"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Long Distance Relationship
..."Together forever, never apart, maybe in distance but never at heart." ~Elvan...
Celia masih enggan untuk bangun, ia justru kembali menyandarkan kepalanya didada Elvan.
"Ayo bangun, nanti terlambat," ucap Elvan.
Celia mendongakkan kepalanya dan menatap Elvan, "Kamu menyuruh aku pergi? Memangnya kamu akan baik-baik saja jika aku pergi?"
Elvan menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum. "Nggak apa-apa. Aku ngerti. Lagipula kita bukan ABG yang baru jatuh cinta, kita ini sudah sama-sama dewasa, jadi tidak masalah," jawab Elvan sambil mengusap rambut panjang Celia.
Celia mengerutkan dahinya, "Sejak kapan kamu punya pemikiran seperti itu? Perasaan waktu itu kamu ngomongnya kayak ABG banget. Inget nggak kamu pernah ngomong kayak gini, "Kamu harus selalu ada disisiku, selalu menemaniku, dan tidak boleh meninggalkanku," Celia menirukan ucapan Elvan.
Elvan tertawa ringan, "Itu dulu, tapi sekarang aku sadar, aku tidak bisa egois dan tidak bisa memaksamu untuk tetap tinggal disini. Maaf... " Elvan menjeda ucapannya.
"Maaf jika waktu itu aku banyak mengecewakanmu, dan maaf aku terlalu memaksamu, maaf juga karena aku belum bisa membahagiakanmu. Dan satu lagi, Maaf ya kita harus LDR-an dulu," ucap Elvan sambil menatap wajah Celia.
Celia tertegun mendengar ucapan Elvan, "Apakah kamu sungguh-sungguh ingin menjalani hubungan ini? Long distance relationship, as a Lover, this not easy."
Elvan mengangguk dan mengacak-acak puncak kepala Celia. "Aku yakin kita bisa menjalaninya, aku ingin kita mencoba sama-sama. Seenggaknya kamu tetap punya alasan untuk kembali kesini."
Celia mengerucutkan bibirnya, "Harus aku yang kesini ya?" tanya Celia.
"Of course not baby, I definitely will come to you. I will miss you," Elvan berbisik di telinga Celia. Celia tersenyum dan membenamkan wajahnya di dada bidang milik Elvan. "It feels so comfortable," ujar Celia.
Setelah sekian lama sendiri dan merasa hampa. Kini Celia merasa bahwa ia memiliki seseorang yang benar-benar menyayanginya. Celia merasa dicintai dan kehadiran Elvan membuat dia melupakan semua bebannya.
Tok! Tok! Tok!
"Celia! Ini aku, buka pintunya!" teriakan Lily terdengar dari balik pintu.
"Itu temanmu, cepat buka," ucap Elvan pada Celia yang masih berbaring disisi tubuh Elvan.
"Kenapa dia harus datang di saat seperti ini, dia itu selalu saja menggangguku," ucap Celia. Celia masih bermalas-malasan di tempat tidur.
"Cepat buka, nanti dia marah," Elvan mendorong tubuh Celia. Celia akhirnya bangun dan membuka pintu.
Begitu pintu terbuka, Lily langsung memindai penampilan Celia dari ujung kepala hingga ujung kaki, yang terlihat masih sama seperti kemarin.
"Kamu belum bersiap-siap? Pesawat kita ini jam dua belas Celia," ujar Lily dengan wajah yang terlihat kesal. Lalu menoleh ke arah Elvan, "Kamu masih disini? Tolong keluar! Dia harus ganti baju dan bersiap-siap," ucap Lily dengan nada sedikit memerintah.
"Kenapa aku harus keluar? Kalau mau ganti baju ya tinggal ganti," jawab Elvan acuh. Membuat Lily semakin naik pitam.
"Tristan!" Lily berteriak memanggil nama Tristan. Tristan menyembulkan kepalanya dari balik pintu, dan melambaikan tangannya kepada Elvan, supaya Elvan keluar. Tapi Elvan masih duduk santai di atas tempat tidur.
"Jika dia tidak keluar, aku pastikan kamu nggak bakalan ketemu dia lagi!" ucap Lily pada Celia. Celia membolakan matanya dan langsung menarik Elvan untuk keluar dari kamar.
