NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar Aisha

Di Balik Cadar Aisha

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perjodohan / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Slice of Life
Popularitas:198.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

Aisha berjalan perlahan mendekati suaminya yang terlihat sedang menelepon di balkon, pakaian syar'i yang sehari-hari menjadi penutup tubuhnya telah dia lepaskan, kini hanya dengan memakai baju tidur yang tipis menerawang Aisha memberanikan diri terus berjalan mendekati sang suami yang kini sudah ada di depannya.

"Aku tidak akan menyentuhnya, tidak akan pernah karena aku hanya mencintaimu.."

Aisha langsung menghentikan langkahnya.

Dia lalu mundur perlahan dengan air mata yang berderai di pipinya, hingga ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, Alvin tidak tahu jika Aisha mendengar percakapan antara dirinya dengan seseorang di ujung telepon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesedihan Siti

"Aku? Wanita tak bermartabat?" tanya Anita sambil melotot melihat Aisha.

Aisha mengangguk.

"Jika ingin disebut wanita bermartabat, perbaiki perlakuan terhadap lawan jenis anda, jika ingin disebut wanita santun, perbaiki tutur kata anda, jika ingin disebut wanita beradab perbaiki sikap dan tingkah anda," ucap Aisha dengan lembut.

Anita terdiam, tertegun mendengar perkataan Aisha yang justru malah menasihatinya. Begitu juga dengan Alvian yang terpana akan sikap Aisha yang tetap santai dan elegan menghadapi Anita yang emosinya sedang meluap-luap.

Aisha melirik Alvian sekilas lalu pergi berjalan meninggalkan keduanya.

Ditinggalkan Aisha, keduanya diam membisu. Semua perkataan Aisha sungguh sangat membuat keduanya tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Kalian lihat sendiri, jika Aisha memang wanita yang luar biasa."

Keduanya langsung melihat asal suara.

Nurma. Ibu Alvian menghampiri keduanya.

"Ibu." Alvian kaget melihat sang ibu ternyata mendengarkan semuanya.

Ibu melihat Anita, dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Ibu sudah melihat semuanya."

"Tidakkah kamu bisa melihat perbedaan yang sungguh jauh antara Aisha istrimu dan wanita ini?" tanya Nurma melihat putranya.

Anita semakin dibuat merana mendengar perkataan Nurma.

"Keduanya sangat jauh Nak. Kita bisa lihat pendidikan tinggi tidak melulu menjadikan orang menjadi beradab, seperti kata Aisha tadi, wanita ini tampak seperti wanita yang tak mempunyai harga diri, mengemis cinta pada pria yang sudah beristri."

Anita langsung menutup wajahnya, menangis tersedu.

"Kamu akan sangat menyesal jika meninggalkan Aisha hanya demi wanita ini."

Alvian terdiam.

Nurma lalu berjalan meninggalkan keduanya.

"Apa salahku? Memangnya aku wanita seperti apa di mata mereka? Aku hanya wanita yang sedang memperjuangkan lelaki yang dicintainya, apa aku sehina itu di hadapan mereka Al?" ucap Anita dengan lelehan air mata melihat Alvian di depannya.

"Cukup. Aku tidak bisa berpikir lagi sekarang. Lebih baik sekarang kamu tenangkan diri kamu, setelah itu kembalilah ke kota."

Anita menangis terisak.

"Seharusnya kamu tidak kesini tadi, sekarang ibuku sudah mengetahui semuanya." Alvian terlihat kesal.

"Pulanglah. Aku harus kembali ke kamar ayahku." Alvian melengos pergi meninggalkan Anita.

***

Ibu masuk ke dalam ruangan, terpana melihat Aisha yang tengah membantu suaminya melakukan tayamum.

Aisha begitu telaten membantu ayah mertuanya tayamum dan melaksanakan shalat, semakin membuat ibu yakin jika Alvian telah bertindak bodoh dengan menyia-nyiakan wanita seperti Aisha.

