berharap suatu saat ada yang memberitahunya jika melihat kedua putranya dimana saat keberadaan mereka.
"Lit, Lita" panggil Aisyah mengetuk pintu kamar yang di tempati Lita
Lita mengerjapkan matanya, dirinya tertidur setelah sholat subuh tadi. Lita menyahut dari dalam kamar lalu beranjak dan menuju pintu, Lita pun membuka pintu kamarnya.
"Maaf, Teh. Aku ketiduran" ucap Lita sungkan
"Sekarang kamu cepat mandi, setelah itu kita sarapan bersama" titah Aisyah tiba-tiba
"Memangnya kita mau kemana, Teh?" tanya Lita penasaran
"Nanti juga kamu tau, cepat mandi ya. Aku tunggu di ruang makan"
Aisyah langsung pergi, meski pun bingung tapi Lita tetap menurut. Lita menebak mungkin Aisyah akan mengajaknya berbelanja kosmetik, untuk kebutuhan toko milik Aisyah.
Setelah mandi dan memakai gamis yang cukup bagus, Lita bergegas ke ruang makan. Sampai disana semua orang sudah ada, hingga Lita meminta maaf karena lama.
"Gak apa-apa, Neng" sahut Ambu tersenyum
"Ayo kita sarapan dulu, sebelum memulai aktivitas kalian masing-masing" ajak Abah
Ambu mengangguk dan mulai mengambilkan makanan untuk Abah dan juga dirinya, setelahnya bergantian Aisyah yang mengambil makanan untuk dirinya dan juga Lita.
Sebenarnya Lita bisa mengambil sendiri, hanya saja jika dirinya mengambil sendiri porsi makannya sangat sedikit jadi Aisyah berinisiatif mengambilkan agar Lita makan lebih banyak.
Abah memimpin doa makan lalu semuanya mulai menikmati sarapan mereka dengan tenang, hanya suara detingan sendok yang beradu dengan piring saja yang memenuhi ruangan tersebut.
.
.
.
"Kita mau kemana, Teh?" tanya Kang Asep
"Saya mau ke kota B selatan, nanti kita lewat jalan Makmur Jaya ya. Saya ada urusan disana, Kang" ujar Aisyah
"Baik, Teh"
Kang Asep mengangguk lalu menambah kecepatan laju mobilnya, jarak dari rumah Abah ke jalan Makmur Jaya lumayan jauh dan membutuhkan waktu sekitar 40-50 menit untuk tiba disana.
Kang Asep cukup hapal nama jalan yang ada di kota B dan sekitarnya, karena sudah bertahun-tahun menjadi sopir. Sebelum bekerja di rumah Abah, dirinya pernah bekerja menjadi sopir bus antar provinsi.
"Kalau ngantuk tidur aja dulu, Lit. Perjalanan kita lumayan jauh" ujar Aisyah yang melihat mata Lita tampak sayu
"Iya, Teh" sahut Lita
Namun Lita tak ingin tidur, sebisa mungkin dirinya membuka matanya agar tetap terjaga. Lita terus melihat ke luar jendela, berharap melihat Leon dan Daniel di pinggir jalan.
Lima belas menit berlalu, akhirnya Lita tak mampu membuka matanya lagi. Dirinya pun akhirnya terlelap, Aisyah hanya tersenyum saja dan meletakkan kepala Lita di sandaran kursi agar lebih nyaman.
"Kasihan Mbak Lita, Teh. Kelihatan sekali kurang tidur" kata Kang Asep melihat dari kaca depan
"Gimana bisa tidur nyenyak, Kang. Sementara anak-anaknya saja tak tau ada dimana, seorang ibu pasti lebih mengkhawatirkan keadaan anaknya di bandingkan keadaanya sendiri" timpal Aisyah menatap Lita dengan iba
Setelah perjalanan hampir satu jam, akhirnya mobil yang mereka kendarai sampai juga di jalan Makmur Jaya yang berada di kecamatan kota B selatan.
"Cari parkiran dekat lampu merah ya, Kang" titah Aisyah
"Ohh iya, Teh"
Kang Asep segera melaksanakan apa yang di perintahkan Aisyah barusan lalu mencari tempat parkir, setelah mendapatkan tempat parkir yang pas Aisyah segera membangunkan Lita.
Lanjut thor
Thor lanjut