Benar kata peribahasa.
Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah. Itu lah yang terjadi pada Bu Arum, Ibu dari tiga orang anak. Setelah kematian suami, ketiga anaknya malah tidak ada yang bersedia membawa Bu Arum untuk tinggal bersama mereka padahal kehidupan ketiganya lebih dari mampu untuk merawat Ibu mereka.
Sampai akhirnya Bu Arum dipertemukan kembali dengan pria di masa lalu, di masa-masa remaja dulu. Cinta bersemi meski di usia lanjut, apa Bu Arum akan menikah kembali di usianya yang sudah tak lagi muda saat ia begitu dicintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Jadi Nikah?
Ahmad menenteng kresek, ia duduk di samping Izy.
"Nih, bersihin dulu lukanya terus tinggal olesi obat antiseptik nya. Obat ini bagus, mencegah luka terinfeksi dan membuat luka cepat kering."
Izy mengambil kresek dari tangan Ahmad, mulai membersihkan lukanya sendiri. "Makasih."
"Sama-sama. Mereka punya dendam apa sama kamu?"
"Gue pernah nolongin seorang cewek yang digangguin para preman itu, jadi mereka ngincer gue sekarang." Jawab Izy sembari tangannya gesit mengolesi obat ke beberapa luka di lengan dan kaki. Namun Izy kesusahan saat akan mengolesi di lengan bagian atas, perihnya terasa namun lukanya tak terlihat.
"Mau aku bantu?" melihat Izy kerepotan, Ahmad menawari bantuan.
"Ini!" Izy menyodorkan obat antiseptik itu pada Ahmad namun masih dengan suara ketus.
Ahmad tersenyum simpul, tak lama ia selesai mengobati luka-luka di tubuh gadis tomboy itu.
"Pulang yuk." Ajak Ahmad dengan santai membuat mata Izy melebar.
"Pulang kemana? Jangan bilang, ke rumah gue? Luh mau bawa pergi Ibu, kan? Awas ya Luh, berani bawa Ibu dari gue... gue pataaahiin leher Luh!" ancam Izy, gadis itu langsung menarik kerah kemeja yang dipakai Ahmad.
"Eh, Dek! Tenang atuh! Kita bisa bicarakan ini baik-baik!" Ahmad bisa saja melepas cekalaan Izy, namun dia masih berusaha untuk bicara baik-baik.
Izy melepaskan cengkramaan nya, dia pun bangkit dari kursi yang tersedia di depan sebuah toko serba.
"Kita bicara di rumah! Tapi gue harap, Luh jangan bawa Ibu pergi! Gue terlanjur sayang sama Ibu!"
Ahmad menguusaap ujung hidungnya yang tak terasa gatal, ia bingung menjawab Izy karena sebenarnya dia datang mencari Ibunya tanpa memikirkan akan bagaimana ke depannya selain membawa ibunya pulang ke kampung dan Ahmad akan mencari pekerjaan di kampung seraya merawat Bu Arum dan anaknya setelah resmi bercerai.
"Ya, kita bicara di rumah kamu aja nanti." Ahmad pun ikut bangun dari kursi dan keduanya berjalan menuju motor.
Izy gegas mengendarai motornya menuju rumahnya, di ikuti oleh Ahmad di belakang.
Di teras rumah, Pak Agam dan Bu Arum sedang menunggu kedatangan keduanya.
Brrmmmmmmm
Suara motor terdengar, Pak Agam bangun dari kursi di teras. "Alhamdulillah..."
Izy mematikan mesin motor, berjalan ke arah sang Ayah yang langsung mendekap tubuh putrinya.
"Maafin Izy, Ayah. Izy nggak niat macam-macam kok, tadi cuman pengen luapin kekhawatiran Izy aja. Izy takut, Ibu pergi."
Bu Arum mendekat, ia mengelus kepala gadis itu. "Kalau pun Ibu pergi, kita bisa tetap komunikasi Neng. Jangan khawatir Ibu akan lupain Neng Izy... Ibu juga udah sayang sama Neng."
Izy menahan kesedihannya, dia tidak ingin terlihat cengeng di depan Ahmad. Tadi saja dia berkelahi layaknya anak cowok, masa sekarang menangis seperti anak cewek.
"Ayo masuk dulu, kita bicara di dalam." Pak Agam membawa putrinya masuk, Ahmad mendekati Bu Arum dan merangkul bahu ibunya berjalan masuk mengikuti Pak Agam.
Di ruang tengah, Izy mulai bicara ia mengeluarkan keinginannya agar Pak Agam dan Bu Arum bisa menikah dan mereka semua menjadi satu keluarga.
Pak Agam mau tak mau mengiyakan keinginan putrinya itu, lagipula sebenarnya Bu Arum adalah cinta pertamanya. Hanya saja, dulu Bu Arum tidak tahu tentang perasaan Pak Agam.
"Bagaimana Rum, Nak Ahmad. Apa keinginan putri saya, kalian setuju? Kamu mau menikah dengan saya, Rum?"
"Kalau itu, saya sebagai anak menyerahkan sama Ibu. Apa Ibu mau berumah tangga lagi dan menikah dengan Anda, Pak."
Bu Arum menggigiit bibirnya bingung, dia merasa malu dan tak pantas di usianya yang sudah 50 tahun ini menikah kembali. Ia takut orang-orang mengatakan dia wanita tua yang tidak tahu malu.
