Demi untuk menghindari perjodohan dengan seorang juragan tanah oleh pamannya sendiri, Fatimah pergi meninggalkan kampung halamannya, terpaksa meninggalkan sang kakek yang telah membesarkannya dari kecil.
Fatimah beruntung karena sesampainya di kota, dia bertemu dengan nenek yang baik hati yang memintanya untuk bekerja sebagai pengasuh cucunya, Zahra.
Kepribadian dan kecantikan Fatimah rupanya mampu membuat Aditya, majikannya jatuh hati padanya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan seseorang..
Keesokan harinya, berita tentang Fatimah dan Aditya tiba tiba menghilang, tidak ada satu stasiun televisi pun yang kini memberitakannya lagi.
Aditya cukup puas dengan kinerja orang orang kepercayaannya, setelah memastikan bahwa tidak akan ada wartawan yang menunggunya dan mewawancarainya di kantor, akhirnya Aditya berani pergi ke kantor seperti biasa.
Tapi gosip itu sudah terlanjur menyebar, seisi kantor sibuk membicarakan Aditya dan wanita misterius itu
"Wanita itu sungguh cantik " Kata salah satu karyawan.
"Iya, mereka kelihatan serasi" Timpal yang lain.
"Coba lihat mereka kelihatan seperti keluarga yang sangat bahagia"
"Iya, siapa sebenarnya wanita beruntung ini"
"Rasanya sungguh mustahil kalau Pak Aditya akan jatuh cinta pada wanita berjilbab"
"Iya benar, aku tak menyangka, secara para mantannya wanita seksi semua"
"Apalagi mantan istrinya"
"Tapi menurutku lebih cantik wanita berhijab ini dibanding mantan istrinya"
"Ya iyalah, secara mantannya cuma cantik karena makeup, coba lihat deh kalau wanita ini tanpa makeup tapi cantiknya tuh alami"
"Wah kalau aku sih dukung Pak Aditya sama wanita ini, serasi banget"
"Coba lihat deh kelihatan sekali kalau wanita ini sayang sama anaknya Pak Aditya"
"Pak Aditya juga sepertinya suka sama wanita ini "
"Iya, coba lihat, di video ini Pak Aditya sering curi curi pandang melihatnya"
"Iya kamu benar "
Para karyawan sedang berkumpul dan bergosip sambil melihat video itu di layar ponsel, hingga mereka tak menyadari jika Aditya telah berdiri lama memperhatikan dan mendengarkan semua percakapan mereka.
Tiba tiba salah seorang diantara mereka menyadari kehadiran Aditya, dengan segera dia memberi tahu temannya yang lain, sontak mereka semua terlihat kaget dan ketakutan.
Ternyata Aditya tidak marah, dia langsung masuk ke dalam ruangannya. Tak lama disusul sekretarisnya yang memberitahu jadwalnya hari ini.
Sepeninggal sekretarisnya, Aditya buru buru mengeluarkan ponsel miliknya, untuk melihat video yang sedang beredar tentang dirinya dan Fatimah.
Aditya memperhatikan dengan seksama, apa yang dikatakan oleh semua karyawannya tadi memang benar, bahkan dari video tampak tidak jelas karena diambil secara diam-diam ini Fatimah tampak terlihat sangat cantik, lagi lagi Aditya membenarkan apa yang dikatakan para karyawannya tadi, memang Fatimah jauh lebih cantik jika dibandingkan dengan Sherly.
Tiba tiba terdengar suara pintu diketuk.
Seseorang masuk dan berjalan menghampirinya lebih dekat.
"Selamat pagi pak, saya sudah mendapatkan orang yang merekam video Anda dan orang yang menyebarkannya ke internet, mereka orang yang sama pak, ini data pribadinya " Kata asisten pribadinya sambil menyodorkan sebuah map.
Aditya dengan cepat mengambil dan membaca apa yang ada dalam map itu.
"Tim pengacara kita sudah siap untuk melayangkan gugatan pada orang itu " Tambah sang asisten dengan lantang.
"Tidak, tidak perlu, kita tidak akan menuntutnya " Jawab Aditya membuat asistennya heran.
"Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu "
Aditya tidak ingin memperpanjang masalah ini, dia tahu sedang berhadapan dengan seorang wartawan, menuntutnya justru akan menarik kembali perhatian media massa dan juga publik, maka bukannya akan semakin mereda, berita ini akan semakin naik daun.
Aditya yakin lama kelamaan berita ini akan tenggelam dengan sendirinya ditambah stasiun televisi tidak pernah lagi membahasnya.
Sore hari
Aditya memutuskan untuk pulang cepat hari ini, karena semua pekerjaan telah selesai dengan cepat tidak seperti biasanya, Aditya juga tidak betah berlama-lama diam di kantor mengingat ada saja karyawannya yang diam diam masih membicarakan dirinya.
Aditya melajukan kendaraannya dengan sedikit cepat, dia terlihat ingin segera sampai dirumah, entah mengapa akhir akhir ini dia lebih betah dirumah tidka seperti biasanya.
Di rumah.
Kedatangannya disambut oleh Zahra yang berjingkrak senang.
"Tumben nak masih sore tapi sudah pulang " Tanya nenek heran.
"Pekerjaan di kantor hari ini sedang tidak banyak nek, aku juga sedang ingin bermain bersama Zahra " Jawab Aditya sambil terus mencium dan memeluk Zahra berkali kali.
"Kebetulan kalau begitu, kamu bisa menjaga Zahra sebentar karena Fatimah sedang kedatangan tamu " kata nenek.
Aditya terlihat kaget sekaligus dibuat penasaran dengan tamu Fatimah.
