Dangerous Fiancee
"Apa? Papa sama mama mau jodohin aku sama anaknya teman kuliah kalian? Nggak, nggak. Dambi nggak mau titik!"
Dambi menolak keras perkataan orangtuanya. Saat ini mereka sedang menikmati makanan bersama di meja makan.
Dambi Andara.
Anak tunggal dari keluarga Andara yang bercita-cita agar bisa hidup bebas dari orangtua yang terus menekannya dengan segala keinginan mereka. Memang sih mereka ingin Dambi sukses dengan masa depan yang terjamin. Tapi terkadang keinginan mereka itu terlalu tinggi sehingga yang terjadi malah menekan Dambi.
Contoh pertama, Dambi lebih suka kuliah di universitas biasa tapi ia malah di masukkan ke universitas elit yang terkenal dengan daya saingnya yang kuat. Bersaing dalam segala hal. Harta, pengetahuan, gaya, kecantikan, dan masih banyak lagi.
Kedua, Dambi jarang sekali diijinkan keluar rumah. Apalagi kalau cuma buat jalan-jalan atau sekedar kumpul dengan sahabat-sahabatnya. Alasannya adalah, dia bisa saja terjerumus ke hal-hal yang tidak baik yang bisa merusak dirinya sendiri. Padahal teman-teman Dambi baik semua, nggak ada yang aneh-aneh. Kalau mau bilang aneh, dialah yang paling aneh diantara semua teman-temannya. Karena otaknya memang tidak lurus-lurus amat. Sewaktu SMA kelas satu, ia pernah bergaul dengan genk nakal sebelum ketahuan orangtuanya dan akhirnya pindah sekolah. Mungkin juga di mulai dari situ orangtuanya mulai menekannya.
Yang terakhir, tidak cukup menekannya dengan menghilangkan kebebasannya berekspresi, sekarang mereka malah mau menjodohkannya dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal. Oh ya ampun, kalau saja Dambi punya kantong Doraemon. Ia pasti sudah membuka pintu kemana saja dan kabur jauh-jauh dari rumahnya agat bisa hidup bebas. Kenapa susah sekali sih menjalani hidup seperti yang dia mau.
"Dambi, mama sama papa itu pengen ngasih yang terbaik buat kamu sayang." ucap mamanya. Dambi berdecak malas.
"Termasuk cariin suami gitu?" balasnya dongkol.
"Iya bener. Mama yakin kalau kamu ketemu sama Angkasa kamu pasti langsung suka kok." Dambi mencibir. Baru dari nama saja ia sudah tidak suka.
"Angkasa itu laki-laki tampan dan baik sayang. Dia baru saja menyelesaikan S3nya diluar negeri. Dan mama denger dia udah jadi profesor dikampus kamu. Sekalian kan kalau kalian udah tunangan, dia bisa jagain kamu."
mata Dambi sukses membulat besar. Apa kata mamanya? Dia tidak salah dengar? Profesor dikampusnya? Kalau profesor, berarti laki-laki yang mau dijodohkan dengannya itu sudah tua dong? Aduh, orangtuanya ini ada-ada saja deh. Masa mau jodohin dia sama om-om. Kira-kira dong.
"Ma, pa, Dambi nggak mau dijodohin. Apalagi sama om-om begitu. Batalin aja ya perjodohannya, Dambi janji bakalan nurutin keinginan kalian yang lain selain perjodohan ini." rengek Dambi memohon sambil menatap kedua orangtuanya bergantian.
"Om-om gimana, umur Angkasa itu baru dua puluh delapan tahun kik. Beda tujuh tahun doang sama kamu. Pas banget kalo dipasangin sama kamu. Pokoknya kamu harus terima titik!" kata mamanya lagi. Dambi melirik sinis sang mama lalu menatap ke papanya.
"Pa," rengeknya mencoba membujuk papanya tapi pria tua itu hanya cuek seperti biasa. Tentu saja ia lebih dengar istrinya.
"Udah, dengerin mama kamu. Mama kamu cuma mau kamu nikah sama orang yang bisa jagain dan bahagiain kamu. Nurut aja. Lagipula kalian nggak dipaksa langsung nikah, tunangan aja dulu." kata sang papa. Raut wajah Dambi langsung berubah kesal.
"Pokoknya Dambi nggak mau terima perjodohan ini, titik!" gadis itu berseru kuat-kuat lalu berdiri dan meninggalkan meja makan.
