Arvania tidak menyangka jika pernikahan yang ia impikan selama ini menjadi pernikahan yang penuh dengan air mata.
Siksaan demi siksaan ia terima dari suaminya. Namun bodohnya Vania yang selalu bertahan dengan pernikahan ini.
Hingga suatu hari Vania tidak mampu lagi untuk bertahan, ia memilih untuk pergi meninggalkan Gavin.
Lalu bagaimana dengan Gavin yang telah menyadari perasaan cintanya untuk Vania setelah kepergiannya?
Akankah Gavin menemukan Vania dan hidup bahagia?
Ataukah Gavin akan berakhir dengan penyesalannya?
Ikuti kisahnya di
Pada Akhirnya Aku Menyerah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Ibu Mertua
Hari ini Vania diam diam menemui nyonya Rindu di rumah sakit. Ia membawakan bekal makanan untuknya. Saat ia hendak masuk ke ruangannya, seorang suster menghentikannya.
" Maaf Nona, anda siapa? Pasien di dalam tidak boleh di jenguk oleh siapapun kecuali anak anaknya." Ucap suster.
" Saya Vania Sus, istrinya Mas Gavin." Sahut Vania.
" Apa anda di perbolehkan kemari? Kenapa tuan Gavin tidak menelepon saya terlebih dulu?" Selidik suster.
" Sebenarnya Mas Gavin tidak pernah memberitahu saya kalau dia masih punya seorang mama, dia malu Sus dengan keadaan mamanya yang seperti ini, jadi saya mohon jangan beritahu Mas Gavin tentang masalah ini, atau Mas Gavin tidak akan bisa menatap mataku lagi." Ujar Vania.
" Maafkan aku Mas, aku berbohong pada suster itu, tapi memang benar kan kalau kau tidak pernah memberitahu tahu aku soal ibumu." Batin Vania.
" Baiklah Nona, silahkan masuk!" Ucap suster setelah berpikir sejenak. Ia membukakan pintu ruangan itu.
Vania masuk ke dalam, ia menatap ibu mertuanya yang duduk di atas ranjang sambil menatapnya.
Vania berjalan menghampirinya.
" Mama." Ucap Vania.
Nyonya Rindu menatap Vania dengan tatapan kosong.
" Perkenalkan Ma, aku Vania istrinya Mas Gavin." Ucap Vania.
Tidak ada respon sama sekali.
" Aku membawakan makanan untuk Mama, aku lihat kemarin Mama suka dengan masakanku, aku suapin ya Ma." Ujar Vania.
Vania mencuci tangannya di wastafel, setelah itu ia membuka kotak makannya.
" A' Ma." Vania menyodorkan sesendok makanan ke mulut nyonya Rindu.
Nyonya Rindu menerima suapan itu sambil terus menatapnya hingga makanan itu habis.
" Wah hebat Nyonya! Sekarang saatnya minum obat." Ucap suster.
" Sus, tolong jangan berikan obat lagi kepada mertua saya! Berikan saja kalau dia histeris atau mengamuk, tapi kalau dia seperti ini tolong hentikan pemberian obat itu!" Ujar Vania. Ia tahu kalau yang di minum ibu mertuanya semacam obat penenang.
" Tapi itu anjuran dari dokter Nona, saya tidak bisa melanggarnya." Sahut suster.
" Saya yang akan bertanggung jawab atas semua ini Sus." Sahut Vania.
" Obat ini hanya menenangkannya saja kan bukan menyembuhkannya? Mama akan sembuh tanpa obat itu, aku yang akan menyembuhkannya." Ucap Vania.
" Bagaimana caranya Nona?" Tanya suster.
" Saya akan ke sini setiap hari untuk menghiburnya, saya akan mengajaknya jalan jalan supaya pikirannya tidak terpacu pada satu hal, saya berjanji akan membuat hatinya merasa senang." Ujar Vania.
" Baiklah Nona, tapi kalau tuan Gavin tahu Nona harus bertanggung jawab sendiri atas semua ini." Ujar suster.
" Baik Sus, terima kasih atas bantuannya." Sahut Vania
" Sama sama Nona." Sahut suster.
" Mama ayo kita jalan jalan!" Ajak Vania.
Vania dan suster membantu nyonya Rindu duduk di kursi rodanya. Setelah itu Vania mendorongnya keluar ruangan menuju taman.
" Lihatlah Ma! Tanaman itu nampak indah kan? Apa Mama tidak mau menikmati indahnya dunia ini?" Tanya Vania walaupun ia tahu kalau mama mertuanya tidak akan meresponnya.
" Ma." Vania menggenggam tangan nyonya Rindu
" Mama harus bisa melupakan masa lalu! Jangan terpacu di masa lalu yang seharusnya Mama lupakan Ma, pikirkanlah masa depan Mama dan anak anak Mama, Mas Gavin dan Sandia sangat membutuhkan Mama, mereka ingin hidup bahagia bersama Mama seperti dulu lagi, apa Mama tidak ingin menimang cucu Mama dariku dan Mas Gavin? Aku mohon ikhlaskan semua Ma karena hanya dengan ikhlas kita bisa menghadapi masalah seberat apapun masalah itu, Vania mohon Ma! Mulai sekarang Mama harus melupakan masa lalu Mama, ikhlaskan semua ya Ma... Yang datang pasti akan pergi, yang hidup pasti akan mati, begitulah kehidupan Ma, aku yakin kalau Mama bisa melakukan itu semua, Mama pasti akan sembuh, kita akan hidup bersama sama dengan bahagia Ma." Ujar Vania panjang lebar.
