apa jadinya kalau seorang istri dari CEO ternama selalu dipandang sebelah mata di mata keluarga sang suami.
kekerasan Verbal sekaligus kekerasan fisik pun kerap dialami oleh seorang istri bernama Anindyta steviona. memiliki paras cantik ternyata tak membuat dirinya di hargai oleh keluarga suaminya.
sedangkan sang suami yang bernama Adriel ramon hanya mampu melihat tanpa membela sang istri.
hingga suatu hari Anin mengalami hal yang membuat kesabaran nya habis.
akan kah Anin dapat membuat keluarga suaminya itu menerima balasan dendam darinya. semua jawaban itu terkuak dari novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Aku siap untuk bercerai."
"Apa?" Tanya Adriel seakan terkejut akan penuturan Anin yang memintanya untuk bercerai.
Mata Anin ia tujukan pada Adriel. "Em, aku setuju untuk bercerai sekarang. Bukankah itu yang kalian ingin ucapkan sekarang."
"Anin apa kau.... " Ucapan Adriel terpotong langsung oleh ucapan mamanya.
"Bagus, akhirnya kamu sadar juga."
"Mama!" Sahut Adriel.
Tak ingin kalah berucap dengan putranya. Mamanya pun menyelak kembali ucapan Adriel. "Kenapa? Bukankah ini yang selama ini kamu inginkan? Setelah ini kamu bisa menikah dengan Jessica." Ucap mamanya.
Anin seakan tak ingin berkata apapun lagi. Meski Adriel seperti menentang kata perpisahan tadi malam. Hingga pria itu memperkosa dirinya yang bahkan istrinya sendiri.
Akan tetapi tetap saja Adriel adalah pria yang terbilang tak akan pernah menentang ucapan mamanya. Tentu itu semua membuat Anin merasa semua keluarga Adriel orang yang ikut andil dalam kesengsaraan hidupnya setelah keluarganya sendiri.
"Aku ingin istirahat! Besok aku akan pergi dari rumah ini, dan segera mengurus surat cerai." Sahut Anin.
Langkah kaki Anin pun meninggal kan begitu saja keluarga Adriel yang masih menatap kepergian Anin.
Tanpa sadar Adriel merasa tak Terima jika dirinya harus menceraikan Anin. Akan tetapi disisi lain hatinya ada Jessica yang menjadi cinta pertamanya.
"Semuanya sudah di putuskan. Sekarang kalian berdua bisa istirahat!"
"Tapi ma... "
Sontak tatapan tajam diberikan mamanya pada Adriel. "Mama bilang cukup hari ini."
Adriel pun terdiam. Dan Pria itupun melangkah pergi menuju ke kamarnya.
Merasa kalau kakaknya ada rasa untuk Anin. Kini Nita mendekat kearah mamanya dan berkata. "Ma, kayaknya kakak mulai suka deh ama tuh gembel."
"Lalu? Selama mama masih hidup. Mama nggak akan pernah biarkan kakak mu itu terlalu lama menjadi suami dari si gembel menjijikkan itu." Balas mamanya.
Setelah obrolan singkat itu mereka berdua pun beranjak pergi ke kamar mereka masing-masing.
********
Kamar Anin dan Adriel
Cek lekk
Perlahan Adriel membuka pintu kamarnya.
Mata nya menatap kearah Anin yang tertidur di sofa.
"Kenapa kamu tidur disitu?" Tanya Adriel.
Tak ada jawaban apapun dari Anin. Gadis itu masih asyik dengan tidurnya, yang tentu Adriel pun tahu kalau Anin masih terjaga alias belum tidur.
Langkah Adriel pun melangkah kearah Anin berada. "Aku tanya kenapa kamu tidur disini?"
Masih tak ada jawaban apapun.
Merasa geram karna di acuhkan. Adriel pun langsung menarik pergelangan tangan Anin, hingga gadis itu terbangun dari tidurnya di sofa.
"Lepasin!" Sentak Anin.
Tangan Anin dengan kasar menghempaskan pegangan Adriel padanya. Tatapan tajam Anin berikan. Tubuhnya berdiri tepat di depan Adriel.
Seakan tak takut seperti malam kemarin. Anin kini menatap wajah suaminya seakan tengah menantang.
"Jangan sentuh aku lagi." Imbuh Anin dengan tegas.
"Apa? Kau tak ingin aku sentuh?"
"Em, aku sangat benci kau sentuh. Bahkan tadi malam saat kau memperkosa ku, aku merasa seperti perempuan murahan."
Untuk pertama kalinya Adriel melihat di depan matanya sendiri, kalau Anin bukanlah gadis polos dan bodoh.
Seperti melihat sisi lain yang dimiliki oleh istrinya itu. Adriel menatap lekat kearah raut wajah Anin. Bibir dan lidahnya terasa keluh, antara senang tapi juga merasa bersalah akan perlakuan berani Anin yang selama ini gadis itu sembunyikan darinya.
"Kenapa? Kaget, lihat istri bodoh kamu ini bisa bantah ha?" Anin kembali berucap menggunakan nada tinggi. "Besok kita akan bercerai, jadi mari akhiri semua ini. Dan jangan menyentuhku lagi."
Langkah kaki Anin hendak melangkah pergi dari kamar. Akan tetapi suara Adriel menghentikan langkah kakinya. "Kau mau kemana?"
