Luna harus menerima kenyataan pahit saat mengetahui jika suaminya yang baru saja menikahinya memiliki hubungan rahasia dengan adiknya sendiri.
Semuanya bermula saat Luna yang memiliki firasat buruk di balik hubungan kakak beradik suaminya (Benny dan Ningrum) yang terlihat seperti bukan selayaknya saudara, melainkan seperti sepasang kekasih.
Terjebak dalam hubungan cinta segitiga membuat Luna pada akhirnya harus memilih pada dua pilihan, bertahan dengan rumahtangganya yang sudah ternodai atau memilih menyerah meski perasaannya enggan untuk melepas sang suami..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy2R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(Ancaman Hendra)
"Jauhi Benny, Ningrum.."
Kedua netra Retno terpejam rapat dan kesadarannya pun masih belum pulih, namun bibirnya dari tadi terus bergumam tak berhenti.
Ningrum mengulurkan tangannya dan membungkam mulut Retno, ia memaksa mama angkatnya itu untuk berhenti bergumam.
"Diamlah, Ma, telingaku benar-benar sakit jika harus terus mendengarkan gumaman tak jelasmu." lirihnya.
Setelah tak terdengar lagi gumaman dari mulut Retno, barulah Ningrum secara perlahan membuka bungkamannya.
Di saat yang bersamaan masuklah Hendra bersama Benny dan Luna. Ia bergegas mendekat ke ranjang dan kemudian menghamburkan pelukannya ke tubuh Retno.
"Segeralah membaik, Ma, jangan seperti ini lagi." bisik Hendra.
Benny berjalan mendekat. Ia lalu memegang kedua bahu Hendra sambil ditariknya pelan.
"Biarkan mama istirahat dulu, Pa," ucap Benny.
Pria paruh baya itu mengusap kedua matanya yang berair. Ia memandangi wajah sang istri sambil menahan air matanya agar tak menetes lagi.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada mamamu, Benny? Kenapa mamamu bisa sampai seperti ini?" tanya Hendra.
"Ah.. itu, Pa. Mama-" Benny meragu. Ia bingung harus menjelaskan seperti apa kepada papanya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di antara mereka. "Mama lupa minum obatnya, Pa," dustanya.
Hendra mengernyitkan dahi, "Lupa minum obat? Memangnya sejak kapan mamamu mengkonsumsi obat-obatan lagi? Hah?" tanyanya tak percaya.
Seketika jantung Benny berdegup kencang. Ia terlihat salah tingkah sendiri akibat kebohongannya yang tercium oleh Hendra.
"Ceritakan yang sebenarnya pada papa, Mas, jangan ditutup-tutupi," sahut Luna tiba-tiba.
Kini, semua mata tertuju pada Luna.
"Memangnya apa yang sebenarnya terjadi, Luna?" tanya Hendra.
"Penyakit jantung mama kambuh itu semua gara-gara mas Benny dan Ning-"
"Lun.." Benny tiba-tiba saja memegang lengan Luna. Ia menatap dalam Luna sambil menggelengkan kepalanya pelan seolah meminta Luna untuk tak lagi melanjutkan ceritanya.
"Ada apa dengan Benny dan Ningrum, Luna? Apa yang sudah mereka berdua lakukan sampai mamamu jatuh sakit seperti ini?" cecar Hendra.
"Ka- kami tak melakukan apa-apa kok, Pa. Penyakit mama kambuh secara tiba-tiba," sahut Ningrum.
Hendra melayangkan tatapan tajamnya ke arah Ningrum. Sambil berkacak pinggang, ia berkata, "Papa tidak bertanya padamu. Lebih baik kamu diam saja, Ningrum!"
Luna tersenyum tipis saat mendengar ucapan serta ekspresi kesal Hendra kepada Ningrum. Dalam hati, ia bersorak kegirangan.
"Kalian bertiga, ikut Papa." ucap Hendra.
Mereka bertiga langsung mengekor di belakang Hendra tanpa berani melontarkan sepatah katapun.
Di halaman depan rumah sakit menjadi tempat pilihan Hendra untuk membicarakan perihal kejadian yang menyebabkan kambuhnya penyakit jantung Retno.
"Ceritakan semuanya sekarang juga," ucap Hendra kepada ketiga anggota keluarganya.
Tanpa ragu, Luna langsung membuka suaranya. Ia menceritakan mengenai pertengkarannya bersama Benny yang disebabkan karena kedekatan suaminya itu dengan sang adik ipar. Ia menceritakannya secara detail tanpa ada yang terlewat satupun.
Mendengar semuanya, membuat Hendra naik pitam. Kedua tangannya sampai mengepal dan sorot matanya begitu tajam.
"Kurang ajar kalian!" teriaknya kepada Benny dan Ningrum.
"Jangan salah paham dulu, Pa, sebenarnya yang terjadi tak seburuk yang diceritakan Luna," bantah Benny. "Semuanya jadi kacau gara-gara kecemburuan Luna yang tak mendasar," lanjutnya.
Luna menyilangkan kedua tangannya di depan dada sembari menatap Benny dan tersenyum miring.
