Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. terpeleset
'aku harus bangkit, benar kata Adel Mommy lebih hancur dariku seorang Al tidak boleh lemah harus bangkit.' batin Al.
Adel menarik tubuh Al memposisikannya agar tidur di pahanya, dia mengusap Rambutnya sampai Al kembali terlelap.
"Tidurlah, dirimu tidak boleh kurang tidur, mimpikan saja aku agar kamu tidak ketakutan." Gombal Adel.
" Jangan harap, kau lebih menakutkan tau..!" Jawab Al dengan mata terpejam.
Geplakk..
"Aku bukan sejenis macan, cuman lebih ke gorila aja." Ucap Adel.
Adel memukul bahu Al dengan sedikit keras, Al meringis kesakitan namun dia menyembunyikan senyumnya dari Adel kemudian dengkuran halus terdengar dari mulutnya. Adel tidak langsung tidur, dia bertanya-tanya di dalam benaknya penasaran dengan siapa wanita yang di maksud oleh suaminya itu.
"Siapa wanita itu? Kenapa dia mengancam Al? Makin kepo ya makin pusing juga ternyata. " Tanya Adel pada dirinya sendiri.
Karena tidak mau mati penasaran, Adel pun ikut menyusul Al ke alam mimpinya.
Di sebuah taman Adel sedang berjalan menyusuri bunga-bunga yang bermekaran di sekitar taman, saat sedang asyik berjalan Adel melihat kursi, ia berjalan mendekati kursi tersebut lalu duduk tak lama kemudian ada pria paruh baya yang menghampirinya.
" Bolehkah aku ikut duduk disini bersamamu Adel?" Tanyanya.
'****darimana dia tahu namaku****?' batin Adel.
"Silahkan, Tuan. Kalau mau duduk mah tinggal duduk aja, kalau mau nongrong juga silahkan." Ucap Adel.
Adel melihat wajah pria paruh baya tersebut, wajahnya sangat mirip dengan Al namun versi tuanya. Pria tersebut mengulum senyumnya mendengar ucapan Adel yang terkesan lucu, pribadinya yang memang pas di sandingkan dengan Albert.
"Kau pasti bertanya kenapa wajahku mirip dengan suamimu? Dan tahu namamu?" Tebaknya.
"Anda tahu suamiku?" Tanya Adel.
Pria tersebut tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, dia mengusap rambut Adel dengan sayang.
"Tentu aku tahu, dia adalah anakku, Albert satya wiguna. Anak pertamaku bersama wanita yang ku cintai yaitu Indah, namun sayang sekali Tuhan memanggilku untuk kembali padanya." Jawab Wiguna.
"Jadi, Anda Tuan Wiguna?" Tebak Adel.
"Benar, aku Adalah wiguna, Daddy dari Al yang saat ini sah jadi suamimu, aku datang padamu hanya ingin menitipkan pesan untuk anakku, tolong kau jaga dia dan katakan padanya kalau aku sudah tenang disini, jangan menyalahkan diri sendiri karena bukan dia penyebab kematianku, orang lainlah yang sudah merencanakan semuanya." Jelas Wiguna.
"Akan aku sampaikan Papa mertua, aku juga akan berusaha semampuku untuk membantu suamiku sembuh, tapi siapa orangnya yang dengan teganya melakukan semua itu? Emangnya gak ada kerjaan apa? bikin susah orang aja." Tanya Adel sambil ngedumel.
Wiguna tak menjawabnya dan hanya menanggapi ucapan Adel dengan senyuman, dia memegang tangan Adel dan perlahan tubuhnya menghilang dari pandangan Adel. Adel berteriak memanggil Wiguna, namun nihil dia tak mendapati mertuanya itu kembali.
Adel kembali terbangun, dilihatnya Al masih tertidur pulas di pangkuannya.
"Ternyata hanya mimpi." Gumam Adel mengusap wajahnya, ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sambil mengatur nafasnya.
Adel megambil hp nya lalu melihat jam yang sudah menunjukkan waktunya sholat subuh, dia membangunkan Al untuk ikut sholat bersamanya.
"Al bangun, kita sholat subuh dulu." Ucap Adel menepuk pundak Al.
"Emmm." Sahut Al yang masih enggan membuka matanya.
Adel menurunkan kepala Al, dia turun dari kasur lalu menyingkap selimut yang di pakai Al. Sesuai dugaannya, kasurnya kembali basah oleh keringat dan juga Al yang kembali buang air kecil di kasur setiap dia bermimpi buruk, dengan malas Al membuka matanya yang langsung di pangku oleh Adel untuk duduk di kursi roda. Adel mendorong kursi roda masuk ke kamar mandi melepas pakaian Al dengan menutup matanya, setelah memastikan semuanya selesai, dia keluar dari kamar mandi melepaskan sprei dan juga selimut mengambilnya lalu menyimpannya di keranjang pencucian, Adel keluar dari kamar kemudian menaiki tangga kamar Al mengambilkan pakaian untuk suaminya.
Jika ada yang bertanya kenapa gak pakai pampers? Kateter, atau perlak? Jawabannya adalah, memakai pampers dan juga perlak itu panas, memang untuk yang melihatnya terlihat biasa saja. Akan tetapi Albert menolaknya dan lebih baik membayar orang untuk mengganti spreinya.
Setelah mendapatkan pakaian untuk Al, Adel turun kembali menyusuri tangga, namun di tangga terakhir dia terpeleset dan beruntungnya dia langsung berpegangan guna menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
"Aaahhh... Hampir aja," Ucap Adel menyeimbangkan tubuhnya.
Adel melihat tangga yang sudah di beri minyak diatasnya, Pak Ahmad melihat kejadian dimana adel hampir terpeleset pun langsung mendekatinya.
"Orang yang mau mencelakaiku berarti dia menantang maut padaku, lihat saja..! Takkan ku biarkan dia lolos." Desis Adel.
"Nona, anda tidak apa-apa?" Tanya Pak Ahmad cemas.
"Tidak apa-apa, paman tolong suruh pelayan untuk membersihkan minyak ini, aku takut nanti ada korban lagi setelahnya, aku mau memberikan baju ganti untuk suamiku." ucap Adel.
"Syukurlah jika tidak apa-apa, nanti aku akan menyuruh pelayan untuk membersihkannya, eh tunggu dulu..! Bukannya kamar Tuan muda di atas? Tapi kenapa sekarang Nona mau membawa baju ganti ke bawah?" Tanya pak Ahmad.
"Oh iya hampir lupa, semalam ada yang meneror kamar Bebeb Al dan melempari kaca dengan batu yang di bungkus dengan kertas, sekalian saja aku minta pak Ahmad untuk mengganti kacanya, untuk sementara kami tidur di kamar tamu." Jelas Adel.
"Apa ada yang terluka? Bagaimana keadaan Tuan muda, apa dia baik-baik saja?" Cecar pak Ahmad panik.
Adel menggelengkan kepalanya, Pak ahmad menghela nafasnya lega. Adel pamit memberikan baju ganti kepada Al, sedangkan Pak Ahmad memanggil pelayan untuk membersihkan minyak yang ada dia atas tangga terakhir.
"Sial, gagal lagi rencanaku." Ucap seseorang mengintip di balik tembok.