My Love My Baby Sitter
"Tidak mungkin malam ini aku tidur di masjid lagi, apa yang harus kulakukan sekarang " Pikir Fatimah sambil membuka isi dompetnya.
Dilihat uang yang berjejer didalamnya tinggal sedikit membuatnya menghela napas panjang. Fatimah lalu berdiri mencoba membenahi kerudungnya dan segera mengambil tasnya.
Perlahan Fatimah berjalan pergi meninggalkan mesjid tempat dia melaksanakan shalat Dzuhur, itu adalah masjid kelima yang ia singgahi sesampainya di kota ini.
Fatimah berjalan menyusuri jalan trotoar, tak jauh dari sana, dia melihat sebuah taman bermain yang dipenuhi anak anak yang sedang bermain dengan riangnya di bawah rindangnya pohon besar yang menaungi mereka dari teriknya sinar matahari siang itu.
Fatimah berdiri sejenak, mendengar suara anak yang sedang bermain dengan riangnya membuatnya sedikit terhibur, dia berjalan menuju sebuah bangku taman yang berada tak jauh dari sana, Fatimah berniat untuk beristirahat sejenak, namun kemudian dia melihat seorang nenek tua yang juga sedang mengarah ke bangku yang sama.
Nenek itu tampak kelelahan berjalan dengan tergopoh-gopoh.
"Nenek, mari saya bantu " kata Fatimah sambil memegang tangan nenek dan dipapahnya berjalan menuju bangku taman.
"Terima kasih nak " Kata nenek sambil terus menatap dengan takjub Fatimah.
"Iya Nek " jawab Fatimah tersenyum manis.
Fatimah duduk di samping nenek.
"Kamu dari mana dan mau kemana Nak ?" Tanya nenek menunjuk tas yang dibawa oleh Fatimah.
Fatimah tersenyum mendengar pertanyaan nenek.
"Saya dari kampung Nek, tapi tidak tahu akan kemana " Jawab Fatimah masih tetap memberikan senyuman manisnya kepada Nenek.
Nenek mengerutkan keningnya.
"Kenapa bisa seperti itu ?" Tanya nenek heran.
Fatimah tersenyum.
"Saya kabur dari kampung nek "
Nenek tersentak mendengar jawaban Fatimah.
Akhirnya Fatimah menceritakan semuanya secara detail, bercerita tentang sebab musabab dirinya sampai harus meninggalkan kampung halamannya.
Rupanya Fatimah terpaksa kabur karena akan dinikahkan paksa oleh pamannya sendiri kepada seorang juragan tanah, karena itu atas persetujuan kakeknya Fatimah terpaksa kabur meninggalkan kampung halamannya demi untuk menghindari pernikahan itu.
Kakeknya dan tentu saja Fatimah sendiri tidak ingin menikah dengan lelaki pilihan pamannya, karena bukan hanya karena usianya yang sudah tua, Fatimah bahkan akan dijadikan istri ketiga olehnya, namun pamannya tetap bersikukuh dan memaksa Fatimah untuk mau menikah dengannya, tujuannya sudah tentu karena juragan itu akan memberinya uang yang banyak.
Bukan tega Fatimah meninggalkan kakek yang selama ini mengasuh dan membesarkannya semenjak kedua orang tuanya meninggal ketika Fatimah masih berumur 5 tahun karena kecelakaan mobil, karena dalam hati terdalamnya Fatimah sungguh sangat bersedih meninggalkan kakek yang amat sangat disayanginya, apalagi dia harus pergi jauh tanpa tahu kapan harus kembali, namun kalau saja dia tidak pergi dari kampungnya saat ini, sudah pasti dirinya kini sudah menjadi istri juragan tanah itu.
Bukan juga berani Fatimah pergi ke kota yang baru pertama kalinya dia menginjakan kakinya di sini, bahkan tanpa arah dan tujuan dan bekal seadanya.
Tanpa terasa nenek meneteskan air matanya ketika mendengar semua cerita Fatimah, nenek memeluk Fatimah yang duduk disampingnya, Nenek tak sanggup lagi memberikan banyak pertanyaan atau berkata apapun karena cerita Fatimah cukup dia dimengerti olehnya.
"Kamu ikut nenek saja, mau kan ? " tanya nenek sambil melepas pelukannya dan memandang Fatimah penuh harap.
"Kamu bisa bantu nenek merawat cucu buyut nenek " Kata nenek sambil menunjuk seorang anak gadis kecil yang sedang asyik bermain ayunan.
"Namanya Zahra, umurnya 4 tahun, dia putri dari cucu laki laki nenek satu satunya " Jelas nenek lagi.