Ia membanting pintu kamarnya kuat-kuat dan melemparkan tubuhnya ke atas ranjang. Ia kesal sekali hari ini. Apa kata mamanya? Cuman beda tujuh tahun? Cocok kalau dipasangin sama dia? Huh! Mamanya aja sana yang nikah kalo suka sama tuh cowok. Jangan bikin dia yang jadi korban.
***
Ditempat lain, dikediaman keluarga Duppon, orangtua Angkasa berbicara hal yang sama pada pria itu. Tapi bedanya, Angkasa lebih tenang menanggapinya. Ia tidak langsung menolak meski tidak suka dijodohkan juga. Apalagi dengan seseorang yang sama sekali tidak dia kenal.
"Kay, kalau kamu memang nggak suka sama perjodohan ini bilang aja. Mama sama papa nggak maksa kok." ucap mamanya. Kay itu adalah panggilan kesayangan buat Angkasa. Hanya orang-orang terdekat yang memanggilnya begitu.
Angkasa tersenyum. Dia rasa tidak ada salahnya mencoba. Lagipula ia tidak punya kekasih dan tidak dekat dengan siapapun sekarang. Ia memang pacaran beberapa, tapi belum ada yang benar-benar ia sukai. Walau pernah menjalin hubungan dengan beberapa wanita, nyatanya tidak ada satu pun diantara mereka yang bisa membuatnya jatuh cinta. Bahkan semua wanita yang pernah berpacaran dengannya, itu karena mereka duluan yang menembaknya. Tapi setelah pacaran, tidak ada rasa. Waktu itu dia pacaran hanya karena status. Mungkin dia laki-laki brengsek dimata para mantan pacarnya. Dia mengakuinya.
"Terserah mama sama papa aja. Aku nggak ada masalah." katanya santai. Mamanya tersenyum senang.
"Kamu tahu nggak Kay, mama itu bangga banget punya putra kayak kamu loh. Udah ganteng, pinter, dewasa, sukses, penurut banget sama orangtua lagi. Paket komplit deh pokoknya." puji sang mama. Angkasa tersenyum tipis. Mamanya memang terkesan berlebihan tapi ia bisa memakluminya. Hampir semua mama-mama kan memang begitu kalau membicarakan tentang anak mereka.
"Kamu yakin nggak pengen gabung sama perusahaan papa?" kali ini giliran papanya yang mengangkat topik lain. Sama seperti Dambi, Angkasa juga adalah anak tunggal. Dan papanya punya sebuah perusahaan besar yang perlu ada ahli waris. Kalau bukan Angkasa yang mengganti papanya, siapa lagi? Tapi saat ini Angkasa lebih memilih menjadi profesor di sebuah kampus.
Kampus besar yang di mana keluarganya juga sering menyumbang dana buat kampus itu. Sebagian besar dana yang keluarga mereka sumbangkan diberikan pada para pelajar yang kurang mampu tapi berprestasi.
Meski memilih menjadi profesor yang mengajar di kampus tersebut, bukan berarti Angkasa akan membiarkan papanya mengelola perusahaan mereka sendiri. Dia tetap akan membantu papanya meski tidak langsung pergi bekerja di kantor. Sekarang sudah jaman internet, mereka bisa melakukan bisnis dari mana saja. Kecuali sekali-kali ada pertemuan penting seperti bertemu klien atau pesta perusahaan yang mengharuskan dia datang.
Angkasa juga punya seorang sahabat yang sengaja dia minta bekerja di perusahaan mereka untuk membantu papanya. Namanya Kevin. Kevin sudah punya banyak pengalaman. Jadi Angkasa bisa mempercayakan urusan kantor sama dia.
"Untuk sekarang, biar Kevin dulu yang bantu papa. Aku akan datang sesekali jika ada sesuatu yang memang perlu bantuanku." ujar Angkasa menatap papanya. Pria tua itu mengangguk-angguk. Ia juga tidak mau terlalu memaksakan putranya kalau pria itu tidak mau. Yang bisa dia pastikan adalah, Angkasa akan mengganti posisinya ketika dirinya betul-betul sudah tidak bisa bekerja lagi.
"Udah-udah pa, sekarang jangan bicara bisnis dulu. Ceritain pengalaman kamu di luar negeri." ucap mamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Araaa
. ...
2024-10-25
1
Nur Hayati
kembali bergabung di karya kakak... berharap seperti sebelumnya ... menikmati membacanya..🌸
2024-10-11
1
Nnk Ftr
2 terkhir dambi mirip saya. harus masuk sekolah fav dan ga boleh kmna2 krn takut salah teman pdhl tmn2 saya baik 😅
2024-08-13
1