Ibu kembali mengingat kejadian tadi, dimana dia melihat semuanya secara diam-diam. Merasa malu akan tindakan sang putra karena masih berhubungan dengan wanita lain dan itupun diketahui oleh Aisha.

Ibu melihat Aisha. Merasa heran dengan sikapnya yang nampak tetap tenang seolah tadi tidak terjadi apapun.

Tak nampak kemarahan ataupun kekecewaan, tidak ada kesedihan bahkan air mata, semakin membuat ibu yakin jika menantunya itu sudah terlampau banyak merasakan sakit hingga membuatnya sudah biasa atau bahkan mati rasa.

Ibu lantas merasa iba, hatinya sakit mengetahui jika keadaan rumah tangga putranya ternyata jauh lebih buruk daripada perkiraannya.

Alvian masuk, langsung melihat ke arah ibunya, dimana sang ibu langsung memalingkan muka darinya.

"Ibu kecewa padamu Nak," gumam Ibu dalam hatinya.

***

3 hari berlalu.

Alvian masih terus berusaha berbicara pada ibunya namun sang ibu selalu menghindarinya, selama tiga hari ini tidak seperti biasanya, ibunya tampak tak menghiraukannya sama sekali. Kekecewaan yang besar membuat ibunya tak ingin berbicara dulu dengan putranya

Begitu juga dengan Aisha, keduanya masih sama-sama terdiam seribu bahasa, tak pernah sekalipun mencoba membahas kejadian waktu itu, keduanya hanya nampak berkomunikasi di depan ayah yang sedang sakit saja, itupun hanya kamuflase pada ayahnya jika rumah tangga mereka baik-baik saja.

Alvian lalu banyak menghabiskan waktunya untuk berpikir dan merenung, mengakui jika dari segi apapun, Aisha memang lebih baik dari Anita, keduanya sangat berbeda jauh ibarat langit dan bumi dari segi penampilan maupun sikap.

Aisha dengan pembawaannya yang tenang, membuatnya justru tampak elegan dengan tutur kata yang mencerminkan tingkat kecerdasannya.

Lain halnya dengan Anita, mereka sudah menjalin hubungan selama hampir lima tahun, membuat ia mengenal baik Anita dan sikapnya. Emosinya yang kadang meluap-luap kadang membuat dirinya kewalahan menghadapinya.

Aisha semakin lebih baik di matanya ketika dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana istrinya itu merawat serta menyayangi ayahnya dengan sepenuh hati.

Alvian mulai merasa bingung. Dia di ambang dilema.

***

Hari ini ayah sudah kembali ke rumah, keadaannya sudah jauh lebih baik sudah tentu karena selain istri ada menantunya yang merawatnya dengan sangat baik.

"Ayah. Ibu. Aisha mohon izin untuk menginap di rumah Abah malam ini." Aisha melihat kedua mertuanya.

"Tentu saja kami mengizinkan Nak. Kamu memang sebaiknya menginap dulu disana sebelum kembali ke kota besok," jawab Ayah memberi izin.

Aisha tampak senang, dia langsung pergi ke kamar untuk juga meminta izin kepada suaminya, walau bagaimanapun dia tahu terlepas bagaimana Alvian memperlakukannya, dia tetap seorang istri yang harus taat pada suami.

"Malam ini aku akan menginap di rumah orang tuaku," ucap Aisha pada Alvian yang sedang melihat laptopnya.

Alvian nampak tertegun sejenak.

"Aku akan mengantarmu ke sana," ucapnya sambil berdiri.

"Terima kasih."

Setelah siap mereka berdua berpamitan pada Ayah dan Ibu, lalu pergi menuju pondok pesantren yang letaknya tak jauh dari sana.

Sesampainya di Pondok Pesantren, Aisha disambut oleh para santri wanita, mereka semua tampak senang memeluk Aisha bergantian. Alvian hanya memperhatikan dari belakangnya.

Setelah sampai di rumah, Aisha dan Alvian disambut oleh kedua orang tuanya juga adiknya, Maryam.

Ibunya kemudian memberi tahu jika Kakaknya, Siti juga baru saja sampai, Aisha senang dan ingin segera menemuinya.