Satu jam kemudian, mereka sudah siap untuk pergi ke bandara. Celia menarik kopernya dan berjalan keluar dari hotel, ia tersenyum begitu melihat Elvan. Elvan menghampiri Celia, dan mengambil alih koper dari tangan Celia, lalu memasukkan koper ke dalam bagasi. Dan membuka pintu mobil untuk Celia. Celia duduk di kursi belakang, dan Elvan hendak masuk, tapi Tristan menahannya.
"Duduk di depan dan bawa mobilnya. Mobil ini cuma muat untuk berempat. Jika kamu ikut, Sopir kita terpaksa tidak ikut, dan tidak ada yang mengemudi. Jadi, semua keputusan ada di tangan kamu," ujar Tristan sambil mengulurkan kunci mobil kepada Elvan.
"Kenapa bukan kamu saja yang menyetir?" tanya Elvan.
"Aku malas," jawab Tristan santai.
Elvan mencebik dan menyambar kunci mobil dari tangan Tristan.
Tristan terkekeh, lalu bertanya pada Elvan, "Mana kunci motor kamu?"
"Kunci motor? Untuk apa?" Elvan balik bertanya.
"Kasih ke pak Sopir, biar dia yang bawa motor kamu, nanti setelah mengantar kita, kamu bisa langsung pulang pakai motor. Biar pak Sopir yang bawa pulang mobilnya," jelas Tristan sambil menoleh ke arah pak Sopir. Pak Sopir mengangguk.
Elvan melirik ke arah Pak Sopir "Memangnya dia bisa naik motor sport?" tanya Elvan dengan nada meremehkan.
Tristan menghela nafasnya, sementara Lily dan Celia terkekeh saat mendengar ucapan Elvan.
"Dia itu bukan sembarang sopir, dia itu salah satu bodyguard kita, dia serba bisa, jadi cepat berikan," Tristan mulai kehilangan kesabarannya.
Elvan memberikan kunci motornya pada Tristan, lalu duduk di kursi kemudi dan melajukan mobilnya menuju bandara.
Setibanya di bandara, Elvan memberikan koper milik Celia kepada Tristan. Sementara Elvan menggenggam tangan Celia. Keduanya berjalan beriringan memasuki bandara I Gusti Ngurah Rai.
"Aku harus pergi sekarang," ucap Celia setelah melihat penunjuk waktu yang ada di pergelangan tangannya.
Elvan mengangguk, dan semakin mempererat genggaman tangannya.
"It's okay, I will call you later," ucap Celia. Celia mengusap punggung tangan Elvan.
"Bolehkah aku memeluknya?" Elvan menoleh ke arah Lily. Lily memutar bola matanya, tanpa berkata apa-apa. Tristan hanya terkekeh.
Celia merentangkan kedua tangannya, Elvan mendekat, lalu keduanya saling memeluk satu sama lain.
"See you soon," ucap Celia setelah melepas pelukannya.
"See you," Elvan tersenyum melihat Celia yang berjalan mundur dengan melambaikan tangannya.
*******
Setelah mengantar Celia ke bandara, Elvan langsung pulang ke rumah neneknya. Begitu Elvan masuk, Elvan langsung di panggil oleh neneknya, "Elvan, cepat kesini."
Elvan menghampiri neneknya yang sedang duduk di ruang tamu bersama seorang wanita seumuran Elvan.
"Nadira, kenalin ini cucu laki-laki nenek, namanya Elvan," ucap Nenek sambil tersenyum.
Wanita yang di panggil Nadira itu tersenyum, lalu "Hi, aku Nadira," ucapnya sambil mengulurkan tangan.
Elvan menatap neneknya tanpa ekspresi, lalu beranjak menuju ke kamarnya, tanpa membalas uluran tangan Nadira.
Melihat tingkah Elvan, nenek langsung meminta maaf pada Nadira dan mengejar Elvan. Nenek masuk kedalam kamar Elvan, "Apa kamu tidak bisa bersikap lebih sopan kepada seorang wanita?" tanya Nenek.
"Apa maksud nenek?" Elvan balik bertanya.
"Temui Nadira, dia cantik, baik, seorang dokter, dan tentunya berasal dari keluarga baik-baik. Nenek harap kamu mengerti apa maksud nenek."
"Apa dia wanita pilihan nenek? Lalu bagaimana dengan wanita pilihan Elvan?"
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”