Masa depan bisa berubah, itulah yang di alami seorang pemuda yang masih duduk di kelas 12 sma, karena menolong seorang siswi dari sekolah lain yang dia lihat di dalam mimpinya tertabrak mobil di persimpangan, dia harus di keluarkan dari sekolah dan di paksa menikahi siswi itu karena terlibat skandal.
Tapi ketika dia hidup bersama istrinya dan berada di dalam bahaya, dia mengetahui kalau kemampuan melihat masa depannya adalah sebuah sistem yang sudah menyertai dirinya sejak dia lahir. Berkat sistem itu, dia berhasil membawa istrinya melarikan diri ke ibukota.
Di sanalah dia baru mengerti asal usul dirinya juga istrinya. Dengan di bantu sistem, dia memulai hidupnya di ibukota, dia juga berniat menuntut balas kepada orang yang membuat dirinya sendirian tanpa keluarga dan yang mencelakai orang orang terdekat nya termasuk istri nya. Ikuti terus kisahnya.
Genre : fiksi, fantasi, drama, sistem, komedi, tragedy.
Mohon like dan komen ya. khusus dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
“Bwuuung,” sebuah layar hologram kembali muncul di depan wajah Adam menampilkan kejadian yang akan terjadi beberapa hari ke depan.
******
Dua hari kemudian, hari minggu, “dling,” sebuah pesan masuk ke dalam smartphone Adam, Farrel mengirim pesan yang mengatakan kalau dia dan Dina sudah dekat, Adam dan Aulia langsung bersiap siap untuk menyambut mereka. Beberapa saat kemudian,
“Tok,”
“Tok,”
Pintu rumah mereka di ketuk, Adam membukakan pintu, dia melihat Farrel dan Dina berdiri di balik pintu namun ada seorang lagi yang berdiri di belakang mereka,
“Apa kabar Dam ?” tanya Farrel.
“Lo...ngajak si Riko kesini ?” tanya Adam kaget.
“Wuih lo ga seneng ya liat gue dateng, parah lo bro,” balas Riko langsung.
“Mau apa lo kesini ?” tanya Adam.
“Denger dulu bro, ada hal penting yang mau gue omongin ama lo dan Aulia,” ujar Farrel.
“Iya bener Dam, dengerin kita dulu ya,” tambah Dina.
Akhirnya Adam mempersilahkan mereka masuk ke dalam, Aulia keluar menyuguhi mereka minuman, kemudian dia duduk di sebelah Adam,
“Jadi gini Dam, gue, Dina ama Riko dateng kesini tuh mau buat penawaran ke elo, tujuannya buat ngembaliin lo ke sekolah lagi,” ujar Farrel.
Aulia merapat menempel ke sisi Adam karena dia melihat tatapan mata Dina yang tajam mengarah kepada dirinya.
“Lo ga cinta ama dia kan Dam ? ngapain lo hidup menderita kayak gini ? lo balik lah,” ujar Dina.
“Jadi maksud mereka gini bro, serahin Aulia ke gue, biar gue yang urus dia, ntar gue bakal bujuk om gue buat bantuin lo balik ke sekolah, gimana bro ?” tanya Riko.
“Lo pada mikir apa nih ? maksud lo gue cerai sama Aulia trus gue balik sekolah gitu ? abis itu Aulia gimana ?” tanya Adam.
“Ya lo ga usah pusingin soal itu kan, gue udah bilang, Aulia gue yang urus, gue mau kok ama dia,” jawab Riko.
“Sori, gue kaga sudi,” balas Aulia sambil memegang lengan Adam.
“Nah lo denger kan Rik, dia kaga sudi, jadi sebaiknya lo bertiga pergi deh dari sini (menoleh melihat Farrel) tau lo kesini cuman mau ngomong kayak gitu, gue ga akan kasih alamat gue ke lo Rel,” ujar Adam.
“Jah Dam, lo lebih mentingin dia di banding gue ama Dina ? kita berdua temen kecil lo kan, parah lo ye,” ujar Farrel.