"Salah paham kamu bilang, Mas? Dan lagi-lagi kamu menyalahkan kecemburuanku?" kekeh Luna. "Ya.. ya.. demi menutupi hubungan gelapmu dengan Ningrum, kamu terus saja menyangkal dan berkata kalau semua yang terjadi hanyalah kesalahpahaman," cibirnya.
Benny menghela nafasnya panjang, "Please, Lun, hentikan ucapanmu itu. Jangan kamu menambah panas suasana di hati papa," pintanya.
"Dasar anak kurang ajar! Bukannya meminta maaf, kamu malah berkata seperti itu kepada istrimu sendiri!" bentak Hendra.
Sekilas Benny menatap papanya dan setelah itu ia kembali melayangkan pandangannya ke sembarang arah. Sekarang, ia memilih untuk diam saja daripada membuat papanya semakin murka kepadanya.
"Kita akhiri saja hubungan ini, Mas. Aku lelah," ucap Luna di sela isak tangisnya.
Ucapan Luna mengejutkan semua orang.
"Lun, apa-apaan sih? Kita baru menikah, Lun, masa iya sudah mau diakhiri cuma gara-gara masalah sepele?" kata Benny.
Luna geram mendengarnya, ia mendekat dan lalu menunjuk-nunjuk dada Benny. "Sepele bagimu, tapi tidak bagiku, Mas! Hubunganmu dengan Ningrum lama kelamaan akan menjadi penyakit di dalam rumahtangga kita. Dan ujung-ujungnya nanti akulah yang akan menderita sendirian!" bentaknya.
"Aku sudah bilang kan sama kamu kalau hubunganku dengan Ningrum sudah lama berakhir. Perasaanku kepadanya pun juga sudah lenyap sejak lama," ungkap Benny. Sadar dengan pengakuannya barusan, Benny pun langsung menghentikan ucapannya. Ia melirik sekilas ke arah Hendra untuk melihat bagaimana reaksi papanya itu setelah mendengar kebenaran yang ia ungkap sendiri. "Ma- maksudku, maksudku perasaanku ke Ningrum itu hanya sekedar rasa sayang seorang kakak ke adiknya saja, Lun," ralatnya tiba-tiba.
Luna menggeleng pelan, "Sudahlah, Mas, aku capek mendengar semua dongengmu itu," ucapnya.
Luna membalikkan badan, ia berjalan menjauh dengan langkah yang cepat.
"Luna.." Benny hendak mengejar Luna, namun tiba-tiba saja Hendra menghalanginya dengan mencengkeram lengannya kuat.
"Ingat ya, Benny, kalau kamu sampai kehilangan Luna.. Papa tak akan segan-segan mengusirmu dari rumah dan mencoret namamu dari kartu keluarga kita. Papa pastikan kamu juga tak akan mendapatkan sedikitpun harta warisan Papa. Camkan itu!" ancam Hendra. Ia lalu melepas cengkeramannya dan membiarkan putranya itu berlari mengejar Luna.
Sekarang, perhatian Hendra beralih ke Ningrum. Ia menatap putri angkatnya itu dengan tatapan tak suka.
"Berani sekali kamu menggoda Benny sampai berhasil menjalin hubungan bersamanya di belakang saya," ucap Hendra.
Ningrum menggelengkan kepalanya sambil memperlihatkan wajahnya yang memelas. "Aku tak pernah menggoda mas Benny, Pa. Mas Benny sendiri yang terus-menerus mendekatiku dan dia jugalah yang awalnya menyatakan cinta kepadaku," bantahnya.
"Dia tak mungkin melakukan hal b*doh seperti itu kalau bukan kamu duluan yang menggodanya!" tunjuk Hendra.
Ningrum menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, Pa. Tolong jangan salah paham padaku,"
"Halah!" Hendra semakin murka. "Saya minta untuk kamu tak lagi mendekati Benny. Biarkan anak saya itu menjalani rumahtangganya bersama Luna. Jika sampai kamu ketahuan mengganggu hubungan mereka, saya tak akan segan-segan menghabisi ny*wamu. Paham kamu?" ancamnya.
Degh!
Jantung Ningrum seketika berdegup kencang. Ia begitu terkejut dengan ucapan Hendra yang sebelumnya tak pernah ia dengar.
"Ba- baik, Pa. Aku berjanji tak akan mendekati mas Benny lagi," ucap Ningrum.
Wanita cantik itu tak sanggup lagi menahan perasaan sedihnya. Ia menitikkan air mata yang langsung dihapusnya sebelum berhasil membasahi wajahnya.
"Saya pegang kata-katamu." ucap Hendra.
Setelahnya, Hendra berlalu. Ia masuk ke dalam rumah sakit lagi tanpa mengajak Ningrum.
"S*alan! Ini semua gara-gara Luna! Semenjak mas Benny menjalani hubungan dengan wanita j*lang itu, kehidupanku rasanya berubah 180°! Keluarga yang dulunya baik-baik saja, sekarang menjadi hancur gara-gara ulahnya." gerutunya.
"Awas saja ya kamu, Luna. Akan ku balas semua rasa sakit hatiku ini kepadamu. Akan ku buat hidupmu jauh menderita dari hidupku."
_