"kalau udah besar nanti, kamu mau kan jadi istri aku?" tanya davian kecil (7thn) menyerahkan cincin yang ia buat dari akar pohon pada dara
"iya, aku mau" dara kecil (6thn) tersenyum memandangi jari manis nya yang sudah tersemat cincin akar buatan davian
******
"Lo sengaja ya, deketin bokap gue, buat morotin harta nya?" davian (18thn)
"kalo om Rama mau, gue sih gabisa nolak. karena secara gak langsung, om Rama itu penolong hidup gue" dara (17thn)
"ajgg!! gue gak Sudi punya nyokap tiri kayak Lo!" davian (18thn)
.......
start : 21 Des 2024
finish : ???????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BabyZee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
nomor tidak di kenal
Dara termenung sepanjang jalan menuju rumah Davian, sebelumnya dia mendapat pesan dari Rama jika Raffi masih berada di rumah beliau.
Maka dari itu pulang dari kantor ia pergi kesana bermaksud untuk menjemput putra nya.
selama perjalanan, kepala nya tidak berhenti memikirkan apa yang telah di sampai kan Reza padanya tadi siang
Dara berusaha menenangkan diri, bagimana pun keadaan nya, ia harus tetap bertahan, karna kini hidup nya bukan hanya tentang dirinya saja, ada raffiandra yang harus ia jaga, meski nyawa sekalipun yang menjadi taruhan nya.
Dara menghela nafas sebelum keluar dari mobil nya, mencoba menghilangkan gemuruh di hati nya.
Sebisa mungkin ia harus bisa menutupi ketakutan nya, di depan rama dan juga Raffi.
Deb
setelah menutup pintu mobil, dara berjalan pelan menuju pintu utama mansion Davian.
Ia sudah sangat rindu dengan putra nya, kira-kira Raffi marah tidak ya karna kemarin malam dara tidak datang menjemput nya kesini.
"bunda..." seru Raffi saat melihat presensi ibunya yang berjalan memasuki rumah.
"halo sayang.. Maaf ya, bunda baru jemput sekarang" ucap nya setelah mengecup singkat puncak kepala Raffi
"Gapapa bunda, api seneng main disini sama opa.." dara tersenyum melihat wajah ceria sang putra, tangan nya terulur merapikan rambut Raffi yang sedikit menghalangi di kening nya
"terus, opa nya kemana sekarang?" dari awal masuk, dara melihat lihat di sekitar ruangan itu, tidak ada siapapun disana, hanya ada putra nya yang sedang bermain Lego
"opa lagi bikin susu buat api.." dara menghela nafas mendengar jawaban Raffi, merasa bersalah dengan ayah Davian itu.
Ternyata menitip kan Raffi disini bukan pilihan yang tepat, itu semua hanya membuat beban untuk Rama saja.
"api.. Kata bunda kan jangan nyusahin opa, api gak ingat pesan bunda ya?" dara berdiri hendak menyusul Rama ke dapur, namun langkah nya terhenti saat Rama sudah kembali ke ruang tengah dengan segelas susu dan cemilan di atas nampan
"Loh.. nyusahin apa dara? Malah papa seneng ada Raffi di sini, jadi papa ada temen buat main.." Rama tersenyum mendengar perkataan dara, bagaimana bisa calon menantu nya berfikir seperti itu.
Sedangkan kalo boleh, ia akan meminta Raffi untuk tinggal disini, agar dirinya tidak kesepian lagi, mengingat Davian yang sudah mulai sibuk kembali dengan perusahaan nya
"maaf ya pah.. kemarin ada hal mendesak, makanya dara gabisa kesini jemput Raffi.." dara meraih tangan Rama lalu mencium nya seperti biasa
"gapapa dong.. Kalo bisa, Papa mau minta Raffi tinggal disini, buat nemenin papa, atau kalo kamu ga keberatan, kamu juga tinggal disini lagi aja, biar rumah ini jadi rame kaya dulu.." ujarnya antusias, sungguh ia sangat berharap dara menerima tawaran nya ini.
karna semenjak dirinya bertemu Raffi, Rama merasa kesehatan nya semakin membaik, ada rasa ingin hidup lebih lama lagi, agar bisa melihat cucu-cucu nya tumbuh hingga dewasa nanti
"Dara gabisa pah, nanti yang ada makin nyusahin papa sama davian.." ia menggeleng pelan, bukan maksud ingin menolak kebaikan Rama, tapi memang dirinya tidak ingin berhubungan lagi dengan kehidupan Davian
"Ck! Nyusahin apa? Kan sebentar lagi kamu juga mau nikah sama Davi, masa iya kalian tega mau ninggalin papa" Rama merengut, benar-benar menyedihkan jika harus menghabiskan masa tua nya sendirian
"M-maksud nya...." dara tergagap, lupa jika Davian sudah melamar nya di depan Rama dan putra nya, tapi masa iya dia harus bilang jika dirinya tidak benar-benar akan menikah dengan cowok itu
"Dara akan tinggal disini kok pah, tapi nanti kalo udah nikah sama Davi.." bukan dara yang menjawab, namun Davian yang ntah sejak kapan sudah berada di belakang gadis itu
"iya kan, sayang?" tanya Davian merangkul mesra bahu dara
"H-hah?!"