Mendengar itu tentu saja Fatimah merasa senang, selain dia akan mendapatkan pekerjaan dan tempat untuk tinggal, dia juga akan merawat anak-anak yang amat sangat disukainya. Fatimah kembali mengingat bagaimana nasib anak anak pengajian yang dia ajar sepeninggalnya, tapi hatinya sedikit tenang karena ada Ayu sahabat karibnya dari kecil yang akan menggantikan posisinya sebagai guru mengaji anak.
"Tentu saja saya mau nek " Jawab Fatimah dengan senang.
Jawaban Fatimah sontak membuat nenek senang.
Tak lama nenek memangil supirnya yang berada tak jauh dari sana, nenek menyuruh supir tadi membawa tas Fatimah untuk dimasukan ke dalam mobil, lalu nenek memanggil Zahra yang masih asyik bermain.
"Zahra, kesini sebentar sayang " Nenek setengah berteriak memanggil Zahra.
Zahra segera berlari menghampiri neneknya.
"Zahra, ada seseorang yang mau nenek kenalkan sama Zahra namanya kakak Fatimah, mulai sekarang dia akan membantu nenek menjaga Zahra.." Kata nenek sambil mengelus rambut cucunya dan menunjuk Fatimah.
Fatimah melambaikan tangannya dan memberikan senyuman yang tulus dan manis kepada Zahra. Senyuman Fatimah tadi dibalas Zahra dengan sedikit malu malu.
"Yuk kita pulang " Kata nenek sambil menggandeng tangan Zahra dan Fatimah kearah mobil yang tidak jauh terparkir disana.
Sesampainya di rumah nenek.
Fatimah kaget bukan main melihat rumah yang sangat besar dan megah, pintu dan jendela menjulang tinggi, isi rumah yang mewah dan luas.
Para pembantu menyambut kedatangan nenek dan Zahra dengan sigap. Fatimah takjub dengan para pembantu nenek yang cepat dan berjejer rapi, seragam yang senada membuat mereka tampak kompak.
"Para mbak, ini saya kenalkan pengasuh Zahra yang baru, namanya Fatimah " Kata nenek memperkenalkan Fatimah.
Semua pembantu melihat Fatimah dan tersenyum hangat kepadanya.
"Rini, tolong ajak Fatimah masuk ke dalam kamarnya dan biarkan dia beristirahat sejenak, setelah itu tolong kalian semua memberitahu apa saja pekerjaannya disini." Kata nenek sambil menunjuk ke arah salah satu pembantunya.
"Iya Nek " Jawab Rini cepat.
"Fatimah, jangan sungkan, anggaplah rumah sendiri " Ucap Nenek melihat Fatimah.
"Terima kasih Nek " Kata Fatimah menganggukkan kepalanya.
"Nenek pergi dulu " Nenek pergi bersama Zahra dengan diikuti oleh seorang pembantu di belakangnya.
"Fatimah, ayo ikut saya " Rini tersenyum sambil meminta Fatimah mengikutinya berjalan menuju arah belakang rumah.
Sesampainya di sana dengan ramah pembantu tadi mempersilahkan Fatimah masuk ke kamar.
"Fatimah, ini kamar kita " Kata Rini dengan ramah, menarik Fatimah memasuki kamar lebih dalam.
Fatimah menyimpan tasnya diatas kasur.
"Mbak Rini boleh saya bertanya sesuatu ?" Fatimah melihat Rini.
"Apa ?"
"Para pekerja disini semuanya ada berapa ?"
Rini tersenyum.
"Ada 12, masing masing punya tugas sendiri, ada yang tugasnya menyapu dan mengepel, tukang kebun, tukang cuci baju dan seterika, tukang memasak,ada yang khusus mengurus keperluan nenek sama nona Zahra "
"Banyak sekali " Jawab Fatimah takjub.
Rini tersenyum.
"Pengasuh terakhir nona Zahra baru saja resign karena akan menikah, dulunya dia sekamar sama saya disini " Lanjut Rini lagi.
"Nanti saya beritahu apa saja pekerjaan Mbak Fatimah sebagai pengasuh nona Zahra "
"Terima kasih " Jawab Fatimah senang
"Oh iya, panggil Fatimah saja, kelihatannya kita seumuran "
"Baiklah, kalau begitu panggil saya juga Rini, semoga kita bisa akrab yan" Jawab Rini dengan disertai senyuman manis.
Tak lama ada seorang yang masuk dengan membawa sebuah nampan berisi nasi dan minuman diatasnya
"Makan dulu ya " Kata mbak itu dengan ramah.
