Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lima belas
Albara memperlambat laju motornya,kemudian ia berhenti di depan perempuan yang yang sedang berdiri di samping gerbang SMA 1.Perempuan itu menatap tajam ke arahnya.
"Yuk!",ujar Albara sambil memberikan helm pada gadis itu.
Bukannya menerima helm darinya,gadis itu malah cemberut dan menatapnya tajam.
"Kemana aja si Lo? Lama banget,gak liat nih sekolah gue udah sepi,"ujar gadis itu dengan nada ketus.
"Ya kalau rame,yang ada bahaya lah."
Bagaimanapun kakaknya bersekolah di SMA yang menjadi lawan tawurannya beberapa hari yang lalu.Ia dan kakaknya memang berbeda sekolah,bukan tanpa sebab.Selain karena Albara tidak berminat masuk sana juga baginya sekolah kakaknya terlalu disiplin, meskipun tetap masih ada saja anak nakal yang masih bisa lolos dari pengawasan guru dan berhasil kabur untuk ikut tawuran.
"Makanya jangan tawuran mulu,heran punya adik kok nakal banget."
"Suka-suka gue lah,"ujar Albara acuh."Mau balik gak?",ujarnya sambil kembali memberikan helm pada gadis itu.
Kakaknya bernama Larisa itu mendengkus lalu menerima helm darinya.
"Al,bisa gak si Lo berhenti tawuran.Gue tuh OSIS dari lawannya Lo,gue jadi berasa pengkhianat saat Pak Rifki disiplin anak-anak yang terlibat tawuran.Gue tuh bingung,mau julid tapi yang jadi partner tawuran sekolah gue adik sendiri."
Albara berguman ketika Larisa naik ke atas boncengan motornya.
"Berhenti lawan sekolah gue lah,Bar.Lo kalau mau nyari ribut sama sekolah lain aja."
Albara berguman lagi,ketika akan melakukan motornya ia melihat seorang gadis yang perawakannya mirip dengan perempuan misterius itu.Bahkan gadis itu juga menggunakan sepeda,ia menjenjangkan lehernya untuk memastikan,namun sayang perempuan itu sudah tak terlihat lagi.
Larisa menggeplak helm adiknya."Lo jangan ngincer cewek di sekolah gue, cewek-cewek di sekolah gue terlalu baik buat anak nakal kayak Lo!"
Albara menoleh pada kakaknya."Lo kenal dia,kak?"
"Siapa?gue liat orangnya aja enggak.Tadi gue cuma asal nebak aja dan ternyata bener Lo ngincer cewek di sekolah gue,"ujar Larisa memicingkan mata pada adiknya.
"Awal ya Lo,kalau ngincer cewek di sekolah gue!"
Albara mendengkus."Iya bawel,Lo gak mau gue ngincer cewek di sekolah Lo karena gue nakal.Gak ngaca apa pacar Lo juga kemarin jadi lawan gue pas tawuran."
Larisa terdiam."Gak usah di bahas,gue udah putus sama dia,"ujarnya.
"Bagus deh,lagian Lo ngapain si pacaran sama cowok kayak gitu.Udah nakal,jelalatan pula sama cewek.Kalau dibilang ganteng juga,masih gantengan gue kemana-mana."
"Ngomongin orang bisa,gak ngaca sendirinya juga begitu."
"Dih! Ya bedalah kak.Nih, meskipun gue gak sepinter Lo,gue masih mau belajar kok.Gue emang nakal,tapi gue gak pernah jelalatan ke cewek manapun."
"Ya,ya.Udah jalan,mau sampai kapan kita di sini."
Albara mulai melajukan motornya meninggalkan sekolah Meskipun tadi dia gagal mematikan, setidaknya ia tau perempuan misterius itu bersekolah di sekolah yang sama dengan kakaknya.Setelah ini,ia hanya perlu mencari informasi lebih lanjut mengenai gadis itu.
______
Setelah sampai di rumah Larisa mengucapkan salam,lalu ia masuk ke dalam dengan melompat-lompat layaknya anak kecil.Ia menghentikan langkahnya dan menjadi kikuk ketika menyadari ada tamu di ruang tengah.
"Eh, kirain gak ada orang,"ujar Larisa lalu tersenyum.Ia minat ada seorang wanita paruh baya yang seumuran dengan mamahnya dan di samping wanita itu ada gadis yang sepertinya seumuran dengan adiknya.
Larisa mirik adiknya yang sudah memasang wajah malas,begitu juga dengan dirinya, sebenarnya ia juga malas bertemu dengan dua perempuan yang kini bertamu ke rumahnya itu.
"Ah,Larisa udah besar aja kamu,makin cantik aja,"puji wanita paruh baya itu.
"Makasih Tante,"ujarnya sambil berusaha tersenyum semanis mungkin.
Wanita itu lalu menatap adiknya dengan penuh telisik."Itu muka kamu kenapa,Bara?"
"Biasalah,anak nakal memang begitu,"jawab Lisa,mamah Albara.
