Dambi nekat mencari gigolo untuk memberikan keperawanannya. Ia pikir kalau dirinya tidak perawan lagi, maka laki-laki yang akan dijodohkan dengannya akan membatalkan pertunangan mereka.
Siapa sangka kalau gigolo yang bertemu dengannya di sebuah hotel adalah profesor muda di kampusnya, pria yang akan dijodohkan dengannya. Dambi makin pusing karena laki-laki itu menerima perjodohan mereka. Laki-laki itu bahkan membuatnya tidak berkutik dengan segala ancamannya yang berbahaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dicium
"Apa yang kau lakukan?" Dambi berseru melihat dirinya yang sudah basah kuyup. Pria itu juga. Karena mereka sama-sama berdiri dibawah pancuran air dingin. Dan itu membuat tubuh Dambi menggigil kedinginan.
"Membuat otakmu sadar."
"Aku sudah sadar oppa. Lepaskan aku, airnya dingin sekali." Dambi menggosok-gosok kedua tangannya ke bahu sebagai bentuk pembenaran terhadap perkataan yang dilontarkan. Sementara itu, Angkasa malah tertawa mencemooh. Sadar apanya. Gadis ini jelas masih mabuk. Buktinya, dirinya masih melihat pria itu sebagai oppa-oppa Koreanya.
Angkasa membasahi mulutnya dengan lidah yang terlihat memerah. Ia tidak sadar Dambi sedang memperhatikannya. Lalu entah apa yang terjadi dengan otaknya gadis itu yang dengan mudahnya berjinjit dan meraih bibir Angkasa hingga bersatu dengan bibirnya.
Angkasa yang kaget mendapatkan serangan tiba-tiba itu meraih bahu Dambi dan mendorongnya menjauh.
"Manis," puji Dambi dengan cekikikan yang terdengar aneh.
"Bibirnya Suho oppa manis." gadis itu melanjutkan.
Sinting. Gadis ini anggap bibirnya gula apa. Entah apa yang membuat Angkasa tidak senang. Bukan karena Dambi menciumnya, lebih ke gadis itu yang menganggap dirinya sebagai orang lain ketika menciumnya. Pokoknya dia tidak suka. Angkasa lalu menarik Dambi keluar dari kamar mandi. Sia-sia saja ia membasahi tubuh gadis itu dengan air, mabuknya tidak hilang-hilang juga.
"Diam di sini kalau tidak mau jatuh." pria itu memperingatkan lalu membuka lemari yang ada di samping Dambi.
Mata Dambi melirik ke ranjang didekat situ. Ranjang besar dan terlihat mahal. Dambi tidak bisa menahan diri untuk berjalan ke arah ranjang dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur besar itu dengan tubuh basahnya. Tak lupa menghela nafas puas.
"Hey..." Angkasa meraih kaki Dambi, meraihnya ke pinggiran dan tanpa pikir panjang menjatuhkan diri gadis itu ke karpet tebal yang langsung membuat Dambi mengaduh kesakitan.
"Kau sungguh keras kepala." ucap Angkasa menyentil pelan dahi Dambi.
"Aku lelah, biarkan aku tidur di ranjang."
"Apa katamu?" pria itu berjongkok didepan Dambi. Kapan dia melepaskan bajunya? Dambi bisa melihat dada telanjangnya. Lalu tanpa ijin memegang dada itu dengan lembut dan hati-hati. Merasakan tekstur kerasnya dengan bulu halus yang menggelitik permukaan tangan Dambi. Gadis itu tertawa senang, kenapa dia jadi mesum begini?
Angkasa memegang tangan Dambi dan sedikit meremasnya. Seolah butuh pengendalian diri.
"Aku harus mengingatkanmu dengan jelas kalau aku hanyalah manusia biasa. Aku normal. Melihatmu dengan pakaian basah yang memperlihatkan lekuk tubuhmu saja sudah membuatku ingin menenggelamkan diriku di dalam dirimu. Jadi jangan beri aku alasan lain untuk melakukan niatku. Mengerti?"
"Siap bos!" Dambi berseru kuat dan Angkasa tergelak.
"Kau benar-benar menghiburku malam ini." gumamnya. Angkasa ingin mengangkat tubuh Dambi dan menyuruhnya berganti baju sendiri, tapi sial. Gadis itu malah tertidur. Bagaimana caranya ia membantu gadis itu ganti baju coba. Mereka kan berbeda kelamin dan bukan pasangan suami istri. Angkasa terus-terusan berpikir keras malam itu. Sesekali ia tertawa. Baru kali ini ia direpotkan oleh perempuan yang entah berapa tahun lebih muda darinya itu.
***
Besoknya, Sepanjang perjalanannya pulang, Dambi tidak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri. Dambi oh Dambi, kau sangat bodoh. Kenapa bisa melakukan hal memalukan seperti itu didepan pria asing?