“Lo yang parah Rel, gue ama Aulia udah suami istri, sekarang lo suruh kita pisah dengan iming iming balik ke sekolah dan hidup kayak biasa, sori aja Rel, gue udah seneng di sini ama Aulia,” ujar Adam.
“Makasih Dam,” ujar Aulia.
“Lo asli bego Dam, gue ama Dina udah ngusahain sedemikian rupa supaya lo bisa balik dan pulih seperti sedia kala, lo malah bilang gue yang parah karena mau misahin lo ama istri yang awalnya lo ga kenal itu, bisa kan lo pake otak lo dan mikir buat kebaikan lo sendiri,” ujar Farrel emosi.
“Udeh diem Rel, gue ga mau denger lagi omongan lo,” ujar Adam.
“Dam, lo tahu kan, gue ama Farrel sayang lo, kita ini udah temenan dari tk, kita selalu bertiga, lo masa ga ngerti sih perasaan gue ama Farrel gimana ama lo, semua ini demi kebaikan lo Dam, tolong lah,” ujar Dina membujuk Adam.
Adam hanya diam tidak menjawab, tangannya menggenggam erat tangan Aulia di sebelahnya, Farrel dan Dina menggelengkan kepala mereka, akhirnya Riko berdiri,
“Yah elah, gue udah tahu bakal jadi begini, ya udahlah, kalo ga bisa pake cara halus ya terpaksa cara paksa,” Riko mengangkat smartphone nya.
Setelah dia menutup smartphone nya, tak lama kemudian beberapa orang masuk ke dalam rumah Adam dan langsung menangkap Aulia, kemudian membawa Aulia pergi keluar, Adam yang mencegahnya langsung di tusuk Riko di bagian perutnya menggunakan pisau dan ambruk, kemudian Riko langsung pergi begitu saja, Farrel dan Dina bukannya menolong Adam, malah hanya melihat saja,
“Lo sekali kali mikir lah, ngapain lo ngelawan arus, mending ikutin arus aja kan, sori ya Dam, alamat lo yang lo kasih gue, gue jual ke si Riko, gue butuh biaya buat berobat mertua gue,” ujar Farrel.
“Lo...brengsek ya Rel,” ujar Adam.
“Sori Dam, nyokap gue lebih penting di banding lo, jadi ya...sampe sini aja deh, yuk sayang,” ajak Dina.
“Aulia....mau di apain ?” tanya Adam.
“Entahlah, urusan si Riko, gue ga ikut campur soal itu, gue udah di bayar jadi mohon maaf sekali lagi, gue ama Dina pergi, jangan marah ama kita ya, tujuan gue demi kebaikan lo juga, tapi lo ga dengerin gue makanya lo jadi begini sekarang,” ujar Farrel.
“Kebaikan apaan....brengsek lo,” jawab Adam.
“Udah Dam, plis, ngertiin posisi kita juga, gue ga mungkin nelantarin nyokap gue kan gara gara lo, udah ya, jangan marah ama gue dan Farrel (menoleh melihat Farrel) dah yuk sayang,” ujar Dina membujuk Farrel.
“Iya, sori ya Dam, selamat tinggal,” ujar Farrel.
Keduanya pergi keluar dari rumah, meninggalkan Adam sendirian yang bersimbah darah tanpa bisa berbuat apa apa.
******
“Jegleg,” Adam bersandar pada kursi dengan kencang, wajahnya terlihat kaku dengan mata membulat dan mulut ternganga, dia masih syok melihat apa yang di tonton nya barusan. Tangannya mengepal, dia tidak menyangka kalau dua sahabat masa kecil nya tega mengkhianati dirinya dengan membawa orang yang sudah menjadi musuh bagi dirinya, datang ke rumah nya.
[Itulah yang terjadi jika anda tidak pergi sekarang tuan.]
“Aku tahu, tapi bagaimana mengatakan nya pada Aulia,” ujar Adam di kepalanya.
[Silahkan katakan apa ada nya. Saat ini dia sudah percaya 100% kepada anda.]
“Baik, aku mengerti,” ujar Adam.