"Nak. Kak Siti sedang beristirahat di kamarnya, dia sakit."

"Sakit? Sakit apa Ummi?" tanya Aisha heran.

Ibunya tampak ragu-ragu untuk menjawabnya.

"Aku akan menemuinya," ucap Aisha sambil berdiri.

"Jangan dulu Nak, dia sedang bersama suaminya di dalam kamar." Ummi menahan Aisha.

"Kakakmu baru saja keguguran," ucap Abah mengagetkan Aisha.

Aisha terlihat syok, dia kembali duduk di samping ibunya.

"Kata suaminya Kak Siti sangat sedih kehilangan bayinya, karena itu suaminya membawanya kesini agar kita bisa menghiburnya," ucap Ummi

"Suaminya yang membuat sedih kenapa kita yang harus menghiburnya?" ucap Aisha kesal. Dia sangat yakin jika penyebab keguguran kakaknya pasti karena suaminya yang telah menduakan cintanya.

Abah dan Ummi tampak saling berpandangan.

Alvian yang tidak mengerti apa-apa hanya terdiam saja.

"Ummi, aku ingin menemui Kak Siti," ucap Aisha sambil berdiri dan berjalan menuju kamar kakaknya.

Aisha mengetuk pintu, tak berapa lama pintu dibuka oleh suami sang kakak.

Aisha langsung masuk dan memeluk kakaknya yang sedang terbaring di atas tempat tidur.

Kak Siti menangis di pelukan Aisha, begitu juga sebaliknya.

"Allah menguji kakak dengan berbagai hal. Setelah harus berbagi suami, kini kakak juga harus kehilangan anak," ucap Aisha sambil menghapus air mata di pipi Siti.

Semua orang yang kini juga ada di dalam kamar itu hanya bisa terdiam, terlebih lagi dengan Yusuf, suami Siti.

"Jika kakak tidak siap untuk dimadu, kenapa kakak memaksakan diri untuk berbagi?" tanya Aisha sambil berdiri lalu membalikkan tubuhnya melihat Yusuf.

"Apakah kakakku tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri? Apakah kakakku sakit hingga tak bisa diobati? Apakah kakakku juga tidak bisa memberi keturunan?"

Yusuf menggelengkan kepalanya.

"Lalu kenapa anda menikah lagi?"

"Jangan bangga mempunyai banyak istri, karena itu bukan prestasi."

"Aisha!" Teriak Ummi dan Abah.

_____________

Hei pembaca setia.

Pandangan saya tentang poligami disini adalah pandangan pribadi saya sendiri. Mohon untuk tidak diperdebatkan jika ada yang tidak sependapat.

Karena memang poligami ada dalam syariat Islam. Saya pribadi tidak menentang selama itu memenuhi syarat dan yang paling utama adalah keihklasan dari istri pertama.

Terima kasih sudah setia dengan cerita sederhana ini. mohon maaf karena hanya bisa update satu episode perhari.

Salam sayang dari saya ❤️❤️❤️

1
Misriati Imis
aisha syangg kamu luar biasaa
Misriati Imis
andre, ada² saja yg kpikiran sma diaa
dewi
kirain beneran gak mau 🤭
dewi
suyuf perlu dirukyah kayanya... 🤭
dewi
ooooo... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dewi
lupa kalo kakinya sakit 🤣🤣🤣🤣
dewi
abbooooo....
kayaknya Andre yg bakal jadi jodoh kak Siti...
dewi
memang lain yg satu ini... 🤦
dewi
Aamin 🤲🤲
dewi
👍❤️
dewi
Maryam aja
dewi
adiknya lucu 🤣🤣🤣🤣
dewi
betul 😂😂😂
dewi
betul kak... 👍👍🥰
dewi
pinter 😂
dewi
ternyata nikah lagi lah kamu sup... lanjutkan!..
dewi
sediiiiiih banget 😭😭😭😭
dewi
😭😭😭😭😭
dewi
jangan2 hamil
dewi
👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!