Ketika terbangun pagi tadi dia merasa kepalanya pening. Ia mengerjap-ngerjakan matanya dan melihat sekeliling kamar. Setelah menyadari kamar itu bukan kamarnya ia terlonjak kaget. Ia mencoba mengingat kejadian semalam dan langsung malu sendiri. Dia bahkan ingat ciuman yang dia layangkan dibibir laki-laki yang dia sangka Suho itu. Salah satu member Exo yang yang paling dia suka.
Dambi juga sadar pakaian yang dia pakai sekarang ini bukan miliknya. Karena ia memakai kemeja kebesaran yang pasti milik pria itu. Siapa lagi? Sialnya ia hanya memakai kemeja. Meski kemeja itu sangat kebesaran dan mampu menutupi sampai ke pahanya, tetap saja dia merasa risih. Tapi yang lebih penting sekarang adalah, siapa yang mengganti kemejanya? Laki-laki itu? Jangan bilang iya. Oh ya ampun. Dambi mencoba mengingat lagi sambil berpikir keras. Sayangnya ia menyesali ingatan buruknya yang hanya sampai pada ciuman itu. Ia berharap dalam hati semoga saja tidak terjadi sesuatu yang dia pikirkan sekarang ini.
Oh ya, dimana laki-laki itu? Ia terlalu malu untuk melihat wajahnya. Tapi ia harus mencari pakaiannya agar bisa pulang tanpa kemeja yang serasa seperti dress ini. Dambi terus mencari namun hasilnya nihil. Ia tidak menemukan apa yang dicarinya. Sepertinya laki-laki itu sedang mandi, karena terdengar bunyi dari dalam kamar mandi. Dambi tidak peduli lagi dengan bajunya. Sekarang adalah kesempatan yang baik untuk pergi dari sini. Lalu tanpa berpikir panjang ia meraih ponselnya di meja dan keluar dari kamar itu. Beberapa pelayan yang dia lewati saat berjalan di gang hotel menatapnya dengan aneh tapi ia sudah tidak peduli lagi. Bodoh amat. Setelah ini mereka tidak akan lagi mengingat wajahnya. Semoga saja laki-laki itu juga.
Dambi memutuskan pergi ke kos-kosan Yuka karena jika dia pulang ke rumah dengan penampilan begini, bisa-bisa dia mati ditangan mamanya.
Sementara itu di tempat lain didalam hotel, Angkasa yang baru keluar dari kamar mandi mencari-cari ke segala arah namun tidak menemukan gadis yang menginap bersamanya semalaman itu. Angkasa tersenyum setengah mendengus sambil mengeringkan rambutnya.
"Dia suka sekali kabur rupanya." gumamnya pada dirinya sendiri dan tersenyum menyeringai.
Angkasa tidak akan pernah melupakan peristiwa semalam. Mereka memang tidak tidur bersama. Laki-laki itu akhirnya memutuskan tidur di sofa setelah berperang panjang melawan pikiran iblisnya untuk meniduri gadis itu.
Semalam dirinya sangat amat tergoda ketika melihat gadis itu memakai kemejanya sambil terus meracau imut dalam mabuknya. Ia memang memanggil salah satu pelayan perempuan dalam hotel tersebut untuk menggantikan baju gadis itu yang basah kuyup. Tapi bukan berarti setelah itu dirinya tidak tergoda.
Namun akhirnya Angkasa bisa menang melawan pikiran setannya. Entah kenapa dalam hati ia tidak mau merusak gadis itu. Ia tidak tahu memang kalau gadis itu masih perawan atau tidak, tapi dirinya meyakinkan dirinya kalau gadis itu belum tersentuh sama sekali oleh satu lelaki pun. Dan dia ingin menjaganya. Bisa saja ia memperkosa gadis itu karena napsunya yang memuncak, namun hati nuraninya berkata jangan.
Angkasa lalu menelpon Kevin.
"Halo," sahut Kevin dari seberang.
"Kau kenal sahabat adikmu yang bernama Dambi?" tanyanya. Ia ingat Dambi bilang namanya semalam.
"Dambi? Aku tidak pernah kenal siapa saja teman-teman adikku. Dia memilih tinggal terpisah karena ingin mandiri, jadi aku tidak pernah tahu dengan siapa dia bergaul. Kau tahu, aku juga terlalu sibuk untuk itu. Mungkin kalau lihat muka aku bisa ingat. Memangnya kenapa?"
"Tidak, tidak apa-apa." lalu sambungan terputus begitu saja. Angkasa tidak mengerti dengan hatinya yang entah kenapa terasa berat. Dambi, nama tersebut sepertinya pernah dia dengar di suatu tempat. Tapi di mana?