Adam berdiri, kemudian dia berlari naik ke atas, dia melihat Aulia sedang duduk di sisi kasur melihat smartphone yang masih tertancap kabel nya. Adam langsung duduk di sebelah Aulia, dia mengambil smartphone dari tangan Aulia dan menaruhnya di lantai, kemudian dia memegang kedua tangan Aulia sampai Aulia menjadi bingung karena nya.
“Lia, aku mau bicara,” ujar Adam.
“Iya, mau bicara apa ?” tanya Aulia.
Adam merogoh kantungnya dan menarik keluar buku tabungannya, kemudian dia memperlihatkannya pada Aulia. Mata Aulia langsung membulat melihat jumlah yang tertera di kolom saldo terakhir.
“I..ini duit kamu ? banyak sekali sampai 500 juta,” ujar Aulia.
“Ini adalah sisa warisan papa dan mama ku sebelum meninggal, awalnya aku simpan dana ini untuk biaya kuliah ku nanti, tapi sekarang sudah tidak perlu lagi, aku ingin pakai dana ini untuk kita pindah ke ibukota, bagaimana menurut kamu ?” tanya Adam berbohong sebab tidak mungkin dia mengatakan uang itu dari sistem.
Aulia tersentak kaget, dia menatap wajah Adam yang nampak sangat serius di depan dirinya, dia kembali memegang tangan Adam,
“Aku ikut kamu, tapi apa tidak apa apa memakai uang itu untuk kita....untuk ku,” ujar Aulia menunduk.
“Hei, aku suami mu kan, memang kita menikah secara dadakan dan belum saling mengenal satu sama lain, tapi kenyataan nya saat ini adalah aku suami mu dan kamu istri ku, seperti yang ku bilang kemarin, aku ingin mengenal mu, aku ingin kita menjadi keluarga yang bahagia, itu sebabnya aku mengajak kamu pergi berdua saja meninggalkan kota ini dan melupakan semuanya, mungkin aku terkesan egois tapi aku menghormati keputusan mu, kalau kamu tidak mau, aku tidak akan memaksa,” ujar Adam.
Aulia terdiam, dia menunduk dan merenung, air matanya berlinang, kemudian mengusap air mata nya dan dia kembali menatap Adam, dia tersenyum kemudian langsung maju memeluk Adam di depannya.
“Aku sudah bilang, aku ikut kamu, aku juga bilang aku ingin mengenal mu, jadi kamu tentu sudah tahu keputusan ku kan,” ujar Aulia.
“Baiklah, sekarang juga kita berberes, kita pergi ke ibukota,” balas Adam.
“Eh...sekarang ?” tanya Aulia.
“Iya, sekarang, aku sudah ada tiketnya, kemarin sudah ku urus,” jawab Adam sambil menarik amplop berisi dua tiket kereta cepat kelas bisnis untuk menuju ke ibukota.
“Hehe iya, aku siap siap dulu,” ujar Aulia yang langsung ceria.
Aulia langsung membereskan isi lemarinya dan mengambil koper satu satunya yang mereka punya, dia mengemas pakaian Adam dan pakaian miliknya sendiri ke dalam koper itu. Sementara Aulia mengemas, Adam membuka laci, dia mengambil dua amplop coklat berisi uang kemudian mengantungi nya. Setelah itu, Adam mengambil smartphone nya, dia mematikan nya dan mengambil sim card nya, dia meletakkan sim card itu di dalam laci.
“Kamu cabut sim card mu ya ?” tanya Aulia.
“Iya, agar tidak ada gangguan, aku ingin memulai baru semuanya, dari awal,” jawab Adam.
“Baiklah, kalau begitu, aku juga,” balas Aulia.
Dia langsung mencabut smartphone yang sedang di isi baterainya, kemudian mematikan nya dan mencabut sim cardnya, dia menaruhnya di dalam laci bersamaan dengan milik Adam. Setelah itu, keduanya berganti pakaian di kamar mandi dan turun ke bawah membawa koper mereka. Setelah keluar dari rumah dan menguncinya, keduanya berbalik melihat rumah mereka dan tersenyum, setelah itu, Adam menarik kopernya dan menggandeng Aulia pergi meninggalkan rumah mereka menuju ke stasiun.