"Zahra, main sama papah dulu ya, nenek akan masuk dulu ke kamar " kata nenek sambil beranjak bangun dari duduknya dengan dibantu oleh bik Minah yang selalu setia berada di sampingnya.
Aditya semakin dibuat penasaran terlebih dia mengetahui jika tamu yang datang menemui Fatimah adalah seorang pria, dan mereka sedang berbicara di taman belakang rumah.
Rasa penasaran Aditya tidak tertahankan lagi, dengan berpura pura mengajak Zahra bermain, mereka pergi ke halaman belakang.
Aditya melihat Fatimah dan tamunya sedang duduk dan mengobrol di bangku taman dengan berjauhan, Aditya mengerutkan keningnya melihat Fatimah yang rupanya sedang menangis terisak.
Cukup lama Aditya memperhatikan hingga akhirnya Fatimah menyadari bahwa tuannya yang memperhatikan, segera dia beranjak dari duduknya, menyeka air matanya. Tamunya pun ikut terbangun dan menganggukkan kepalanya kepada Aditya.
"Baiklah, aku pergi dulu Fatimah " Pria itu berpamitan.
Fatimah mengangguk.
"Simpan nomor ponselku "
"Iya " Jawab Fatimah pelan.
Setelah tamunya pergi Fatimah segera menghampiri Aditya yang masih menggendong Zahra.
"Nona, mari kita mandi dulu." Ajak Fatimah.
Zahra mengangguk.
Fatimah mengambil Zahra dari gendongan ayahnya.
"Siapa dia?" Tanya Aditya tiba tiba tak kuasa memendam rasa penasarannya.
Fatimah kaget mendengar pertanyaan tuannya mungkinkah dia telah marah karena dirinya yang telah menerima seorang tamu lelaki.
"Teman saya dikampung tuan, dia mengetahui saya disini karena berita itu " Jelas Fatimah dengan suara pelan sambil menggendong Zahra dan wajah yang menunduk, kemudian pergi meninggalkan Aditya yang terlihat masih ingin mengajukan pertanyaan.
Dengan perasaan yang dongkol, Aditya kemudian berjalan memasuki kamarnya.
"Kenapa rasanya aku sangat kesal " Gumam Aditya.
Aditya menghempaskan tubuhnya pada tempat tidurnya, perasaannya semakin tak menentu, berbagai pertanyaan berkecamuk di hatinya, mengenai siapa sebenarnya tamu itu, apa hubungan diantara keduanya dan kenapa Fatimah tadi menangis.
Sementara Fatimah segera memandikan Zahra, walaupun begitu pikirannya dipenuhi dengan kedatangan Angga.
Fatimah mengingat kejadian tadi sore, bik Minah memanggilnya karena ada seseorang yang datang mencarinya, tentu saja Fatimah kaget karena dia tidak mengenal seorang pun di kota ini.
Perlahan Fatimah berjalan keluar rumah, dilihatnya ada seorang laki-laki yang berdiri membelakanginya. Tiba tiba laki laki itu berputar menghadap ke arah Fatimah.
"Kak Angga..." Fatimah terlihat kaget.
"Fatimah, apa kabar? " Tanya Angga dengan wajah yang berseri-seri.
Karena merasa tidak enak jika mengajak Angga masuk ke dalam rumah, maka Fatimah mengajak Angga untuk mengobrol di taman saja.
Ternyata Angga mengetahui keberadaan Fatimah dari berita di televisi yang kemarin sempat heboh, Angga mengetahui kalau kabar itu tidak benar, karena memang Angga sudah mengetahui bahwa Fatimah sedang berada di kota dan bekerja sebagai pengasuh anak dari Ayu.
Angga bercerita kalau selama ini dia mencarinya setelah mendapat kabar bahwa Fatimah kabur ke kota untuk menghindari perjodohannya dengan juragan Jarwo.
Angga merasa bersyukur karena berkat berita di televisi itu, akhirnya dirinya bisa mengetahui keberadaan Fatimah sekarang.
"Kamu betah kerja disini " Tanya Angga.
Fatimah menganggukan kepalanya.
Keduanya berbicara dengan saling menundukkan kepalanya, walaupun Angga sangat ingin melihat wajahnya, tapi dia tahu Fatimah tidak akan menyukainya, dia sangat hafal betul jika Fatimah sangat menjaga pandangannya dari lelaki yang bukan mahramnya.
"Alhamdulillah kak, Fatimah merasa seperti menemukan keluarga yang baru, semua orang disini baik sekali " Jawab Fatimah sambil tersenyum tanpa memandang wajah Angga.
"Syukurlah, aku senang mendengarnya " Jawab Angga senang.
"Fatimah, sudah tiga tahun kita tidak bertemu, maafkan aku, aku bekerja sambil kuliah, karena itulah aku tidak pernah pulang kampung "
"Aku mengerti kak " Jawab Fatimah pelan.
Mereka terdiam beberapa saat.
"Fatimah, apa kamu menungguku ?" Tanya Angga mengejutkan Fatimah.
Fatimah terdiam tidka menjawab.
"Aku harap kamu menolak perjodohan itu karena kamu menungguku " Lanjut Angga penuh harap.
"Tunggulah disini sebentar lagi saja, setelah itu aku akan menjemputmu, kita akan kembali ke kampung bersama, aku akan melamar kamu di hadapan kakek dan pamanmu "
Fatimah semakin menundukkan kepalanya, tanpa terasa air mata mengalir di pipinya.
"Jangan menangis Fatimah, karena itu akan membuatku sedih "
"Maafkan aku yang telah membuatmu menungguku dengan lama, seandainya aku segera kembali ke kampung, mungkin kamu tidak akan mengalami ini semua "
Keduanya terdiam sesaat.