"Bukan urusan mu." Jawab Anin.
Tanpa berfikir panjang Adriel melangkah kearah Anin dan mencekal pergelangan tangan gadis itu. "Aku tanya kau mau kemana?"
"Aku bilang bukan urusan kamu." Jawab Anin dengan penuh penekanan, sambil lagi-lagi menghempas kan tangan Adriel kembali.
"Jika kamu pergi dari kamar ini, akan aku buat keluarga mu kembali ke rumah nya dulu."
Bukannya memohon agar Adriel tak melakukan itu. Kini Anin malah tersenyum getir. "Lakukan saja, aku juga sudah muak dengan mereka."
Lontaran kata yang tak pernah Adriel bayangkan akan di ucapkan oleh Anin. Tentu pria itu tertegun bahkan terdiam sesaat. Seakan mencoba mencerna apa yang di katakan istrinya tadi.
Sedangkan Anin memilih tak menghiraukan raut wajah Adriel sama sekali. Langka kakinya mencoba untuk melangkah pergi meninggalkan kamar yang akan ia tinggalkan besok untuk selama-lamanya.
Brakkk
Suara pintu Anin tutup dengan keras.
Disisi lain dalam kamar Adriel tetap menatap kearah Anin yang telah pergi. "Apa telah terjadi sesuatu padanya tadi?" Gumam Adriel bertanya yang bahkan tak akan ada yang menjawab nya.
*******
Di taman belakang rumah
Pandangan gadis yang kini mengarah kearah langit dengan taburan bintang.
Bahkan untuk menangis pun Anin sudah tak mampu. Hanya kata-kata dari pria yang tak dikenal nya tadi yang kini ia jadikan penguat.
"Entah bagaimana nantinya? Tapi aku ingin membalas mereka semua, lebih kejam dari apa yang telah mereka lakukan padaku. Meskipun harus lebih terluka lebih parah dari pada ini." Ucap Anin, yang seperti janji serapah.
Selama ini ia hanya memendam semuanya. Akan tetapi tak dapat dipungkiri dendam nya teramat banyak pada keluarga Adriel. Dan kini keluarganya sendiri pun ikut masuk dalam daftar list balas dendamnya.
Malam itu Anin pun tidur di ruang tamu. Dan seakan tak ingin tidur satu ruangan lagi dengan Adriel. Untungnya rasa terhadap suaminya itu telah hilang sekarang.
Yang tersisa hanyalah rasa dendam dan kebencian yang teramat besar.
********
Pagi hari pukul 04.00
Karna telah terbiasa selama 5 tahun ia di paksa harus bangun jam sepagi itu. Kini Anik pun terbangun.
Bukannya pergi memasak seperti biasanya. Anin melangkah menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.
Dengan pelan Anin membuka pintu kamarnya.
Ceklekk
"Hufftttt......" Hembusan nafas Anin keluarkan.
Matanya menatap pria yang kini masih terlelap tidur bersama mimpinya.
Dalam hati Anin berkata. "Bahkan saat tidur pun dia masih saja terlihat brengsek di mata ku."
Tak ingin melupakan tujuan utamanya di kamar itu. Anin membuka lemari sekaligus mengambil koper untuk mengemasi barang-barangnya.
Foto hingga barangnya sekecil apapun Anin masukkan kedalam koper.
Hampir satu jam.
Kini barang Anin telah ia kemas secara rapi di dalam kopernya. Pastinya tanpa menimbulkan suara berisik yang mampu membangunkan Adriel.
"Eyang! Maaf aku harus menyerah, tapi aku benar-benar sudah tidak tahan kalau harus tetap mempertahankan pernikahan gila ini." Gumam Anin.
********
pukul 07.00
Anin memang sengaja memasak untuk diri sendiri pagi itu.
Nita dan mamannya menatap kearah Anin. Yang tengah sarapan di meja makan dengan lahap.
"Kamu ngapain disini?" Tanya mama mertua.
"Makan." Jawab Anin dengan singkat.
"Bangun! Dan jangan berlagak." Sahut mama mertua nya kembali.
Anin tersenyum remeh. "Dari pada mama bicara terus, mendingan mama masak buat anak-anak mama."
Merasa geram akan sikap kurang aja Anin. Kini Nita pun angkat bicara. "Eh jalang....."
"Anin!" Sentak langsung Anin menyebut namanya sendiri di depan Nita. "Panggil aku kak Anin. Bukan jalang, paha kamu!"
Tak terima putrinya di bentak. Mertua Anin langsung menarik pergelangan Anin dengan kasar. "Sini kamu, pergi sekarang kamu dari sini."
"Lepasin!" Bentak Anin.
Tanpa rasa takut Anin membentak sekaligus menghempaskan tangan mertuanya secara kasar. "Buat apa aku harus pergi, ini rumah aku. Dan yang harus pergi itu kalian bukan aku."
"Apa?" Ucap Nita dan mamanya secara bersamaan.
Bersambung.
bingung ihhh liat si othor
apa karena bacanya malam2 😂
turut berdukacita sedalam - dalam nya yaa Thor 😔🙏🙏🙏
semoga Othor dan keluarga yg ditinggalkan diberikan keluasan dalam sabar dan keikhlasan menerima takdir dr yg Maha Kuasa 🙏🙏😢
terimakasih juga masih menyempatkan untuk up 🙏🙏🙏🙏
nexxxttt 💞