Fatimah merasa sangat senang dengan sambutan hangat para pegawai disini. Malamnya hampir semua pembantu memperkenalkan diri, semuanya baik dan ramah, mereka mengatakan jangan sungkan kalo ada yang mau ditanyakan dan jangan sungkan juga minta bantuan, disini walaupun tugas sudah dibagi, tapi mereka tetap akan saling membantu tugas dan pekerjaan yang lainnya.
Dari mereka juga Fatimah tahu bahwa Zahra adalah anak satu satunya dari tuan Aditya, dan tuan Aditya adalah cucu satu satunya nenek Farida, anak nenek Farida yaitu orang tua Aditya adalah pemilik beberapa hotel terkemuka di Indonesia, tetapi kedua orang tuanya meninggal 10 tahun lalu karena kecelakaan mobil, tragedi yang sama yang menimpa kedua orang tua Fatimah. Sehingga di usia yang masih muda yakni 20 tahunan tuan Aditya harus mengambil alih perusahaan ayahnya karena dia adalah pewaris satu satunya.
Tentang ibu Zahra, ternyata ketika Zahra belum berumur 40 hari sudah meninggalkan Zahra dan suaminya demi melanjutkan karier sebagai model di luar negeri. Oleh sebab itu Zahra diasuh oleh neneknya dan tentu saja oleh ayahnya yang sangat menyayangi Zahra.
Tuan Aditya melimpahkan kasih sayang yang begitu besar kepada Zahra, putri satu-satunya, kepergian istrinya disaat putri mereka masih berusia 40 hari membuatnya semakin mencurahkan segenap kasih sayangnya, tidak ingin membuat anaknya merasa kekurangan kasih sayang. Selain itu hal itu membuat Aditya menjadi sangat membenci mantan istrinya.
Wanita yang dicintainya itu pergi meninggalkan dirinya dan anak yang masih kecil hanya karena ingin melanjutkan karier keartisannya di luar negeri, seketika istrinya pergi Aditya langsung menceraikannya dan memutus jalur komunikasi, dia tak ingin Zahra mengenal ibunya yang telah ega meninggalkannya.
Karena kekecewaan pada ibu kandung Zahra, kini Aditya menutup diri dari para wanita, yang tentu saja pasti ada lusinan wanita yang menggodanya dan ingin dinikahi oleh miliarder muda dan tampan itu, bahkan ada selentingan kabar yang mengatakan bahwa dia tak ingin menikah lagi. Dia hanya ingin fokus pada pekerjaannya dan tentu saja pada puterinya.
Dari mereka juga Fatimah tahu tentang pekerjaannya nanti, tentu saja menyiapkan segala sesuatu keperluan nona Zahra dari dia mulai bangun sampai tidur lagi malamnya, mengikuti dan mengasuhnya sepanjang hari.
Mereka juga mengatakan kalau tuan sedang dirumah biasanya nona Zahra akan menghabiskan banyak waktu bersama ayahnya di dalam kamarnya, dan tidak ada yang boleh masuk ke kamar Aditya kecuali neneknya. Kepada para pembantu Aditya cukup dingin, bahkan sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan mereka semua, kecuali hanya supir pribadinya Mang Redo. Semua urusan gaji dan urusan rumah nenek semua yang mengatur, tentu saja dibantu oleh bik Minah, pembantu paling senior disini yang sudah bekerja belasan tahun lamanya.
Penjelasan mereka sudah cukup membuat Fatimah tahu banyak hal, mengasuh anak bukan hal sulit baginya, di kampungnya bahkan Fatimah mengasuh dan mengajari belasan anak.
Tak lupa Fatimah menghubungi Ayu yang sudah lama menunggu kabar dari Fatimah, Fatimah menanyakan kabar kakeknya dan meminta ayu memberitahukan kepada kakeknya bahwa dia sudah mendapatkan pekerjaan dan dia baik baik saja disini, tak lupa Fatimah menutupkan salam rindu buat kakeknya dan menitipkan kakeknya kepada ayu.
Tentu saja Ayu senang mendengar berita ini dan langsung dia pergi ke rumah kakek Fatimah yang tidak jauh dari rumahnya. Kakeknya teramat bersyukur mendengar Fatimah baik baik saja, hatinya sedikit lega dan tentu saja membuatnya sedikit tenang.
Doa sang kakek akan selalu menyertai Fatimah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Araaa
vbbb
2024-10-13
0
Capricorn 🦄
j
2024-09-25
0
Bulantri Asmiati
ya Alloh asik banget cerita nya 🥰🥰🥰
2024-04-20
0