''*iyain aja dulu*..'' bisik nya di telinga gadis itu.
"I-iya pah.. Nanti dara sama Raffi pindah kesini.. " ucap dara terpaksa dengan sebelah tangan mencubit pinggang Davian membuat cowok itu meringis sakit
"hhh... Kalo gitu, kalian percepat aja pernikahan nya.." celetuk Rama membuat dara menyesali ucapan nya tadi
'*yes*!!' sorak Davian dalam hati.
"siap, pah! Ini Davi lagi usaha kelarin deadline bulan ini, biar bulan depan gak terlalu banyak kerjaan juga, biar bisa fokus sama acara pernikahan kita" Davian mengerling nakal pada dara yang sudah menatap sengit ke arah nya
"wah... Bagus kalo gitu, papa juga mau bantu siapin keperluan pernikahan kalian, biar bisa lebih cepet lagi" ujar nya begitu semangat
Dara mendudukkan diri nya di sofa, tubuh nya lemas seketika mendengar perkataan Rama barusan
Kalau sudah begini, ia juga tidak bisa menolak bukan?
"Bunda, api mau nginap disini lagi boleh?" Raffi menoleh pada dara yang bergeming di samping nya, entah apa yang sedang bunda nya pikirkan
"terserah kamu aja.." dara mengelus rambut Raffi, Davian pun ikut mendudukkan diri di samping Raffi, mengecup singkat pipi putra nya
"tidur nya sama ayah ya?" tanya Davian menatap melas pada Raffi, ia sangat ingin sekali merasakan tidur dengan seorang anak dan istri, itu pun jika dara nya mau.
Kalau tidak mau pun tidak apa-apa, dengan Raffi saja sudah cukup bagi nya. ia hanya perlu bersabar sedikit lagi sampai gadis itu sudah resmi menjadi istri nya
"tapi, api mau nya sama bunda.." kata Raffi memeluk dara, kepala nya mendongak menatap ibunya
"kalau gitu, tidur nya bertiga berarti" celetuk Davian, sukses mendapat tampolan dari Rama
"jangan macem-macem kamu Davi!" Davian nyengir mengusap kepala nya yang kena pukulan dari sang ayah
"apaan sih pah, tidur doang juga.."
dara menggeleng kan kepala melihat kelakuan cowok itu, dalam hati ia berdoa semoga Raffi tidak menuruni sifat dari ayah nya
\#\#\#\#\#\#
Drrtttt...
Dengan malas Dara meraih ponsel nya di atas meja , baru saja dirinya akan terlelap, namun panggilan di ponsel kembali membangun kan nya
"halo.." sapa dara tanpa melihat nama si pemanggil
"........"
Dara mengernyit saat tidak mendengar jawaban apapun dari sebrang telpon, matanya melirik layar ponsel, ***nomor tidak di kenal***
"Ck! orang iseng"
tut
Ia memutus panggilan nya, lalu mematikan ponsel sebelum kembali tidur
.....keesokan hari nya
Seperti biasa dara selalu bangun lebih awal, dirinya memutuskan untuk membuat sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat
dara terlalu fokus dengan kegiatan nya yang tengah memasak, tidak sadar dengan presensi seseorang yang sudah berdiri di belakang nya
grebb
"pagi sayang.." bisik Davian memeluk dara dari belakang
"pernah di tampol pake teplon ngga?" dara mencoba menormalkan detak jantung nya, sialan sekali cowok ini, pagi-pagi udah bikin orang jantungan saja, setengah mati dara menahan diri agar tidak memaki Davian, karna tidak enak jika terdengar oleh Rama
"pernah, yang belum pernah mah di tampol pake bibir.." ujar nya enteng mengendus harum rambut gadis itu
"lepas ih!" dara menyentak lengan Davian yang melingkar di pinggang nya
"jangan galak-galak dong sayang, kasian anak kita kalo harus liat mama papa nya ribut terus tiap hari.." Davian merajuk menempelkan dagu nya pada bahu dara
"mama papa mata Lo?!!" dara menyentak bahu nya menodong Davian dengan spatula, mood memasak nya benar-benar sudah hilang gara-gara ulah cowok itu
"bunda.. Jangan pukul ayah" Raffi berlari memeluk kaki dara, mencoba menengahi pertengkaran di antara mereka
Dara semakin jengkel melihat satu sudut bibir Davian terangkat seolah tengah mengejek nya
"kamu udah mandi sayang?" tanya dara menatap Raffi yang masih memeluk kaki nya
"udah.." bukan Raffi yang menjawab, tapi Davian dengan senyum tengil nya
"tunggu di meja makan sama opa, bentar lagi sarapan nya jadi, oke?" Raffi mengangguk, lalu meraih tangan Davian mengajak nya untuk duduk bersama di meja makan
"ayo ayah, jangan ganggu bunda.." seru Raffi menarik tangan Davian
"oke sayang.." jawab Davian dengan riang.
........
Silahkan tinggalkan jejak kalau suka..
Happy reading...