"S-saya perlu bicara dengan kamu Mas, saya belum bisa memutuskan nya."
"Bu, Izy mohon... Izy udah kehilangan Mama selama tiga tahun. Izy merasa klop sama Ibu saat pertama kali melihat Ibu, karena selama ini banyak wanita yang mendekati Ayah dan Izy nggak suka mereka. Semua wanita itu genit dan Izy tau... mereka mendekati Ayah hanya karena mau harta Ayah. Izy muak, mereka sering berpura-pura baik di depan Izy hanya untuk mendapatkan Ayah."
"Ekhm!" Wajah Pak Agam memerah malu, sebenarnya memang bukan hanya Mita yang sering mendekatinya, namun beberapa klien bahkan relasi bisnis pun sering merayunya. Di usianya yang sudah tak muda lagi, entah apa yang dicari para wanita itu darinya.
Mungkin benar kata Izy, mereka semua mengincar harta Pak Agam! Maklum, Pak Agam adalah Duda kaya.
"Ibu bicara sama Ayah kamu dulu ya." Bu Arum masih belum mau mengiyakan.
"Baiklah," Izy pun pergi dari ruangan dengan wajah lesu, ia pikir Bu Arum pasti akan menolak saat bicara pada Ayahnya.
"Kalau begitu, Ahmad mau ke teras. Mau telepon Teh Yasmin dulu ya Bu, mau kasih kabar kalau Ibu udah ketemu."
"Oh iya, gimana kabar Teteh kamu?"
"Baik, Bu. Teteh sehat."
"Alhamdulillah."
"Ahmad keluar dulu, Bu. Semua keputusan ada di tangan Ibu."
Bu Arum hanya tersenyum.
Sepeninggal Izy dan Ahmad, kini Pak Agam malah salah tingkah ditinggal berdua dengan Bu Arum. Padahal biasanya dia bisa mengendalikan diri, namun entah kenapa karena akan membicarakan tentang hubungan mereka berdua jadinya ia nervous.
Aku sudah tua, kenapa harus gugup? Astaghfirullah, padahal aku sudah pernah berpengalaman pacaran... bahkan menikah!
Begitupun Bu Arum, wajah Bu Arum terus tertunduk tanpa berani menatap Pak Agam.
"Jadi, Rum..."
"Saya takut, kalau Mas Agam mau menikahi wanita tua seperti saya hanya karena desakan Neng Izy. Saya nggak mau Mas Agam terpaksa dan akhirnya nggak bahagia hidup dengan saya."
"Begini Rum, sebenarnya saya mau jujur sesuatu sama kamu. Ini tentang masa lalu kita..."
Bu Arum akhirnya mengangkat wajahnya dan menatap Pak Agam. "Masa lalu kita?"
"Iya. Sebenarnya dulu saat kita berteman, saya suka sama kamu. K-kamu, cinta pertama saya." Ucap Pak Agam sedikit terbata-bata, dia masih merasa gugup.
"Dulu, Mas suka sama saya?" Bu Arum menutup mulutnya, karena dia pun merasakan hal yang sama. Hanya saja, dia sebagai wanita tak berani mengatakan perasaan atau menembak lebih dulu.
"Saya jujur, Rum. Saat orang tua saya bawa saya pergi pindah ke kota, saya sangat sedih harus berpisah dari kamu. Lalu saat saya kuliah semester 3... saya kembali ke kampung untuk menemui kamu setelah kita berpisah selama 4 tahun lebih untuk menyatakan cinta. Saya juga sangat merindukan kamu dan kebersamaan kita berdua. Tapi, saat itu... Kamu sudah punya kekasih, mungkin dia Ayah dari anak-anak mu."
Bu Arum mengangguk, karena dia hanya berhubungan dengan satu pria yaitu almarhum suaminya.
"Itu suamiku, Kang Ilham."
"Saya patah hati dan memutuskan untuk tidak menemui kamu lagi, setelah mendengar kamu akhirnya menikah... saya sempat sedih. Lalu, beberapa tahun kemudian... saya bertemu almarhumah istri saya dan bisa move on dari kamu."
Bu Arum memejamkan mata, kenapa dulu mereka sama-sama suka tapi tak saling mengungkapkan rasa.
"Dulu... s-saya juga sebenarnya suka sama Mas Agam. Mas juga adalah cinta pertama saya." Ungkap Bu Arum malu-malu.
"Apa?!" Pak Agam terkejut.
"Ternyata, dulu kita sama-sama memendam rasa ya Mas." Bu Arum terkekeh lucu.
Pak Agam sumringah, wajahnya tampak berbinar bahagia. Apa iya, akhirnya cinta pertamanya berlabuh juga?
"Yeeeyyyy! Ayah sama Ibu jadi nikah!" ternyata Izy menguping di daun pintu, dia membuka pintu ruangan sambil berteriak.
Ahmad yang tadi ditarik oleh gadis itu agar ikut menguping, terkekeh mendengar dua orang lansia yang sama-sama cinta pertama akhirnya sekarang saling mengungkapkan rasa.
Wajah Pak Agam dan Bu Arum jangan ditanya lagi, wajah keduanya mirip kepiting rebus karena terpegok saling mengungkapkan perasaan yang sudah dipendam sejak dulu.
"Siapa yang mau menikah?!"
Tiba-tiba saja Mita datang, dia mendengar teriakan Izy saat masih berada di luar rumah.