Tiba tiba nyonya Rindu meneteskan air mata.
" Menangislah Ma! Kalau itu bisa membuat hati Mama lega." Ucap Vania.
Suster yang melihatnya merasa heran dengan apa yang ia lihat.
" Ini perkembangan yang sangat luar biasa Nona, nyonya Rindu mampu memberikan respon ucapan anda walaupun hanya dengan air mata saja, anda membawa keajaiban Nona." Ucap suster.
" Tidak Sus, Allahlah yang memberikan semua ini." Sahut Vania.
Suster terkagum melihat kerendahan hati Vania. Ia berpikir Gavin benar benar beruntung memiliki istri sepertinya.
Vania mengelap air mata Mama mertuanya menggunakan tisu.
" Kalau sedihnya sudah berkurang, Mama jangan menangis lagi ya, Mama harus terus tersenyum bahagia demi kami anak anak Mama yang selalu menanti kepulangan Mama di rumah." Ujar Vania.
Vania menemani ibu mertuanya hingga sore hari. Bahkan ia yang memandikan nyonya Rindu. Ia memberi pijatan di kepala nyonya Rindu setelah itu supaya syaraf syarafnya relax.
" Ya Tuhan sudah jam lima, Mas Gavin sebentar lagi pulang." Gumam Vania menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia baru menyadari kalau hari sudah sore.
" Ma, aku harus pulang! Mas Gavin sebentar lagi pulang dari kantor, aku takut dia akan marah kalau dia lebih dulu sampai rumah, aku pulang dulu ya Ma, kalau ada kesempatan besok aku akan kemari lagi." Ucap Vania.
" Sus saya pulang dulu ya, saya titip mama mertua saya." Vania menatap suster.
" Baik Nona, hati hati di jalan." Sahur suster di balas senyumam oleh Vania.
Saat Vania hendak melangkah tiba tiba nyonya Rindu mencekal tangannya. Vania menoleh ke belakang.
" Mama.. " Pekik Vania senang melihat ada perubahan pada mama mertuanya.
" Ma aku harus pulang, aku janji besok aku akan ke sini lagi, aku akan mengajak Sandia bersamaku supaya kita bisa bermain bersama, tapi saat ini aku harus pulang dulu, Mas Gavin menungguku di rumah Ma." Ucap Vania.
Nyonya Rindu melepas cekalannya. Vania menangkup wajah ibu mertuanya, ia jadi teringat dengan ibunya sendiri.
Cup.. Cup
Vania mencium kedua pipi mama mertuanya.
" Sehat sehat ya Ma, jaga kestabilan emosi Mama, sekarang saatnya lupakan masa lalu dan sambutlah masa depan, aku pulang Ma." Vania mencium punggung tangan nyonya Rindu lalu ia berlalu meninggalkan ruangan itu.
Nyonya Rindu menatap kepergiannya dengan perasaan yang hanya dia sendiri yang tahu.
Setelah turun dari mobil Vania langsung berlari masuk ke dalam kamarnya setelah ia melihat mobil Gavin sudah terparkir rapi di garasi. Itu tandanya Gavin sudah pulang sedari tadi.
Brak...
Vania membuka kasar pintu kamarnya. Gavin menatap tajam ke arahnya.
" Bagus.. Jam segini baru ingat pulang, suami pulang kerja bukannya di sambut malah di tinggal pergi." Gavin mendekatinya.
Tubuh Vania gemetar, Ia takut Gavin akan menyiksanya lagi.
" Maaf Mas." Uvap Vania.
" Dari mana saja kau?" Tanya Gavin.
" A... Aku pergi mencari ayahku." Dusta Vania.
" Apa?" Pekik Gavin.
" Kau berani mencari orang tuamu tanpa sepengetahuan aku? Dasar wanita sialan!" Gavin menarik rambut Vania dengan kasar. Ia mendorong tubuh Vania di atas ranjang.
" Maaf Mas." Ucap Vania.
" Aku tidak akan memaafkanmu, aku akan menghukummu!" Bentak Gavin.
Gavin membuka semua bajunya, ia merobek kasar seluruh pakaian yang menempel pada tubuh Vania.
Tanpa melakukan pemanasan terlebih dulu, Gavin menancapkan miliknya dengan kuat ke dalam goa milik Vania membuat Vania meringis. Gavin memacu tubuhnya dengan cepat menikmati indahnya surga dunia yang membuatnya ingin dan ingin melakukannya lagi.
Air mata Vania kembali mengiri kegiatan panas mereka. Rasanya sakit luar dalam di perlakukan seperti ini.
" Ya Tuhan tidak henti hentinya aku meminta kekuatan padamu, bantu aku untuk memperbaiki semuanya supaya Mas Gavin tidak lagi memperlakukan aku seperti ini." Batin Vania.
Jangan lupa like koment vote dan kasih 🌹yang banyak buat author..
Terima kasih untuk readers yang selalu mensuport author semoga sehat selalu...
Miss U All...
Tbc....
maaf aku skip aja soalnya menurutku balasan Vania ke gavin gak sebanding sama siksaan Gavin ke Vania soalnya Vania sudah sakit fisik dan mental kalau orang normal paling sudah gila berhubung ini novel ya maha ciptaan author
tapi q coba mau mampir cerita author yang lain
Semoga sukses trus buat author jangan liat yang comen yang buruk buruk" tetep semangat bikin cerita buat para penggemar authornya semangattt /Pray//Pray//Pray/