Hanna Humaira, sosok wanita berparas cantik dengan hati tulus yang menaungi.
Di usianya yang kini menginjak usia 23 tahun, ia harus merelakan kebebasan masa mudanya, menjadi sosok single mother untuk putri semata wayangnya yang kini baru berusia 3 tahun, Maura Adira.
Hari-hari bahagia ia lalui bersama putri menggemaskan itu, hingga akhirnya kehidupan nya kembali terusik, saat sosok dari masa lalu itu kembali hadir dalam pertemuan yang tak terduga.
Apa jadinya jika laki-laki itu mengetahui bahwa kejadian malam panas itu membuahkan sosok gadis kecil dan bersikukuh untuk merebutnya?
Mampukah Hanna mempertahankan sang putri atau malah harus terjebak dalam pernikahan dengan laki-laki itu demi kebahagiaan sang putri tercinta?
Happy Reading
Saranghaja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mommy Keunnapa Beullicik?
°°°~Happy Reading~°°°
" Ehmmm... Mohon maaf sekali mba Hanna. Semua warga sudah tidak bisa mentolelir keberadaan mba Hanna di sini, kalaupun saya masih memperbolehkan mba Hanna menetap di sini, saya juga akan egois karena tidak mendengarkan keluhan dari warga. Jadi saya harap, mulai besok pagi mba Hanna di mohon meninggalkan kampung ini... " Sahut pak Budi penuh sesal.
" Pak... Ngapain nunggu besok segala, malam ini saja... Atau kampung ini akan benar-benar di kutuk karena ulah wanita tidak bener ini... " Bu Nurma tak henti-hentinya menyudutkan Hanna, melontarkan hinaan-hinaan itu hingga membabi buta, membuat Hanna pun kian terluka, hatinya bagai di sayat tanpa henti, sakit tak terkira, membuatnya kembali sesak.
" Mba... Saya memiliki putri. Setidaknya... Setidaknya tolong biarkan kami di sini malam ini saja... Putri saya baru saja pulang dari rumah sakit... Keadaannya belum benar-benar pulih... Jika bapak ibu sekalian tidak bisa mengasihani saya, tidak apa-apa. Tapi tolong... tolong setidaknya kasihani putri saya, dia masih kecil... "
Lihat, sudah puaskah mereka melihat bagaimana hina nya ia saat ini, mengemis-ngemis pada orang tak berhati hanya untuk di kasihani. Sungguh Hanna tak ingin menjadi seperti ini, jika di berikan pilihan, ia lebih memilih langsung pergi meninggalkan kampung itu dari pada harus merendahkan dirinya pada orang-orang rendahan itu. Namun, sekali lagi, ini demi Maura, demi Maura, demi gadis kecil yang tak seharusnya melihat ini semua.
" Tidak tidak... Tidak ada lain kali... Pokoknya kamu harus tinggalin kampung ini malam ini juga atau kami akan membakar rumah kamu sekarang juga, biar kamu dan putrimu itu hangus jadi abu sekalian... "
Entah dosa apa yang di perbuat Hanna di masa lalu hingga membuat Hanna mendapatkan perlakuan sekejam ini, membuat tangisnya semakin mengalir deras, tak apa jika mereka membenci dirinya, mengucilkan dirinya, menghina dirinya tanpa perasaan. Namun, setidaknya, setidaknya mereka memiliki sedikit saja belas kasihan pada putri kecilnya, putrinya tak salah apa-apa, gadis kecil itu masih terlalu kecil untuk menerima kebencian dari setiap orang di sekitarnya.
" Maaf mba Hanna... Saya benar-benar menyesal... Tolong anda kemasi barang-barang anda, dan... Tinggalkan kampung ini malam ini juga... " Sahut pak Ahsan sekali lagi, ia tak mungkin bisa menggagalkan aksi para warganya yang sudah kadung tersulut itu, apalagi kini mereka sudah menyiapkan obor di tangannya masing-masing, menandakan bahwa mereka tak main-main dengan rencananya.
" Pak... Tolong... Setidaknya kasihanilah putri saya... Putri saya baru saja tertidur... Kondisinya belum benar-benar membaik... " Mohon Hanna sekali lagi, ia tak dapat membayangkan jika harus kembali mengusik sang putri, membuatnya bingung dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya tengah terjadi.
" Ahhh... Lama sekali wanita ini... "
" Sini... Aku bantu mengemasi pakaian-pakaian butut mu itu... "
Bu Nurma dengan lancangnya kini memasuki rumah Hanna tanpa permisi, bahkan tak segan-segan menciptakan kegaduhan di tengah tidur lelap sang putri. Hingga akhirnya, kekhawatiran Hanna pun kini terbukti, gadis kecil itu mulai mengerjapkan matanya di tengah suara gaduh yang tak henti mengusik indra pendengaran nya.
" Mommyh... Myh... " Bola matanya melirik kesana kemari mencari keberadaan sang mommy, membuat Hanna sontak mendekati sang putri, di rengkuhnya tubuh lemah putri kecilnya itu erat-erat, ia sudah tak perduli pada bu Nurma yang sudah berlaku seenaknya sendiri.
" Shhht... Sayang... Maura... "
Hanna segera mengambil putri kecilnya itu dari kasur lantai miliknya, langsung menggendongnya agar gadis kecil itu kembali terlelap dalam dekapan hangatnya.
" Mommy keunnapa beullicik... " Gumam Maura dengan mata sayu nya, gadis kecil itu benar-benar di landa kantuk yang teramat.
" Tidak apa-apa sayang, Maura bobok lagi ya... "
Namun, seolah tidak ada puas nya mengusik batin Hanna, perempuan itu pun kini mulai mengusik tidur lelap Maura dengan membuat suara gaduh dari baju-baju Hanna yang di lempar-lemparkan nya dengan kasar.
" Nih... Baju-baju kamu, bawa semua... Jangan sampai ada yang tertinggal, kami juga tidak akan sudi untuk memungutnya... " Sahut bu Nurma dengan amarah yang meluap-luap tak terkendali, membuat Maura sontak semakin mengeratkan rengkuhannya, takut tak terkira.
" Mommyh... " Rengek Maura sembari menyembunyikan wajahnya di bahu rapuh sang mommy.
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Yuk bisa yuk, Maura
Mana nih suaranya
Happy Reading
Saranghaja 💕💕💕