"Emang gak ada bagus-bagusnya anak bujang saya,"ujarnya lagi seraya menunjukkan sisi buruk anaknya.
"Ah gak apa-apa,wajar namanya juga anak muda.Tapi dia tetep ganteng kok,iya kan sayang?",ujar wanita itu pada anak gadisnya.
Anak gadisnya mengangguk sambil tersenyum,dia menatap penuh binar pada Albara.
Larisa dan Lisa tertawa canggung mendengar ucapan wanita itu,Lisa lalu mengedipkan matanya seakan memberi kode pada anak gadisnya.
Seakan mengerti ia lalu memegang tangan adiknya."Ah,aku mau ke kamar dulu ya, tadi Bara bilang ada PR yang harus dikerjain.Yuk,Bar gue bantuin kerjain PR-nya,"ujar Larisa.
"Tante Lina,Siska.Aku ke dalam dulu ya."
Setelah berpamitan Larisa segera menarik tangan adiknya untuk pergi dari sana.
Larisa menghela napas lega,begitu ia berhasil menutup pintu kamarnya.Ia menepuk-nepuk dadanya bangga karena berhasil menyelamatkan Albara dari keadaan yang tidak nyaman itu.
"Tante Lina,kenapa ke sini lagi si?",keluh Larisa dengan raut wajah kesal.
Albara terkekeh melihat raut wajah kakaknya.Ia berjalan mendekat ke meja belajar dan duduk di sana.
"Kayak liat setan aja Lo kalau ada Tente Lina."
Matanya melotot melihat adiknya duduk di meja belajarnya."Heh,duduk di kursi Albara jangan di meja belajar gue!",omelnya.
Albara tak peduli,ia malah memainkan barang-barang yang ada diatas meja belajar itu.
"Ya, meskipun gak ada yang bisa di banggakan dari adik laki-laki gue ini.Tapi tetap aja,gue gak rela kalau adik kesayangan gue ini di jodoh-jodohin sama cewek modelan Siska,"ujarnya.
"Aduh, romantisnya kakakku ini,"ujar Albara dengan nada mengejek.
"Emang kenapa Lo gak mau gue dijodohin sama Siska?Kan Lo bilang sendiri kalau anak nakal kayak gue gak boleh ngincer cewek baik-baik kaya murid di sekolah Lo.Daripada gue jomblo,ya mending sama Siska dong."
Larisa mendelik."Iya si,tapi jangan modelan Siska juga kali.Selera Lo rendah juga ya.Liat aja penampilannya tadi,udah kaya cabe-cabean minta di belai,belum lagi mamahnya yang super bawel dan nyebelin.Kalau seandainya Lo beneran di jodohin sama dia,emang Lo sanggup hidup sama istri dan mertua kayak gitu?"
Albara menggeleng."Enggalah,gue cuma bercanda,lagipula dia bukan tipe gue."
Larisa mengacung jempolnya."Good boy."
Larisa berdecak ketika Albara menyentuh buku diary-nya dan hampir membuka isi dari buku itu.Dengan segera ia merebutnya dari tangan adiknya itu.
"Jangan sembarang buka diary orang,ini privasi gue tau!",omelnya.
Albara tekekeh lalu menatap telisik ke arah Kakaknya."Nulis yang aneh-aneh Lo ya di sana?"
Gadis itu melebarkan matanya."Sembarangan Lo kalau ngomong! Enggalah."
Larisa menyimpan buku diary- di laci meja."Lo masih inget gak couple yang seing gue ceritain sama Lo?"
Albara berdiri ia lalu duduk di samping kakaknya."Inget,kenapa?"
"Mereka putus tau,"ucap kakaknya dengan nada sedih.
"Yaelah kak,yang putus orang lain,kenapa Lo yang sedih? Perasaan waktu Lo putus sama mantan Lo,gak ada tuh gue liat Lo sedih begini."
"Ish! Gue gak sedih karena dia cowok brengsek,lagian bisa-bisanya dia ngajak kenalan terus godain adik kelas di depan mata gue! Kalau couple ini beda,Bar.Kisah cinta mereka itu kayak di novel-novel yang sering gue baca,kalau gue jadi ceweknya kayanya bahagia banget deh punya pasangan kaya gitu."
Albara menggelengkan kepalanya mendengar cerita dan kehaluan kakaknya,meski begitu ia selalu bersedia mendengarkan cerita kakaknya itu.
"Ya kalau couple itu romantis,kenapa putus? Terus kalau Lo mau jadi si cewek,yaudah deketin aja cowok itu sama Lo,mumpung mereka putus."
"Mana mungkin,Bar.Dia itu terlalu sempurna buat jadi pasangan gue,"ujar Larisa.
"Yaudah,gak usah ngehalu buat jadi ceweknya kalau kayak gitu,"ujar Albara,ia lalu merebahkan dirinya di kasur milik kakaknya.
"Udah,nanti lagi ceritanya.Gue mau numpang tidur di kamar Lo."
"Iya,awas jangan ngiler,"ancam Larisa.
Albara mengangkat jempolnya,ia lalu memejamkan matanya.